Rabu, 18 September 2013

Nurfikriansyah pmi3_tugas 2_ strituralisme

1. EMILE DURKHEIM
Ada dua tema penting dalam karya Emile Durkheim. Pertama, keutamaan Sosial dari pada individu. Kedua, ide bahwa masyarakat bisa dipelajari secara ilmiah. Meski kedua itu tersebut terus menjadi kontroversial, namun pemikiran Durkheim tetap relavan sampai sekarang. Menurut Durkheim, masyarakat dibentuk oleh "Fakta Sosial" yang melampaui pemahaman intuitif kita dan mesti diteliti melalui observasi dan pengukuran. Ide tersebut adalah inti dari sosiologi yang menyebabkan Durkheim sering dianggap sebagai "Bapak" sosiologi (Goulner, 1958). salah satu tujuan utama Durkheim adalah menjadikan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmiah.

2.TALCOTT PARSONS
Pembahasan teori fungsionalisme structural Parson diawali dengan empat skema pentingmengenai fungsi untuk semua system tindakan, skema tersebut dikenal dengan sebutan skemaAGIL. Sebelumnya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu fungsi yang sedang dibicarakan disini,fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan system.Menurut parson ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua system social,meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan atau
 goal attainment 
(G), integrasi (I), dan Latensi (L).empat fungsi tersebut wajib dimiliki oleh semua system agar tetap bertahan (
 survive
), penjelasannya sebagai berikut:Adaptation : fungsi yang amat penting disini system harus dapat beradaptasi dengan caramenanggulangi situasi eksternal yang gawat, dan system harus bisa menyesuaikan diri denganlingkungan juga dapat menyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannnya.Goal attainment ; pencapainan tujuan sangat penting, dimana system harus bisa mendifinisikandan mencapai tujuan utamanya.Integrastion : artinya sebuah system harus mampu mengatur dan menjaga antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, selain itu mengatur dan mengelola ketiga fungsi(AGL).Latency :laten berarti system harus mampu berfungsi sebagai pemelihara pola, sebuah systemharus memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola individu dan cultural .Lalu bagaimanakah Parson menggunakan empat skema diatas, mari kita pelajari bersama.Pertama adaptasi dilaksanakan oleh organisme prilaku dengan cara melaksanakan fungsi adaptasidengan cara menyesuaikan diri dan mengubah lingkungan eksternal. Sedangkan fungsi pencapaian tujuan atau Goal attainment difungsikan oleh system kepribadian dengan menetapkantujuan system dan memolbilisai sumber daya untuk mencapainya. Fungsi integrasi di lakukanoleh system social, dan laten difungsikan system cultural. Bagaimana system cultural bekerja?Jawabannhya adalah dengan menyediakan actor seperangkat norma dan nilai yang memotivasiactor untuk bertindak.Tingkat integrasi terjadi dengan dua cara, pertama : masing-masing tingkat yang p[aling bawahmenyediakan kebutuhan kondisi maupun kekuatan yang dibutuhkan untuk tingkat atas.Sredangkan tingkat yang diatasnya berfungsi mengawasi dan mengendalikan tingkat yang adadibawahnya.Parson memberikan jawaban atas masalah yang ada pada fungsionalisme structural denganmenjelaskan beberapa asumsi sebagai berikut;
1)      system mempunyai property keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung.
2)      system cenderung bergerak kea rah mempertahankan keteraturan diri atau keseimbangan.
3)      system bergerak statis, artinya ia akan bergerak pada proses perubahan yang teratur.
4)      sifat dasar bagian suatu system akan mempengaruhi begian-bagian lainnya.
5)      system akam memelihara batas-batas dengan lingkungannya.
6)      alokasi dan integrasi merupakan ddua hal penting yang dibutuhkan untuk memeliharakeseimbangan system.
7)      system cenderung menuju kerah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-baguan denga
v  ANTHONY GIDDENS,
Anthony Giddens, Baron Giddens (lahir 18 Januari 1938; umur 75 tahun) adalah sosiolog asal Britania Raya. Ia adalah seorang sosiolog Inggris yang terkenal karena teori strukturasi dan pandangan menyeluruh tentang masyarakat modern.
Ia dianggap sebagai salah satu kontributor sosiologi modern.Tiga tahap terpenting dapat diidentifikasi di dalam kehidupan akademisnya. Hal yang pertama yaitu melibatkan penjabaran sebuah visi baru tentang apa sosiologi itu, menyajikan pemahaman teoritis dan metodologis dari bidang itu, berdasarkan reinterpretasi kritis terhadap klasik. Pada tahap kedua Giddens mengembangkan teori strukturasi, analisis agen dan struktur, di mana keutamaan diberikan kepada keduanya. Karya-Nya periode itu, seperti Pusat Permasalahan dalam Teori Sosial (1979) dan Konstitusi Masyarakat (1.984), membawa dia terkenal di dunia internasional pada arena sosiologis.
STRUKTUR MASYARAKAT PERKOTAAN

1)      Segi Demografi
Ekspresi demografi dapat ditemui di kota-kota besar. Kota-kota sebagai pusat perdagangan, pusat pemerintahan dan pusat jasa lainnya menjadi daya tarik bagi penduduk di luar kota. Jenis kelamin dalam hal ini mempunyai arti penting, karena semua kehidupan ocial dipengaruhi oleh proporsi atau perbandingan jenis kelamin. Suatu kenyataan ialah bahwa pada umumnya kota lebih banyak dihuni oleh wanita daripada pria.
Struktur penduduk kota dari segi umur menunjukkan bahwa mereka lebih banyak tergolong dalam umur produktif. Kemungkinan besar adalah bahwa mereka yang berumur lebih dari 65 tahun atau mereka yang sudah ocial lebih menyukai kehidupan dan suasana yang lebih tenang. Suasana ini terdapat di daerah-daerah pedesaan atau sub urban
2)      Segi Ekonomi
Struktur kota dari segi ini dapat dilihat dari jenis-jenis mata pencaharian penduduk atau warga kota. Sudah jelas bahwa jenis mata pencaharian penduduk kota adalah di bidang non agraris seperti pekerjaan-pekerjaan di bidang perdagangan, kepegawaian, pengangkutan dan di bidang jasa serta lain-lainnya. Dengan demikian struktur dari segi jenis-jenis mata pencaharian akan mengikuti fungsi dari suatu kota.
3)      Segi Segregasi
Segregasi dapat dianalogkan dengan pemisahan yang dapat menimbulkan berbagai kelompok (clusters), sehingga kita sering mendengar adanya: kompleks perumahan pegawai bank, kompleks perumahan tentara, kompleks pertokoan, kompleks pecinan dan seterusnya. Segregasi ini ditimbulkan karena perbedaan suku, perbedaan pekerjaan, perbedaan strata ocial, perbedaan tingkat pendidikan dan masih beberapa sebab-sebab lainnya, Segregasi menurut mata pencaharian dapat dilihat pada adanya kompleks perumahan pegawai, buruh, industriawan, pedagang dan seterusnya, sedangkan menurut perbedaan strata ocial dapat dilihat adanya kompleks golongan berada. Segregasi ini tidak akan menimbulkan masalah apabila ada saling pengertian, toleransi antara fihak-fihak yang bersangkutan.
Segregasi ini dapat disengaja dan dapat pula tidak di sengaja. Disengaja dalam hubungannya dengan perencanaan kota misalnya kompleks bank, pasar dan sebagainya. Segregasi yang tidak disengaja terjadi tanpa perencanaan, tetapi akibat dari masuknya arus penduduk dari luar yang memanfaatkan ruang kota, baik dengan ijin maupun yang tidak dengan ijin dari pemerintahan kota. Dalam hal seperti ini dapat terjadi slums. Biasanya slums ini merupakan daerah yang tidak teratur dan bangunan-bangunan yang ada tidak memenuhi persyaratan bangunan dan kesehatan.
Adanya segregasi juga dapat disebabkan sewa atau harga tanah yang tidak sama. Daerah-daerah dengan harga tanah yang tinggi akan didiami oleh warga kota yang mampu sedangkan daerah dengan tanah yang murah akan didiami oleh swarga kota yang berpenghasilan sedang atau kecil. Apabila ada kompleks yang terdiri dari orang-orang yang sesuku bangsa yang mempunyai kesamaan kultur dan status ekonomi, maka kompleks ini atau clusters semacam ini disebut dengan istilah "natural areas".

MASALAH PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF ANALISIS STRUKTURAL
Soekanto (2000, 76-77) mengatakan bahwa terdapat beberapa bentuk hubungan setiap komunitas yaitu kerjasama (co-operation), persaingan (competition), pertentangan (conflict) serta akomodasi (Soekanto, 2000: 76-77). Hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Suatu hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam tindakan yang akan datang dari pihak lain terhadap dirinya (Spradley dan McCurdy, 1972: 8). Disebut sistemik karena terjadinya secara teratur dan berulang kali dengan pola yang sama (Spradley dan McCurdy, 1975: 116). Pola dari interaksi ini disebut sebagai hubungan sosial dan hubungan sosial akan membentuk jaringan sosial.
Agusyanto dalam tulisannya tentang jaringan sosial arek-arek Suroboyo mengatakan bahwa:
Jaringan sosial terbentuk dalam masyarakat karena pada dasarnya manusia tidak dapat berhubungan dengan semua manusia yang ada; hubungan selalu terbatas pada sejumlah orang tertentu. Setiap orang belajar dari pengalamannya untuk masing-masing memilih dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial yang terbatas jumlahnya dibandingkan dengan jumlah rangkaian hubungan sosial yang tersedia, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada individu yang bersangkutan sehingga dalam usaha peningkatan taraf hidup juga tidak menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya (Agusyanto, 1991: 14).
Pendekatan jaringan sosial sebagai salah satu pendekatan dalam studi antropologi berupaya untuk memahami bentuk dan fungsi hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang kompleks. Pendekatan jaringan sosial mulai dikembangkan secara intensif pada tahun 1970-an. Pendekatan jaringan sosial timbul karena ada rasa ketidakpuasan dari para ahli antropologi terhadap pendekatan struktural fungsional. Para ahli antropologi saat itu merasakan adanya kekurangan dari pendekatan struktural yang mereka gunakan ketika mulai mengarahkan perhatian mereka pada masyarakat kompleks. Hal ini terjadi karena pendekatan struktural fungsional dibangun melalui penelitian-penelitian  pada masyarakat tribal yang masih sederhana dan berskala kecil dengan perubahan yang relatif lambat.
Dengan pendekatan struktural fungsional, para ahli dapat mengungkapkan dengan baik keseluruhan aspek kebudayaan dan hubungan antaraspek kebudayaan tersebut pada masyarakat yang ditelitinya dalam kesatuan yang fungsional. Namun, kesulitan timbul ketika para ahli antropologi berupaya untuk memahami susunan hubungan sosial yang terdapat dalam masyarakat setempat yang sudah kompleks (Mitchell, 1969: 8). Oleh karena kesulitan-kesulitan tersebut, maka para ahli antropologi membutuhkan suatu model baru yang dapat digunakan untuk memahami gejala-gejala sosial yang kompleks, terutama dalam masyarakat perkotaan; dan konsep jaringan sosial menjadi jawaban untuk mengatasi kesulitan tersebut. Mereka melihat pentingnya jaringan-jaringan hubungan personal untuk memahami  perilaku masyarakat (Mitchell, 1969). Keterikatan individu-individu dalam hubungan-hubungan sosial adalah pencerminan dirinya sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan masyarakat, hubungan-hubungan sosial yang dilakukan individu merupakan suatu upaya untuk mempertahankan keberadaannya.
Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal kuantitas dan kualitas atau intensitas hubungan-hubungan sosial yang dilakukannya, sekalipun dalam kehidupan masyarakat terbuka luas peluang bagi individu untuk melakukan hubungan sosial secara maksimal. Hubungan-hubungan tersebut tidak hanya melibatkan dua individu, tetapi juga banyak individu. Keterhubungan antarindividu-individu tersebut akan membentuk suatu jaringan sosial yang sekaligus merefleksikan  terjadinya pengelompokan sosial dalam kehidupan masyarakat (Kusnadi, 1998: 11-12).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini