TUGAS KE-2
EMILE DURKHEIM
Ada dua tema penting dalam karya Emile Durkheim. Pertama, keutamaan social dari pada individu. Kedua, ide bahwa masyarakat bisa di pelajari secara ilmiah meski kedua ide tersebut terus menjadi controversial, namun pemikiran Durkheim tetap relevan sampai sekarang.
Fakta Sosial
Untuk memisahkan sosiologis dari filsafat dan memberinya kejelasan serta identitas tersendiri, Durkheim (1895/1982) menyatakan bahwa pokok bahasan sosiologi haruslah berupa studi atas fakta social (lihat Gane, 1988; gilbert 1994; dan edisi social Sociological Perspectives (1995)
Fakta social adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta social adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manisfestasi-manisfestasi individual.
(Durkheim, 1895/1982: 3)
Durkheim memberikan dua definisi untuk factor social agar sosiologi bisa dibedakan dari psikologi. Pertama fakta sosial adalah pengalaman sebagai sebuah paksaan eksternal dan bukannya dorongan internal; kedua, fakta sosial umum meliputi seluruh masyaraat dan tidak terikat pada individu particular apa pun.
Fakta Sosial Material dan Nonmaterial
Durkheim membedakan dua tipe ranah fakta sosial –material dan –nonmaterial. Fakta sosial material seperti gaya arsitektur, bentuk tekhnologi, dan hokum, dan perundang-undangan, relative mudah dipahami karena keduanya bisa diamati secara langsung. Jelas, misalnya, aturan berada diluar individu dan memaksa mereka. Lebih penting lagi, fakta sosial material tersebut sering kali mengekspresikan kekuatan moral yang lebih besar dan kuat yang sama-sama berada diluar individu dan memaksa mereka. Kekuatan moral inilah yang disebut dengan fakta sosial nonmaterial.
SUICIDE THEORY
Durkheim sangat terkenal dengan studinya tentang kecenderungan orang untuk melakukan bunuh diri. Dalam bukunya yang kedua, 'Suicide' dikemukakannya dengan jelas, hubungan antara pengaruh integrasi sosial terhadap kecenderungan unutk melakukan bunuh diri. Dalam hal ini Durkheim dengan tegas menolak anggapan-anggapan lama tentang penyebab bunuh diri yang disebabkan oleh penyakit kejiiwaan sebagaimana teori psikologi mengatakannya.
Dia menolak anggapan Gabriel Tarde, seorang sarjana Perancis yang mengatakan bahawa bunuh diri adalah akibat imitasi. Dia juga menolak teori ras tentang kecenderungan orang melakukan bunuh diri, dan ia juga menolak teori yang menyatakan bahwa orang bunuh diri karena kemiskinan. Selanjutnya Durkheim menambahkan bahwa jika diselidiki, sebenarnya ada pola yang lebih teratur daripada sebab-sebab serta penjelasan yang diberikan oleh teori terdahulu mengenai bunuh diri.
Durkheim menunjukkan data yang membuktikan bahwa angka laju bunuh diri adalah berbeda diantara penganut agama Protestan dengan penganut agama Katolik dan penganut agama Katolik ortodox.
a. Negara-negara protestan (Prusia-Saksen-Denmark)
Angka laju bunuh diri : 190 orang untuk tiap-tiap satu juta orang
b. Negara-negara Roma Katolik (bercampur sedikit Protestan)
Angka laju bunuh diri : 90 orang untuk tiap-tiap satu juta orang
c. Negara-negara Katolik mayoritas (Portugal-Itali)
Angka laju bunuh diri : 58 orang untuk tiap-tiap satu juta orang
d. Negara-negara Katolik ortodox
Angka laju bunuh diri : 40 orang untuk tiap-tiap satu juta orang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar