Rabu, 18 September 2013

Khairul anam PMI 3_ tugas 2_ strukturalisme

STRUKTURALIS
Struktualis seperti kita ketahui bahwa struktualis memusatkan perhatian pada struktur, tetapi tidak sepenuhnya dengan struktur yang menjadi sasaran perhatian teoritisi fungsionalisme structural. Selagi fungsionalis struktural memusatkan perhatian pada pada struktur sosial, teoritisi struktualisme terutama memusatkan perhatian pada struktur linguistik[1].   Pergeseran dari struktur sosial ke struktur linguistic inilah yang secara dramatis mengubah sifat dari ilmu sosial[2]. Untuk lebih jelasnya mengenai strukturalis ini akan saya uraikan sebagaimana berikut ddari beberapa pemikiran para tokoh-tokoh sosiolog.
a)      Email Durkheim
Menurut beliu adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap[3].
b)     Talcott parsons
Mula-mula parson berpendapat, studi perubahan sosial dimulai dengan studi struktur sosial terlebih dahulu. Dalam studi evolusi misalnya, terdapat kesejajaran "antara evolusi organik dan evolusi  sosio –kultural: analisis struktural harus lebih diutamakan ketimbang analisis proses dan perubahan[4].   Bahkan salah satu sumbangan  
Jelas pandangan parsons ini tidak berarti menyangkal pentingnya perubahan. Seperti kita ketahui bahwa sifat struktur
Inti pemikiran parsons ditemukan dalam empat sistem tindakan ciptaannya.dengan asumsi yang dibuat parsons dalam sistem tindakanya,kita berhadapan dengan masalah yang sangat di perhatikan parsons dan telah menjadi sumber utama kritikan atas pemikirannya (Schwanenberg, 1971). Problem Hobbesian tentang keteraturan_yang dapat mencegah perang sosial semua lawan semua_menurut parsons (1937). Tak dapat di jawab oleh filsuf kuno.parsons menemukan jawaban problem didalam fungsioalisme setruktural dengan asumsi sebagai berikut:
1.      sistem memiliki property keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung.
2.      sistem cendrungbergerak kea rah mempertahankan keteraturan-diri atau keseimbangan
3.      sistem mungkin statis atau  bergerak dalam proses perubahan yang teratur.
4.      sipat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk  bagian-bagian lain
5.      sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya.
6.      alokasi dan integrasi merupakan dua proses pundemental yang di perlukan untuk memelihara keseimbangan sistem
7.      sistem cendrung menuju ke arah pemeliharaan keseimbangan-diri yang meliputi pemeliharan batas dan pemeliharaanhubungan antara bagian-bagian dengan kesuluruhan sistem engadilkan lingkungan yang berbeda-beda dan mengendalikan kecendrungan untuk merubah sistem diri dalam[5].
Jadi, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa struktur sosial adalah keterkaitan antarmanusia saja tudak ada keterkaotan dengan yang lain.
c)       Niklas luhmann
Menurut beliau (Luhmann) mengatakan bahwa masyarakat bukanlah hasil interaksi sosial antar individu, juga bukan teks, juga tidak ditopang oleh sebuah konsensus tertentu, melainkan sistem sistem sosial yang secara terus menerus menciptakan dirinya (self-creation) melalui komunikasi dengan lingkungan.
Dari pemahaman diatas dapat saya ambil kesimpulan bahwa sebuah strutur sosial bisa terjadi apabila ada yang namanya kontak antara masyrarakat yang datu dengan yang lainnya. Sehingga secara tidak langsung jika terjadi yang namanya interaksi masyatarakat maka akan terjasi yang namanya penggolongan social.  
d)     Antony giddens
Menurut beliau  (giddens) sebetulnya Ada dua pendekatan yang kontras bertentangan, dalam memandang realitas sosial. Pertama, pendekatan yang terlalu menekankan pada dominasi struktur dan kekuatan sosial (seperti, fungsionalisme Parsonian dan strukturalisme, yang cenderung ke obyektivisme). Kedua, pendekatan yang terlalu menekankan pada individu (seperti, tradisi hermeneutik, yang cenderung ke subyektivisme. Menghadapi dua pendekatan yang kontras berseberangan tersebut, Anthony Giddens tidak memilih salah satu, tetapi merangkum keduanya lewat teori strukturasi. Lewat teori strukturasi, Giddens menyatakan, kehidupan sosial adalah lebih dari sekadar tindakan-tindakan individual. Namun, kehidupan sosial itu juga tidak semata-mata ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial.
Menurut Giddens, human agency dan struktur sosial berhubungan satu sama lain. Tindakan-tindakan yang berulang-ulang (repetisi) dari agen-agen individual-lah yang mereproduksi struktur tersebut. Tindakan sehari-hari seseorang memperkuat dan mereproduksi seperangkat ekspektasi. Perangkat ekspektasi orang-orang lainlah yang membentuk apa yang oleh sosiolog disebut sebagai "kekuatan sosial" dan "struktur sosial."
Dari uraian diatas sangatlah jelas bahwa strultur social (strukturalisme) adalah lebih umum dari pemahaman sebelumnya yakni luhmann yang berasumsikan mulai dari kontak masyarakat sampai terjadinya strutur sosial. Tapi kalau ini dia berasumsikan bahwa struturalis adalah  Bagi Giddens struktur merujuk pada  aturan-aturan dan sarana-sarana atau sumber daya yang memiliki perlengka-pan-perlengkapan struktural yang me-mungkinkan pengikatan ruang dan waktu yang mereproduksi praktik-praktik sosial
dalam sistem-sistem sosial kehidupan masyarakat. Giddens memformulasikan konsep struktur, sistem, dan strukturasi . Menurut Giddens bahwa "struktur hanya ada di dalam dan melalui  aktivitas agen manusia". Dalam pandan-gan Giddens, berdasarkan konsep 'du-alitas struktur' dalam hubungan antara  agen dan struktur (agency and structure),  bahwa 'struktur' merupakan medium  sekaligus hasil dari tindakan yang ditata  secara berulang oleh struktur. Ditekankan  pula tentang 'keterinformasian' aktor  yang tergantung pada pengetahuan dan  strategi yang ada untuk meraih tujuan Agen atau pelaku adalah orang-orang  yang konkret dalam arus kontinu antara  tindakan dan peristiwa[6].

STRULTIALIS MASYARAKAT PERKOTAAN
Untuk memudahkan kita dalam memahami permasalahan ini saya mencoba menguraikan dalam bentuk table dan melakukan perbandingan dengan desa seperti berikut ini:  
DESA
KOTA
Komunitas
Non-komunitas
Provincial
Kosmopolitas
Sederhana
Rumit
Moral
Korup
Masyarakat suku
Masyarakat massal
 Dari ilustrasi menggunakan table diatas sangatlah jelas bahwa struktur masyarakat perkotaan lebih memprioritaskan kehidupan indivodu dari pasa berkelompok seperto orang-orang desa yang lebih mengutamakan rasa persaudaraan dan keberdamaan.
MASALAH PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF ANALISIS STRUKTURAL
Pada pembahasan ini saya mencoba menganalisis dari aspek pembangunannya saja. Yang mana nanti penjelasannya ngak kemana-mana karena Pembangunan tidak akan berhasil untuk mengatasi kemiskinan tanpa disertai peningkatan kesempatan kerja, pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan produktivitas rakyat miskin. Banyak juga yang berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) akan menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Memang kalau Indonesia dapat melakukan sesuai dengan apa yang dijanjikan dalam sistem itu, maka kemiskinan dapat dikurangi secara massal. Dibutuhkan tindakan pemerintah untuk mengubah pola-pola pemilikan tanah, mengurangi investasi padat modal, mengarahkan kekuatan-kakuatan pasa, mempengaruhi perubahan nilai-nilai, dan mengatur perdagangan luar negeri (Bayo, 1996:37). Tidak mudah memang dalam merubah suatu sistem yang bergulir dalam suatu negara, namun tidak ada salahnya untuk diuji cobakan. Karena sistem yang berada di Indonesia ini belum sepenuhnya jelas, mumpung belum jelas maka ada kesempatan untuk merubah sedikit demi sedikit.
Strategi dalam pengentasan kemiskinan memang sangat dibutuhkan peran dari negara tidak lain dalam rangka advokasi sosial untuk menciptakan tatanan yang berkeadilan dan berkemakmuran. Peran negara yang dituntut dalam proses pengentasan kemiskinan adalah meredistribusi kekayaan dan pendapatan, memastikan agar dalam proses distribusi tidak satu pun dari faktor-faktor produksi ditekan pembagiannya dan mengeksploitasi faktor lainnya (Baidhowy, 2007:7).
Penulis sepakat dengan pendapat tersebut karena memang dari pekerja, pemilik modal, dan pemilik tanah harus berbagi bersama dalam hasil-hasil produksinya. Negara sebagai kekuasaan tertinggi harus bisa memberikan kontribusi dalam mendistribusikan hasil produksi kepada mereka yang miskin secara sosial dan ekonomi. Penulis merekomendasikan untuk memakai mekanisme koperasi dalam mengentaskan kemiskinan. Tentu dalam menerapkan koperasi sebagai soko guru ekonomi harus diimbangi dengan peran negara sebagai pihak yang seharusnya berani memaksa untuk kebaikan, karena sistem yang sekarang berjalan justru semakin memperlemah sector koperasi, menjadikan koperasi tidak menarik lagi. Padahal jika ditelusuri lebih dalam dan diamalkan sesuai dengan kaidah yang ada dalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi sangat pas jika permasalahan negara adalah pada mekanisme distribusi hasil produksi. Dengan koperasi semua masyarakat sama, tidak ada paksaan dalam memberikan modal bersama dan cita-cita koperasi di Indonesia menurut Mohammad Hatta yakni menciptakan masyarakat yang kolektif, berakar pada adat istiadat, tetapi ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tuntutan zaman modern. Disini negara lebih ditekankan untuk memperbaiki sistem yang saat ini berlaku di Indonesia.
Sehingga dengan adanya pembangunan ini bisa diharapkan agar yang namanya kemiskinan, pinggiran, dan lain-lain bisa tertasi baik oleh pemerintah, pihak swasta, kita semua yang mempunya tanggung jawab bersama salam pemberdayaan masyarakat tertinggal dan kumuh.
Terakhir dari penulis semoga kita juga bisa ikut andil dalam pengentasan kemiskinan ini dan mensumbangsihkan pemikran , gagasan, ide kita pada mereka yang membutuhkan.




[1] George ritzer, doulas j. goodman, teori sosiologi modern, Jakarta, kencana, 2007, hal_603
[2] ibid.hal_604
[4] Robert h. lauer, perspektif tentang perubahan sosial. Jakarta, pt rineka cipta, 1993, hal_106
[5] George ritzer, doulas j. goodman, Ob.cit, hal_123

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini