Wita Eka Sucita (NIM. 112051000126) - KPI 5E 2014 - Etika dan Filsafat Komunikasi - Tugas 1 "Etika 1"
Seputar Istilah dan Kerancuan Istilah: Etika dan Moral, Amoral dan Immoral, Etika dan Etiket, Moralitas, Subyektif,dst. Membedakan antara: Etika Deskriptif, Etika Normatif, dan MetaEtika; Hakikat Etika Filosofis
Etika berasal dari kata ethos (bahasa yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan, atau adat. Sebagai suatu subjek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, baik atau buruk. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Etika adalah refleksi dari "self control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri. Pendapat lain bahwa etika berasal dari bahasa inggris yang disebut dengan ethic (singular) yang berarti a system of moral principles or rules of behaviour, atau suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara berprilaku. Akan tetapi, terkadang ethics (dengan tambahan huruf s) dapat berarti singular. Jika ini yang dimaksud, ethics berarti the branch of philosophy that deals with moral principles, suatu cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip moral. Ethics dengan maksud plural (jamak) berarti moral principles that govern of influence a person's behaviour, prinsip-prinsip moral yang dipengaruhi oleh prilaku pribadi. Jadi, jika kita membatasi diri pada asal-usul kata ini "etika" berarti ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau ilmu tentang kebiasaan. Arti inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah "etika" yang oleh Aristoteles (384-322 SM) dipakai untuk menunjukan filsafah moral.
Moral menurut definisinya antara lain hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma. Saran untuk mengukur benar atau tidaknya tindakan manusia. Menurut Helden dan Richard "Kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan aturan" (Helden dan Richard: 1997). Sedangkan menurut Atkinson pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan manusia (Atkinson:1969). Penerimaan sebuah nilai erat kaitannya dengan upaya-upaya rasinal manusia dalam mencari pembuktian-pembuktian yang meyakinkan dirinya akan kebenarannya, sehingga ia pun dapat hidup dengan cara yang baik dan pantas setiap saat. Oleh karena itu, pernyataan spesifik apa yang disebut "yang baik " dan "yang buruk", "apa yang pantas" dan "apa yang tidak pantas".serta bagaimana cara mengetahuinya merupakan persoalan yang urgen untuk dijawab untuk melihat aktivitas pembenaran moral yang sesungguhnya bagi manusia.
Etika dan etiket menyangkut prilaku manusia istilah tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket. Kedua-duanya mengatur manusia secara normatif artinya memberi norma bagi prilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena keduanya bersifat nomatif maka keduanya sering dicampur adukan. Perbedaan yang sangat mendasar terletak pada cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukan cara yang tepat artinya cara yang tepat dan diharapkan, sedangkan etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan. Etika menyangkut apakah perbuatan itu boleh dilakukan.
Komunikasi hampir menyentuh semua aspek kehidupan keseharian manusia. Sebelum lebih jauh membahas tentang etika itu sendiri mari kita terlebih dahulu mengungkapkan etika yang berhubungan langsung dengan komunikasi. Etika dibagi menjadi tiga, yaitu etika deskriptif, etika normatif dan metaetika. Etika deskriptif adalah etika yang mendeskritifkan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, anggapan baik dan buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Objek penelitiannya adalah individu dan kebudayaan. Etika normatif dalam hal ini, seseorang dapat dikatakan sebagai participation approach karena yang bersangkutan telah melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang prilaku manusia. Ia tidak netral karena berhak untuk mengatakan atau menolak etika tertentu. MetaEtika yang berkata awalnya meta (Yunani) berarti melebihi atau melampaui. MetaEtika sendiri bergerak seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggi daripada prilaku etis, yaitu taraf "bahasa etis" atau bahasa yang digunakan di bidang moral.
Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Menurut Surajiyo Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan terminologi. (Surajiyo: 2010). Dalam bahasa Yunani kata philosophia merupakan gabungan dari dua kata, yakni "philo" yang berarti "cinta" dan "sophos" yang berarti "kebijaksanaan". Dengan demikian, secara etimologi filsafat mempunyai arti "cinta akan kebijaksanaan" (love of wisdom). (Muhamad Mufid: 2009) Jadi, menurut namanya, filsafat boleh diartikan ingin mencapai pandai, cinta kepada kebijaksanaan. (M. Ahmad Syadalim: 1999) Kata filsafat petama kali digunakan oleh pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti halnya yang banyak dipakai sekarang ini oleh para kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-399 SM). Etika disebut juga filsafat moral, merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, tetapi mempersoalkan cara manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma agama, dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan, norma agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati, dan norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari.
Referensi :
Drs. A. Ilham Macmud, Dipl. Sci., Apt dan Drs. Frans A. Rumate, Apt. Etika dan Prilaku, Universitas Hasanudin, 2005
H. Aang Ridwan,M. Ag, Filsafat Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar