Nama : Tiara Desta Arum (1112051000124)
Kelas : KPI 5D
Tugas 1: Seputar Istilah dan Kerancuan Istilah: Etika dan Moral, Amoral dan Immoral, Etika dan Etiket, Moralitas, Subyektif, dsb. Membedakan antara: Etika Deskriptif, Etika Normatif, dan Meta Etika; Hakikat Etika Filosofis
1. Etika dan Moral
Kata Etika (etimologik) yang, berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang berarti watak kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin "Mos" yang dalam bentuk jamaknya "Mores" yang berarti juga adat atau cara hidup.
Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau Moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Contoh : perbuatan itu bermoral
2. Amoral dan Immoral
Oleh Consice Oxford dictionary, kata amoral diterangkan sebagai "unconcerned" With, out of sphere of moral, non moral". Jadi kata amoral dalam bahasa Inggris berarti "tidak berhubungan konteks moral", diluar suasana etis", non moral". Dalam kamus yang sama Immoral dijelaskan sebagai "opposed to morality; morality evil". Jadi dalam kata bahasa Inggris Immoral berarti "bertentangan dengan moralitas yang baik", "baik secara buruk", "tidak etis".
3. Etika dan Etiket
Etiket menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan oleh suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu pada atasan, saya harus menyerahkannya dengan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket, bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan; etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut suatu masalah apakah perbuatan boleh dilakukan boleh atau tidak. Mengambil barang orang lain tanpa izin tidak pernah dibolehkan. "Jangan mencuri" merupakan suatu norma etika.
4. Moralitas
Frans Magnis Suseno mengatakan moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai, dan sikap seseorang atau suatu masyarakat. Menurutnya adalah moralitas, suatu sikap hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriyah. Seperti kesadaran moral yang merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila, lagi pula tindakannya akan sesuai dengan norma yang berlaku. Sesuai dengan norma –Etika.
5. Subyektif
Subyektif adalah suatu ungakapan atau perasaan berdasarkan pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung atau mengenai pokok halnya, seperti segala sesuatu hendaklah dibahas secara objektif atau jangan hanya melalui satu sisi saja.
Membedakan Antara Etika Deskriptif, Etika Normatif dan Meta Etika
1. Etika deskriptif, ilmu pengetahuan (Etika) semata-mata bersifat deskriptif dan hanya berusaha untuk membuat deskripsi yang cermat. Etika deskriptif mungkin merupakan suatu cabang sosiologi, tetapi ilmu tersebut penting bila kita mempelajari Etika untuk mengetahui apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap tidak baik.
Etika deskriptif bersangkutan dengan pencatatan terhadap corak-corak, predikat predikat serta tanggapan-tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan. Singkatnya, etika deskriptif hanya melukiskan tentang predikat dan tanggapan kesusilaan yang telah diterima dan dipakai.
2. Etika Normatif, etika dipandang suatu ilmu yang mengadakan ukuran atau norma yang dapat dipakai untuk menaggapi atau menilai perbuatan. Menerangkan tentang apa yang seharusnya terjadi dan apa yang harus dilakukan, dan memungkinkan kita untuk mengukur dengan apa yang seharusnya terjadi.
Etika normatif bersangkutan dengan penyelesaian ukuran kesusilaan yang benar.
3. Meta Etika, sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau peristiwa. Dalam meta-etika, tindakan atau peristiwa yang dibahas dan dipelajari berdasarkan hal itu sendiri dan dampak yang dibuatnya.
Hakikat Etika Filosofis
Beberapa filsuf telah memberikan pandangan etika, sejak Stoa masalah etika telah menjadi salah satu pembahasan pokok filsafat. Menurut Stoa filsafat terdiri dari tiga bagian yaitu, fisika, logika, dan etika yang berfungsi sebagai buahnya. Seorang tokoh skolastik memikirkan tentang etika lebih dekat kepada aspek kemanusiaannya. Moral yang berlaku secara sosial maupun individual dipertimbangkan dalam tabiat manusia secara hakiki. Sebab manusia adalah makhluk sosial. Dalam hal ini seorang filsuf Thomas Aquinas telah menampilkan metode induktif didalam menguraikan etika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar