Selasa, 09 April 2013

Kepemimpinan Nur Fajrina_tugas4

Nama    : Nur Fajrina (PMI 4)
NIM       : 1111054000009
Pengertian Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan secara umum dikemukakan oleh para alhi di antarannya :
1.       Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
2.       Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

3.    Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Sebab-sebab munculnya kepemimpinan
Mengenai sebab-musabab munculnya pemimpin telah dikemukakan berbagai pandangan dan pendapat yang mana pendapat tersebut berupa teori yang dapat dibenarkan secara ilmiah, ilmu pengetahuan atau secara praktek. Munculnya pemimpin dikemukan dalam beberapa teori, yaitu :
1.       Teori pertama, (Teori Genetis) berpendapat bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk menjadi pemimpin, dengan kata lain ia mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pemimpin. Menurut teori ini tidak setiap orang bisa menjadi pemimpin, hanya orang-orang yang mempunyai bakat dan pembawaan saja yang bisa menjadi pemimpin. Maka munculah istilah "leaders are borned not built". Teori ini disebut teori genetis.
2.       Teori kedua, (Teori Ekologis atau Sintetis) mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin kalau lingkungan, waktu atau keadaan memungkinkan ia menjadi pemimpin. Setiap orang bisa memimpi asal diberi kesempatan dan diberi pembinaan untuk menjadi pemimpin walaupun ia tidak mempunyai bakat atau pembawaan. Maka munculah istilah "leaders are built not borned". Teori ini disebut teori social.
Teori ketiga, merupakan gabungan dari teori yang pertama dan yang kedua, ialah untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu perlu dibina supaya berkembang. Kemungkinan untuk mengembangkan bakat ini tergantung kepada lingkungan, waktu dan keadaan. Teori ini disebut teori ekologis.
3.       Teori keempat, (Teori Situasi) Menurut teori ini setiap orang bisa menjadi pemimpin, tetapi dalam situasi tertentu saja, karena ia mepunyai kelibihan-kelebihan yang diperlukan dalam situasi itu. Dalam situasi lain dimana kelebihan-kelebiahannya itu tidak diperlukan, ia tidak akan menjadi pemimpin, bahkan mungkin hanya menjadi pengikut saja.
Dengan demikian seorang pemimpin yang ingin meningkatkan kemampuan dan kecakapannya dalam memimpin, perlu mengetahui ruang lingkup gaya kepemimpinan yang efektif. Para ahli di bidang kepemimpinan telah meneliti dan mengembangkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda sesuai dengan evolusi teori kepemimpinan. Untuk ruang lingkup gaya kepemimpinan terdapat tiga pendekatan utama yaitu: pendekatan sifat kepribadian pemimpin, pendekatan perilaku pemimpin, dan pendekatan situasional atau kontingensi.
Pendekatan Utama Kepemimpinan
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan diantaranya :
1.       Pendekatan yang pertama kepemimpinan itu tumbuh dari bakat.
2.       Pendekatan yang kedua kepemimpinan tumbuh dari perilaku.
Kedua pendekatan diatas berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok ( organisasi ) apapun yang ia masuki.
3.       Pendekatan yang ketiga bersandar pada pandangan situasi (situasionar perspective).
Pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas pemimpin. Efektifitas pemimpin berfariasi menurut situasi tugas yang harus diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan lingkungan organisasi dan pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan pendekatan kontingensi yang menentukan efektifitas situasi gaya pemimpin.
Sifat-sifat kepemimpinan
Ordway Tead mengemukakan 10 sifat kepemimpinan sebagai berikut : (Kartini Kartono,1983:37)
1.       Energi jasmaniah dan mental
2.       Kesadaran akan tujuan dan arah
3.       Antusiasme
4.       Keramahan dan kecintaan
5.       Integritas
6.       Penguasaan teknis
7.       Ketegasan dalam mengambil keputusan
8.       Kecerdasan
9.       Keterampilan mengajar
10.   Kepercayaan
Tipe dan Gaya kepemimpinan
Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, watak dan kepribadian sendiri yang khas. Sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya pasti akan selalu mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Menurut W.J. Raddin dalam artikelnya what kind of manager menentukan watak dan tipe pemimpin atau tiga pola dasar, yaitu :
1.       Berorientasikan tugas ( task orientation )
2.       Berorientasikan hubungan kerja ( relationship orientation )
3.       Berorientasikan hasil yang efektif ( effectives orientation )
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan 8 tipe kepemimpinan dan memiliki sifat-sifat tersendiri, yaitu :
1)      Tipe deserter ( pembelot )
2)      Tipe birokrat
3)      Tipe misionaris
4)      Tipe developer ( pembangun )
5)      Tipe otokrat
6)      Benevolent autocrat ( otokrat yang bijak )
7)      Tipe compromiser ( kompromis )
8)      Tipe eksekusi.
Syarat-Syarat Kepemimpinan
Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan selalu berkaitan dengan 3 hal antara lain :
1.       Kekuasaan
Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
2.       Kewibawaan
Kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu "mbawani" akan mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin dan tersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
3.       Kemampuan
Kemampuan yaitu : segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau ketrampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihidan kemampuan anggota biasa.
Menurut Earl Nightingale dan Whitf Schult mengemukakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dan syarat sebagai berikut :
-           Kemandirian
-          Besar rasa ingin tahu
-          Multi – terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam
-          Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan
-          Selalu ingin mendapatkan yang sempurna
-          Mudah menyesaikan diri ( beradaptasi )
-          Sabar dan ulet
-          Komunikatif serta pandai berbicara
-          Berjiwa wiraswasta
-          Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan berani mengambil risiko
-          Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya
-          Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan
-          Memiliki motivasi tinggi
-          Punya imajinasi tinggi
Dari beberapa kelebihan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan anggota-anggotanya. Adab dengan kelebihan-kelebihan tersebut dia bisa berwibawa dan dipatuhi oleh bawahannya dan yang paling lebih utama adalah kelebihan moral dan akhlak.
 Teori Kepemimpinan
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).
a)      Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
b)      Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku diantaranya : (1) Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan.  (2) Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
c)       Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Sumber :
Alma Buchari. Kewirausahaani, Bandung, Alfabeta, 2011.
Kartini Kartono. Dr. Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
YW. Sunindhia, SH, Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1993.
Karjadi. M. Kepemimpinan ( Leadership ), Bogor, 1987.

Contoh Cerita :
Suatu waktu, saat Kabinet SBY-JK baru terbentuk, Jusuf Kalla (JK) sangat gelisah melihat kurangnya pembangunan infrastruktur. Bagi JK, roda perekonomian tidak bisa berjalan jika infrastruktur seperti jalan tol dan jalan layang masih kurang dimana-mana. Maka JK mengundang para Direktur Bank BUMN dan Gubernur Sutiyoso untuk rapat di kantornya.
Inti dari rapat itu JK meminta kesediaan para Dirut Bank BUMN untuk memberi kesanggupan, mau atau tidak membiayai proyek infrastruktur yang diusulkan JK. JK lalu menanyai para dirut itu satu persatu, dimulai dari salah satu Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI).
"Bapak Wakil Presiden, sebenarnya secara makro dan mikro ekonomi, kita harus melihat dengan perspektif yang lebih luas", kata wakil BI itu.
Masih saja ia ingin melanjutkan pembicaraan, JK langsung memotong dengan suara kencang,"Saya tidak butuh Anda memberi pelajaran tambahan tentang makro dan mikro ekonomi di sini. Saya hanya butuh Anda mengatakan ya atau tidak mampu membiayai apa yang saya paparkan tadi." 
"Baik Bapak Wakil Presiden. Secara institusional, pembangunan infrastruktur, bisa dilihat dari pendekatan World Bank dan IMF…" tambah wakil BI tadi.
Langsung kalimat itu dipotong oleh JK. Kali ini JK tidak hanya bersuara tinggi, tapi dengan menepuk meja, "Tidak ada urusan dengan World Bank dan IMF. Saya hanya ingin Anda mengatakan ya atau tidak, dan kalau tidak, mengapa? Anda terlalu banyak teori dan bicara. Duduk dan jangan pernah bicara lagi!" 
"Pantas Negara Anda tidak maju-maju karena terlampau banyak pertimbangan untuk kepentingan lembaga-lembaga itu. Saya tidak melihat ada keseriusan untuk memperbaiki negeri ini jika cara Anda seperti itu semua, Persoalan teramat sederhana bisa dibuat sedemikian rumit. Ya, pantas saja rakyat marah kepada kita semua karena urusan sedikit bisa berkepanjangan tak tentu arah", kata JK. Suasana langsung hening.
Maka JK pun meminta kesediaan para Dirut Bank BUMN untuk membiayai proyek infrastruktur. Semua Dirut Bank BUMN akhirnya menyetujui. Saat JK bertanya siapa pelaksana proyek, seorang pejabat mengusulkan agar diadakan tender terbuka. Namun JK tidak setuju karena tender terbuka membutuhkan Keppres dan Keppres butuh waktu sementara ia sudah tidak sabar melihat kebanjiran, kemacetan, atau ekonomi yang mandeg karena tidak adanya jalan layang dan jalan tol. Maka JK pun langsung bertanya siapa yang mampu menjadi pelaksana proyek tersebut. Sutiyoso, Gubernur DKI kala itu menyatakan kesanggupannya. JK pun menyetujui
"Nah tidak ada lagi perdebatan. Kalau ada sesuatu, saya yang tanda tangan. Artinya, saya yang akan masuk penjara kalau ini dianggap melanggar aturan. Kita harus berani mengambil resiko. Jangan jadi pemimpin jika tidak mau ambil resiko dan tidak ada terobosan. Selama kita punya hari ikhlas dan niat tulus dan tidak mencuri, insya allah tidak ada persoalan. Mari kita bubar dan bekerja!' tegas JK. 
Mau tahu berapa lama rapat itu berlangsung? Cuma 49 menit! Padahal para direktur bank itu sudah ijin ke istri mereka untuk rapat sampai subuh. Mereka hanya geleng-geleng saat tahu rapat bisa dilakukan sesingkat itu. Ternyata JK, dengan topik bahasan yang lebih rumit dan kompleks jauh lebih cepat dan efektif. Cerita JK di atas mengajarkan saya tentang arti kepemimpinan yang efektif, tegas, memberi solusi, dan berani ambil resiko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini