Rabu, 18 September 2013

Lilis Okviyani_PMI 3_Tugas ke 2_Struktur Sosial_ 1112054000002


                      Sosiologi Perkotaan Tugas ke II
1.      Struktur  sosial dalam pandangan sosiologi:
-Emile Durkheim
Emile durkheim berpandangan bahwa srtuktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai. Secara politik, Durkehim adalah seorang liberal, tetapi secara intelektual ia tergolong lebih konservatif.
Fakta-fakta sosial, Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi penting dan kemudian diujinya melalui studi empiris. Dalam The Rule of Sosiological Method (1895/1982). Durkehim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan dan struktrur yang bersifat eksternal dan memaksa individu. Meski tidak dapat  dilihat, struktur aturan-aturan itu nyata bagi individu yang perilakunya ditentukan oleh fakta sosial tersebut. Ini kemudian membuat Durkehim berpendapat bahwa masyarakat memiliki eksistensinya sendiri.

Dalam bukunya yang berjudul Suicide (1897/1951) Durkehim berpendapat bahwa bila ia dapat menghubungkan perilaku individu seperti bunuh diri itu dengan sebab-sebab sosial (fakta sosial) maka ia dapat menciptakan alasan meyakinkan tentang pentingnya disiplin sosiologi. Tetapi, ia tidak sampai menguji mengapa individu A atau B melakukan bunuh diri. durkheim menyatakan pandangannya bahwa ia mengembangkan sosiologi tersendiri dan mencoba menunjukkan kegunaannya dalam studi ilmiah tentang bunuh diri.
Dalam The Rule of Sosiological Method ia membedakan antara dua tipe fakta sosial: material dan non material. Meski ia membahas keduanya dalam karyanya, perhatian utamanya lebih tertuju pada fakta sosial non material ( misalnya kultur, institusi sosial) ketimbang pada sosial material (birokrasi, hukum). Perhatiannya terhadap fakta sosial nonmaterial ini jelas dalam karyanya paling awal , The Division of Labor in Society (1893/1964). Dalam buku ini perhatiannya tertuju pada upaya membuat analisis komparatif mengenai apa yang membuat masyarakat bisa dikatakan berada dalam keadaan primitif atau modern. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta sosial nonmaterial, khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama.
Secara garis besar fakta sosial terdiri atas dua tipe yakni struktur soial dan pranata sosial. Sifat dan hubungan dari fakta sosial inilah yang menjadi sasaran penelitian sosiologi menurut paradigma fakta sosial.
-          Talcott Parsons
Selama hidupnya Parsons membuat sejumlah besar karya teoritis. Salah satu dalam karyanya adalah teori struktural fungsional. Teori ini menyebutkan 4 fungsi penting untuk semua sistem "tindakan", terkenal dengan skema AGIL.
1.      Adaptation (adaptasi) merupakan sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
2.      Goal attainment (pencapaian tujuan) merupakan sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3.      Integration (integrasi) merupakan sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya (A,G,I,L).
4.      Latency (latensi atau pemeliharaan pola) merupakan sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
        Parsons mendesain skema AGIL ini untuk digunakan di semua tingkat dalam sistem teoritisnya. Sosialisasi dan kontrol sosial adalah mekanisme utama yang memungkinkan sistem sosial mempertahankan keseimbangannya.
-          Niklas Luhmann
Luhmann terkenal karena pemikirannya tentang autopoietic, yaitu sistem memproduksi sendiri elemen-elemen dasarnya, mereka mengorganisasikan batas-batasnya sendiri dan hubungan antara struktur internal, dan mereka serta tertutup.  Konsep autopoietic ini merujuk kepada divertisitas sistem-sistem dari sel biologis sampai ke seluruh masyarakat dunia. Luhmann menggunakan istilah itu untuk menunjuk pada sistem-sistem seperti, antara lain, ekonomi, politik, hukum, saintifik, dan birokrasi. Pandangan tentang sistem sebagai autopoietic dan tertutup terhadap lingkungan inilah yang membedakan pendekatan Luhmann dari teoritis sistem pendahulunya. Dua sistem dipilih Luhmann untuk analisisnya, yakni sistem sosial dan sistem psikis.
Menurut Luhmann, sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat, hanya mungkin terwujud apabila ada konsep tentang masyarakat yang di definisikan dengan jelas. Teori sistem Luhmann mendefinisikan masyarakat sebagai "semua yang mencakup sistem sosial termasuk semua sistem kemasyarakatan lainnya". Ini mengimplikasikan bahwa konsep masyarakat identik dengan konsep masyarakat dunia, hanya akan ada satu konsep masyarakat. Sistem sosial adalah setiap sistem yang menghasilkan komunikasi sebagai elemen dasarnya untuk memproduksi dirinya sendiri. Sistem kemasyarakatan (societal) adalah sistem fungsional seperti ekonomi, sains, dan hukum di dalam semua sistem masyarakat yang serba meliputi.
Luhmann berusaha menunjukkan bahwa observasi atas masyarakat tidaklah arbitrer karena "ada kondisi struktural untuk representasi yang masuk akal, dan ada tren historis dalam evolusi semantik yang sangat membatasi luasnya variasi.
-          Anthony Giddens
Kasus yang mendukung konsepsi subyek sebagai agen aktif dan mengetahui banyak hal secara konsisten telah dikemukakan oleh Giddens, yang merupakan tokoh kritikus Foucault yang paling lantang menghapus agen dari narasi sejarah. Giddens ini mengambil pandangan dari Garfinkel (1967) yang berpendapat bahwa tatanan sosial dibangun didalam dan melalui aktivitas sehari-hari dan memberikan penjelasan (dalam bahasa) tentang aktor atau anggota masyarakat yang ahli dan berpengalaman. Sumber daya yang diambil oleh sang aktor dan dibangun olehnya adalah karakter sosial, dan struktur sosial (atau pola aktivitas teratur) mendistribusikan sumber daya dan kompetensi secara tidak merata diantara para aktor. Teori strukturasi (Giddens, 1984) terpusat pada cara agen memproduksi dan mereproduksi struktur sosial melalui tindakan mereka sendiri. Aktivitas manusia yang teratur tidak diwujudkan oleh aktor individu semacam itu melainkan terus-menerus dicipta ulang oleh mereka melalui cara mereka mengekspresikan diri sebagai aktor. Jadi, didalam dan melalui aktivitas agen mereproduksi sejumlah kondisi yang memungkinkan aktivitas-aktivitas semacam itu.
Dalam konteks ini Giddens (1984) mendiskusikan mengenai buku Willis (1977) yakni Learning to Labour, dimana buku ini mengisahkan "anak muda" adalah agen aktif dan banyak tahu melawan bentuk – bentuk kekuasaanya yang berbasis sekolah berdasarkan atas afilasi  dan harapan mereka. Melalui aktivitas perlawanan mereka tidak sengaja memproduksi dan mereproduksi.posisi kelas subordinat mereka dalam proses kerja. Dalam hal ini, Giddens berusaha menunjukkan bagaimana orang bisa menjadi agen aktif dan banyak tahu serta dia bisa saja dibangun oleh dan mereproduksi struktur sosial, misalnya kelas, gender dan etnisitas.
2.      Struktur Masyarakat Perkotaan
a.      Segi Demografi
Ekspresi demografi dapat ditemui di kota-kota besar. Kota-kota sebagai pusat perdagangan, pusat pemerintahan dan pusat jasa lainnya menjadi daya tarik bagi penduduk di luar kota. Jenis kelamin dalam hal ini mempunyai arti penting, karena semua kehidupan sosial dipengaruhi oleh proporsi atau perbandingan jenis kelamin. Suatu kenyataan ialah bahwa pada umumnya kota lebih banyak dihuni oleh wanita daripada pria.
Struktur penduduk kota dari segi umur menunjukkan bahwa mereka lebih banyak tergolong dalam umur produktif. Kemungkinan besar adalah bahwa mereka yang berumur lebih dari 65 tahun atau mereka yang sudah pensiun lebih menyukai kehidupan dan suasana yang lebih tenang. Suasana ini terdapat di daerah-daerah pedesaan atau sub urban.
b.      Segi Ekonomi
Struktur kota dari segi ini dapat dilihat dari jenis-jenis mata pencaharian penduduk atau warga kota. Sudah jelas bahwa jenis mata pencaharian penduduk kota adalah di bidang non agraris seperti pekerjaan-pekerjaan di bidang perdagangan, kepegawaian, pengangkutan dan di bidang jasa serta lain-lainnya. Dengan demikian struktur dari segi jenis-jenis mata pencaharian akan mengikuti fungsi dari suatu kota.
c.       Segi Segregasi
Segregasi dapat dianalogkan dengan pemisahan yang dapat menimbulkan berbagai kelompok (clusters), sehingga kita sering mendengar adanya: kompleks perumahan pegawai bank, kompleks perumahan tentara, kompleks pertokoan, kompleks pecinan dan seterusnya. Segregasi ini ditimbulkan karena perbedaan suku, perbedaan pekerjaan, perbedaan strata sosial, perbedaan tingkat pendidikan dan masih beberapa sebab-sebab lainnya, Segregasi menurut mata pencaharian dapat dilihat pada adanya kompleks perumahan pegawai, buruh, industriawan, pedagang dan seterusnya, sedangkan menurut perbedaan strata sosial dapat dilihat adanya kompleks golongan berada. Segregasi ini tidak akan menimbulkan masalah apabila ada saling pengertian, toleransi antara fihak-fihak yang bersangkutan.
Segregasi ini dapat disengaja dan dapat pula tidak di sengaja. Disengaja dalam hubungannya dengan perencanaan kota misalnya kompleks bank, pasar dan sebagainya. Segregasi yang tidak disengaja terjadi tanpa perencanaan, tetapi akibat dari masuknya arus penduduk dari luar yang memanfaatkan ruang kota, baik dengan ijin maupun yang tidak dengan ijin dari pemerintahan kota. Dalam hal seperti ini dapat terjadi slums. Biasanya slums ini merupakan daerah yang tidak teratur dan bangunan-bangunan yang ada tidak memenuhi persyaratan bangunan dan kesehatan.
Adanya segregasi juga dapat disebabkan sewa atau harga tanah yang tidak sama. Daerah-daerah dengan harga tanah yang tinggi akan didiami oleh warga kota yang mampu sedangkan daerah dengan tanah yang murah akan didiami oleh swarga kota yang berpenghasilan sedang atau kecil. Apabila ada kompleks yang terdiri dari orang-orang yang sesuku bangsa yang mempunyai kesamaan kultur dan status ekonomi, maka kompleks ini atau clusters semacam ini disebut dengan istilah "natural areas".
Daftar Pustaka
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi. Jakarta: Kreasi Wacana Offset

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini