Rabu, 18 September 2013

Suci Robiatus S KPI 1c_tugas 2_suicide & rule of sociological of method

Suicide
Durkheim lahir pada tahun 1858 di Epinal dari sebuah keluarga tua Yahudi yang berasal dari Alsace, Emile Durkheim sebenarnya diarahkan untuk menjadi rabbi sebagaimana ayah dan kakeknya. Emile kemudian
dikirim ke sekolah rabbi dan mempelajari bahasa Yahudi. Pada tahun 1879 ia memasuki semacam sekolah tingkat atas yang kemudian menjadi sebuah lingkungan intelektual yang sangat dinamis.

Setelah lulus dengan ijazah guru pada tahun 1882 Durkheim
kemudian mengorientasikan diri pada permasalahan moral dan ingin member sebuah
dasar ilmiah seperti dalam karyanya Le suicide ( Bunuh diri) (1897). Ada sebuah
kekeliruan dalam sejarah ilmu kemanusiaan: bahwa Durkheim hendak mengingkari
segala nilai tentang perasaan (sentiment), gambaran (representasi), dan
tindakan psikologis lainnya dengan memproklamasikan bahwa "fenomena –fenomena social harus diperlakukan sebagian benda". Demikian
formula yang diungkapkan dalam Les Regles de la Methode sociologique diterepkan
oleh Emile Durkheim dalam studinya tentang bunuh diri (1897).
Disini ia mendemonstrasikan pengaruh integrasi social
terhadap kecenderungan individu untuk mengakhiri hidupnya. Karena sosiolog
tidak bisa melakukan perbandingan. Ia memisahkan sejumlah variable berupa umur,
seks, situasi sipil, keanggotaannya pada suatu anggota agam dan tingkat
pendidikan yang dibandingkannya dengan angka kematian.
Untuk memahami masyarakat, kata Durkheim, kita tidak cukup
hanya dengan mempelajari cara-cara penyebaran norma-normanya (meniru G. Trade)
tetapi harus mempelajari sumber-sumber single dibandingkan dengan mereka yang
sudah menikah, namun lebih banyak menimpa orang yang sudah menikah tetapi tidak
punya anak disbanding menikah tetapi punya anak, dan lebih banyak pula orang
yang tidak menganut suatu agama disbanding orang yang tergabung dalam komunitas
religious tertentu. Begitu pula jumlah orang bunuh diri lebih sedikit jika
negaranya sedang dilanda perang atau mengalami krisis ekonomi parah: bahwa
ikatan-ikatan social ternyata terpatri kembali dengan malapetaka.
Durkheim lalu mengembangkan teori sosialisasinya dengan
membuat suatu tipologi, diantaranya: Bunuh diri egoistis, Bunuh diri
altruistis, dan Bunuh diri anomik.
Bunuh diri egoistis
Sebuah studi komparatif yang teliti terhadap angka bunuh
diri menurut agama yang dianut oleh pelakunya diberbagai Negara Eropa member
hasil berikut ini: ternyata lebih banyak penganut protestan yang bunuh
diri  ketimbang penganut katolik.
"superioritas protestanisme dari sudut pandang bunuh diri disebabkan karena
integritas gereja Kristen protestan lebih lemah disbanding gereja katolik."
Bunuh diri altruistis
Sebaliknya, jika integrasi social terlalu kuat dan individu
terlalu terkungkung, maka bisa saja menghasilkan "altruism intens" yang
menyebabkan orang melakukan bunuh diri.

Bunuh diri anomik
Jika dalam proses sosialisasi ternyata integrasi social bisa
menunjukkan adanya definisi lewat akses atau kekurangannya, maka hal yang sama
juga terjadi bagi peraturan social: yakni ketika dominasi intelektual atau
moral kelompok melemah, individu akan menghadapi sendiri keinginan dan
nafsunya. Terputusnya keseimbangan ini menyebabkan timbulnya anomie, yaitu
desosiliasi.
Dari sini, berbagai keinginan terlepas dan terjadi situasi
krisis dan anomie secara konstan. Selanjutnya profesi industrial paling
merasakan dampaknya. Bunuh diri anomik juga bisa disebakan oleh "hilangnya aturan matrimonial" dimana
perkawinan yang mengatur hubungan cinta dan perceraian yang terjadi dimana-mana
menjadi suatu indicator adanya anomie dalam perkawinan (anomie conjugal).
Rule sociological of  method
ada 5 aturan fundamental dalam metode Durkheim, yaitu:
1.       mendefinisikan objek yang dikaji secara objektif
disini yang menjadi sasaran adalah sebuah peristiwa social yang
bisa diamati di luar kesadaran individu. Definisi tidak boleh mengandung
prasangka terlepas dari apapun yang kira-kira akan menjadi kesimpulan studi.
2.       Memilih satu atau beberapa criteria yang
objektif
Dengan demikian dalam buku pertamanya (De la division du
travail social atau pembagian kerja secara social) Durkheim mempelajari hukum. Begitu
pula ia berusaha mencari penyebab tindakan bunuh diri dengan mempergunakan
angka kematian akibat bunuh diri. Namun masih harus lebih banyak diperhatikan
tentang criteria-kriteria dalam mengajukan analisis tersebut.
3.       Menjelaskan kenormalan patologi
Ada beberapa situasi yang bersifat kebetulan dan sementara
yang bisa mengacaukan keteraturan peristiwa. Jadi kita harus bisa membedakan
situasi-situasi normal yang menjadi dasar kesimpulan-kesimpulan teoritis.
4.       Menjelaskan masalah social secara "social"
Sebuah peristiwa social tidak hanya bisa dijelaskan lewat
keinginan individual yang sadar, namun juga melalui peristiwa atau tindakan social
sebelumnya. Setiap tindakan kolektif mempunyai satu signifikansi dalam sebuah system
interaksi dan sejarah. Inilah yang disebut fungsionalis.
5.       Mempergunakan metode komparatif secara
sistematis
Inilah semua hal yang telah kita singgung di atas. Hanya komparativisme
terhadap ruang dan waktu yang memungkinkan hal ini berakhir dengan suatu
demonstrasi sosiologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini