Rabu, 30 Desember 2015

TUGAS UAS SOSKOT_"BURUH-BURUH TEMPORER PERKOTAAN"_Abdul Basid Nasution, Dwi Aryurini, Rizky Rivaldi, Yuyun Yunena_PMI 3

BURUH TEMPORER PERKOTAAN
STUDY KASUS KULI BANGUNAN


I.                   PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang Masalah
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua.[1] Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Untuk mendapatkan suatu niat untuk berhijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Perpindahan itu diharapkan bisa merubah kehidupannya yang lebih baik lagi, dan biasanya ubanisasi disebabkan karena beberapa hal, diantaranya yaitu :  melihat Kehidupan kota yang lebih modern, sarana dan prasarana kota lebih lengkap, banyak lapangan pekerjaan di kota, Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas. Akan tetapi tidak semua masyarakat desa yang berhijrah ke kota mendapatkan kehidupan atau pekerjaan yang sesuai dengan keinginan nya.
Contohnya adalah seorang buruh, sebagai salah satu kelompok sosial yang memiliki kesadaran yang kuat atas perbedaan atau persamaan kelas dan identitas, pada satu sisi, buruh memiliki kemampuan yang besar untuk membangun solidaritas di antara mereka agar dapat terus bertahan. Akan tetapi, disisi lain, kekuatan itu akan sangat mudah diinterpretasi oleh mereka yang berada di luar buruh sebagai ancaman sekaligus potensi. Di dalam menjalani  kehidupan, manusia membutuhkan 3 kebutuhan primer, yakni sandang, pangan, dan papan. Ketiga kebutuhan tersebut sangat penting dan harus dipenuhi untuk kelangsungan  kehidupan manusia itu sendiri.[2]
Dalam laporan ini penulis ingin melakukan study kasus kepada buruh-buruh temporer perkotaan yakni salah satunya adalah  para pekerja kuli bangunan. Adapun tujuan nya adalah ingin mengetahui apakah menjadi seorang kuli bangunan adalah tujuan utama dari pindahannya desa ke kota. Kuli bangunan adalah orang yang bekerja di bidang pembangunan suatu proyek dengan mengandalkan kekuatan fisik dan kuli bangunan merupakan suatu pekerjaan yang memiliki resiko tinggi. Situasi dalam lokasi proyek pembangunan, mencerminkan karakter yang keras dan kegiatannya terlihat sangat kompleks sulit dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina dari pekerja yang melaksanakannya. Menjadi seorang kuli bangunan bukan lah hal yang mudah, disamping fisik dan stamina yang kuat, pola fikir juga harus diperhatikan dalam keselamatan kerja.
b.      Teori yang digunakan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan teori Karl Marx tentang konflik dan kelas sosial. Pada dasarnya pandangan teori konflik tentang masyarakat sebetulnya tidak banyak berbeda dari pandangan teori funsionalisme structural karena keduanya sama-sama memandang masyarakat sebagai satu sistem yang tediri dari bagian-bagian. Perbedaan antara keduanya terletak dalam asumsi mereka yang berbeda-beda tentang elemen-elemen pembentuk masyarakat itu. Menurut teori fungsionalisme struktural, elemen-elemen itu fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa berjalan secara normal. Kunci untuk memahami Marx adalah idenya tentang konflik sosial.
Konflik sosial adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk merebut aset-aset bernilai. Bentuk dari konflik sosial itu bisa bermacam-macam, yakni konflik antara individu, kelompok, atau bangsa. Marx mengatakan bahwa potensi-potensi konflik terutama terjadi dalam bidang pekonomian, dan ia pun memperlihatkan bahwa perjuangan atau konflik juga terjadi dalam bidang distribusi prestise/status dan kekuasaan politik.
Kelas sosial menurut pandangan Karl Marx adalah stratum atau suatu lapisan masyarakat yang dimana orang mempunyai kedudukan dan peranan yang sama. Diantara status-status dalam lapisan masyarakat terseut ada yang dapat digolongkan sederajat. Sehingga orang-orang yang berstatus demikian itu merupakan lapisan masyarakat. Berdasarkan beberapa pandangan maka kelas sosial dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang di dalamnya terdapat pembedaan atas sub kelompok yang didasarkan pada kesamaan derajat.
c.       Metode yang digunakan
Metode penelitian yang digunakan oleh kelompok kami adalah menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian Kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi. Metode penelitian Kualitatif merupakan sebuah cara yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu permasalahan. Penelitian kualitatif ialah penelitian riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis serta lebih menonjolkan proses dan makna. Tujuan dari metodologi ini ialah pemahaman secara lebih mendalam terhadap suatu permasalahan yang dikaji. Dan data yang dikumpulkan lebih banyak kata ataupun gambar-gambar daripada angka
Karakteristik Atau Ciri-ciri Penelitian Kualitatif Adapun ciri pokok metode penelitian kualitatif ada lima, yaitu antara lain:
1.      Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitatif berupa lingkungan alamiah. Kajian utama dalam penelitian kualitatif  yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kondisi dan situasi sosial.
2.      Memiliki sifat deskriptif analitik. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi, analisis, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, bukan dalam bentuk angka-angka.
3.      Tekanan pada proses bukan hasil. Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan pertanyaan untuk mengungkapkan proses dan bukan hasil dari suatu kegiatan. 
4.      Bersifat induktif. Penelitian kualitatif diawali mulai dari lapangan yaitu fakta empiris. Peneliti terjun langsung ke lapangan, mempelajari suatu proses penemuan yang terjadi secara alami dengan mencatat, menganalisis dan melaporkan serta menarik kesimpulan dari proses berlangsungnya penelitian tersebut.

I.                   GAMBARAN LOKASI
Profil Umum

a.      Masjid
Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.
Pada kali ini masjid atau lokasi yang kita gunakan untuk melakukan observasi adalah masjid Al-Istiqomah yang berada di Jl. Kp. Gunung Indah 3 Cirendeu Ciputat Tangerang Selatan Banten. Masjid ini sedang dilakukan renovasi sehingga objek yang akan kita teliti adalah tukang kuli bangunan yang sedang merenovasi masjid tersebut.  
b.      Lokasi dan Waktu Kajian
Lokasi             : Masjid Al-Istiqomah Jl. Kp. Gunung Indah 3 Cirendeu Ciputat Tangerang Selatan Banten.
Waktu             : 19-20 Desember 2015

I.                   ANALISIS ATAS KASUS ATAU MASALAH YANG DIKAJI
a.       Buruh
Buruh selama ini dipersepsikan sebagai kelompok pekerja di pabrik yang berjumlah ratusan hingga ribuan orang. Dengan kekuatan kuantitatif yang dimiliki oleh buruh, asosiasi yang menaungi mereka memiliki kekuatan untuk mendapatkan posisi tawar saat berhadapan dengan pemilik perusahaan ataupun pemerintah. Secara umum pengertian Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pengertian buruh di masyarakat adalah orang yang bekerja di wilayah-wilayah " kasar" seperti pekerja bangunan, pekerja yang bekerja dipabrik.
Merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah. Sedangkan karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapat gaji (upah). Meskipun KBBI memadankan kedua kata buruh dan karyawan dengan kata pekerja (orang yang melakukan suatu pekerjaan), tapi kedua istilah pertama punya perbedaan yang mendasar, setidaknya berdasarkan apa yang didefinisikan KBBI.
Buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain, sedangkan karyawan bekerja untuk suatu lembaga atau instansi atau perusahaan. Sedangkan karyawan (Bahasa Inggris: employee)terikat dalam kontrak kerja dengan lembaga atau perusahaan atau instansi. Ada kontrak tertulis yang ditandatangani kedua belah pihak. Ada gaji yang dibayar. Ada tunjangan yang ditambahkan. Ada fasilitas yang diberikan. Jumlah karyawan lebih dari seorang. Bekerja dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Walaupun si karyawan kenal dengan pemilik perusahaan, niscaya tidak ada hubungan apa-apa antara keduanya. Karyawan hanya memiliki dan menjalin ikatan dengan Bagian Sumber Daya Manusia atau Bagian Personalia. Gajinya diatur oleh orang-orang bagian ini yang memiliki status yang sama dengan orang lain di perusahaan tersebut: sebagai karyawan.
Itulah sebabnya pekerja di Hong Kong dan Taiwan lebih senang disebuh sebagai Buruh Migran Indonesia (BMI) alih-alih Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ataupun Tenaga Kerja Wanita (TKW). Karena mereka memahami betul arti buruh menurut pengertian bahasa dan budaya Indonesia. Seperti yang kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial, yang selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Begitu pula halnya terhadap usaha kita dalam memenuhi kebutuhan primer di atas. Salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi adalah rumah atau tempat tinggal. Kita menyadari kemampuan yang ada dalam diri kita berbeda-beda. Dalam hal ini, tidak semua orang mempunyai kemampuan untuk membangun sebuah rumah. Untuk itu, kita membutuhkan bantuan dari orang yang memiliki skill dalam hal membangun sebuah rumah. Tentunya tidak mudah untuk membangun atau membuat sebuah rumah, belum lagi dengan risiko yang akan dihadapi.
b.      Pekerja/ Kuli Bangunan
Pekerja bangunan (Bahasa Inggris: labour) biasa disebut juga buruh bangunan. Pembangunan gedung kantor, rumah pribadi, sampai jalan dan jembatan, tak lepas dari peran mereka. Tenaga dan kerja mereka masih sangat dibutuhkan. Tempat tujuan profesi pekerja bangunan tentu saja perkotaan. Sebenarnya di desa juga ada pekerjaan, tetapi sedikit menyerap tenaga kerja. Sifat pekerjaan terbagi atas pekerjaan bangunan pribadi dan pekerjaan yang dikelola oleh suatu perusahaan.
Pekerja bangunan atau ada juga yang menyebut sebagai kuli bangunan terbagi atas dua tingkat. Yang pertama Tenaga atau Laden, ada juga yang menyebutnya Layan. Yang kedua Tukang. Tenaga atau Laden bertugas melayani apa saja kebutuhan Tukang dalam bekerja. Tukang bertugas mengerjakan proses berdirinya suatu bangunan. Tentu saja Tukang tingkatnya lebih tinggi dibanding Tenaga atau Laden. Karena itu bayaran hariannya berbeda.
Tukang juga terbagi menjadi dua, yaitu Tukang Kayu dan Tukang Batu. Biasanya kedua Tukang ini bekerjasama berdasar keahlian. Tapi terkadang ada juga yang mampu merangkap. Seperti halnya pada kepegawaian dengan tingkatan pangkat, pada pekerja bangunan juga mengenal tingkatan karier. Tingkatan terendah adalah Tenaga atau Laden/Layan. Tingkat selanjutnya yang lebih tinggi tentu saja Tukang. Karier profesi pekerja bangunan rata-rata hanya sampai pada tingkat Tukang. Dimana pada tingkat ini biasanya sudah mempunyai spesialisasi tersendiri, misalnya spesialis pemasangan keramik, spesialis finishing pengecatan, spesialis pemasangan kaca, dll. Namun pada dasarnya mereka mempunyai keahlian yang sama dalam pembuatan tembok bangunan.
Sebenarnya karier profesi sebagai Tukang masih bisa berlanjut lagi, tetapi jarang terjadi. Urutan kenaikan karier setelah Tukang adalah Kepala Tukang, Mandor, dan tentu saja Pemborong Bangunan atau bahkan Bos Borong. Kepala Tukang diambil dari Tukang yang nantinya bertanggung jawab terhadap mandor atas apa saja yang dikerjakan.
Hadirnya tukang bangunan dalam proses membangun atau rumah atau bangunan merupakan pendukung penting dalam membangun sebuah bangunan  karena tanpa adanya tukang siapa yang akan mengerjakan apa yang telah di desain oleh arsitek. kuli bangunan adalah tujuan utama dari pindahannya desa ke kota. Kuli bangunan adalah orang yang bekerja di bidang pembangunan suatu proyek dengan mengandalkan kekuatan fisik dan kuli bangunan merupakan suatu pekerjaan yang memiliki resiko tinggi. Situasi dalam lokasi proyek pembangunan, mencerminkan karakter yang keras dan kegiatannya terlihat sangat kompleks sulit dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina dari pekerja yang melaksanakannya. Menjadi seorang kuli bangunan bukan lah hal yang mudah, disamping fisik dan stamina yang kuat, pola fikir juga harus diperhatikan dalam keselamatan kerja.
Lalu bagaimana dengan kuli bangunan yang berasal dari desa apakah mempunyai kepuasan yang berbeda atas pekerjaannya misalkan dari segi upah, motivasi kerja dikota, resiko yang harus dihadapi kerja dikota dan bagaimana cara membagi hasil pendapatan untuk keluarga dikampung dan kehidupannya sendiri di kota tersebut.
Untuk mengetahui hal tersebut peneliti telah mewawancarai beberapa kuli bangunan yang sedang membangun sebuah masjid tepatnya dimasjid Masjid Al-Istiqomah Jl. Kp. Gunung Indah 3 Cirendeu Ciputat Tangerang Selatan Banten. Dimasjid ini sedang dilakukan renovasi bangunan dan terdapat 6 pekerja kuli diantara mereka ada yang ditempatkan sebagai tukang dan ada yang sebagai kenek, maksud kenek disini adalah kuli yang kerjanya hanya membantu seperti mengaduk, mengangkat barang-barang dan pekerjaan yang istilahnya lebih ringan. Beda penempatan kerja tentunya berbeda pula upah yang didapat.
Disini peneliti hanya mengambil 2 pekerja kuli bangunan, diantara nama –nama serta motivasi bekerja sebagai kuli bangunan di kota ialah sebagai berikut :  
1.      Nama                                 : Agus Setiawan
Usia                                   : 25 tahun
Asal Daerah                      : Brebes Jawa Tengah
Status                                : Belum menikah
Alasan Kerja Dikota         : Gaji/upah lebih besar
Bapak Agus Setiwan adalah seorang pekerja kuli bangunan yang berasal dari luar kota lebih tepatnya adalah berasal dari Brebes, beliau sudah menggeluti pekerjaan nya sebagai kuli bangunan lebih dari 2 tahun. Terbatasnya lapangan pekerjaan di kampungnya membuat Bapak Agus harus pergi ke kota guna mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk kehidupannya. Pekerjaanya menjadi kuli memang sudah beliau kerjakan di kampungnya akan tetapi upah atau pendapatan yang didapat dari hasil kerja dikota jauh lebih besar. Tugas beliau dalam membangun masjid adalah sebagai kenek yaitu mengaduk dan mengantarkan hasil adukan tersebut kepada para pekerja lain yang sedang mengecor atau memasang keramik, cara dia mengantarkan adukan pasirnya ialah dengan dikerek menggunakan tambang.
Sebagai kuli bangunan bapak Agus sudah mengerjakan beberapa bangunan diantaranya rumah biasa, perumahan gede di Kebun Jeruk selama 3 tahun. Sistem gaji atau upah yang diterima selama mengerjakan renovasi masjid ialah dengan per minggu, adapun saat ini beliau mendapatkan upah sebesar 700/ minggunya dengan sistem gaji langsung. Dari hasil kerja kerasnya beliau juga harus membagi pendapatanyaa untuk hidup nya sendiri dan ntuk keluarga dikampungnya, biasanya pak Agus mengirim uang untuk keluarganya setiap sebulan sekali itu pun tidak cukup banyak hanya 800 rb. Akan tetapi uang sebesar itu baginya sudah cukup untuk dikirim kan ke keluarganya dibanding kan dengan waktu beliau kerja kuli di kampung yang jumlahnya jauh lebih sedikit.
Kerjanya menjadi kuli bangunan yang selalu berpindah-pindah dan tidak tetap kapan adanya lowongan membuatnya harus mengatur keuangannya sebaik mungkin agar kebutuhan yang setiap saat diperlukan bisa ia tercapai atau bisa tersampaikan. Beliau juga mendapatkan pekerjaan nya dari teman atau ajakan dari orang-oarang yang memberi tahu kalau ada proyek bangunan yang sedang membutuhkan kuli bangunan.
Keahlian yang harus dimiliki oleh seorang kuli bangunan bagi Pak Agus adalah harus pandai menghitung, karena pada saat membuat bangunan ukuran bangunan yang satu denga yang lainnya harus pas agar hasilnya bagus tidak miring.
Setiap pekerjaan tentunya memiliki sebuah kendala atau resiko yang dihadapainya, menjadi kuli bangunan resiko yang harus ditanggung sangatlah besar, berikut ini beberapa resiko atau bahaya  yang pernah dialami oleh bapak agus selama melakukan pekerjaannya.

Jenis bahaya

Resiko

Konsekuensi


Cuaca Panas

-          Dehidras
-          Biang keringat     pada kulit

-          Kelelahan
-          Gatal-gatal

Mengangkat bahan-bahan bangunan dengan tangan

Otot tegang dan kaku

-          Sulit beraktivitas
-          Pegal-pegal

Debu yang berasal dari bahan-bahan bangunan
Batuk

Dada sesak

Kurangnya istirahat karena jam kerja yang terlalu lama
Stress
Tidak fokus dalam bekerja
Asap dari mesin bangunan
Mata berair
Sakit mata
Terkena paku
Infeksi
Susah jalan

2.      Nama                                 : Kuspendi
Usia                                   : 50 tahun
Asal Daerah                      : Brebes Jawa Tengah
Status                                : Sudah menikah
Jumlah Keluarga               : 1 istri dan 4 anak
Alasan Kerja Dikota         : Gaji/upah lebih besar
Kendala                             : Mengukir agak Susah
Bapak Kuspendi juga seorang pekerja kuli bangunan yang berasal dari Brebes, beliau sudah menggeluti pekerjaan nya sebagai kuli bangunan sejak masih muda. Terbatasnya lapangan pekerjaan di kampungnya membuat Bapak Kuspendi pergi ke kota guna mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk kehidupannya. Pekerjaanya menjadi kuli memang sudah beliau kerjakan di kampungnya akan tetapi upah atau pendapatan yang didapat dari hasil kerja dikota jauh lebih besar. Tugas beliau dalam membangun masjid adalah sebagai tukang berbeda dengan bapak Agus yaitu pekerjaan yang lebih membutuhkan keahlian khusus seperti mengecor, mengukir dan lain-lain.
Sebagai kuli bangunan bapak Kuspendi  sudah mengerjakan beberapa bangunan yang berada di luar kota bahkan diluar pulau jawa diantaranya di Palembang, Pontianak selama 4 bulan dan di Depok. Sistem gaji atau upah yang diterima selama mengerjakan renovasi masjid ialah dengan per minggu, karena tugas beliau adalah sebagai tukang berbeda dengan Agus maka gaji/upah yang diadapat jauh lebih besar, adapun saat ini beliau mendapatkan upah sebesar 1 juta / minggunya dengan sistem gaji langsung. Dari hasil kerja kerasnya beliau juga harus membagi pendapatanyaa untuk hidup nya sendiri dan untuk keluarga dikampungnya, biasanya pak Pendi mengirim uang untuk keluarganya setiap seminggu sekali yaitu sekitar 500 ribuan.  Pekerjaanya sebagai kuli menurut beliau sudah cukup baik, sebenarnya ingin mencoba pekerjaan lain namun ia takut hasilnya malah akan jauh lebih buruk dari pekerjaanya sebagai kuli bangunan.
Kerjanya menjadi kuli bangunan yang selalu berpindah-pindah dan tidak tetap kapan adanya lowongan membuatnya harus mengatur keuangannya sebaik mungkin agar kebutuhan yang setiap saat diperlukan bisa ia tercapai atau bisa tersampaikan. Saat ini beliau tinggal di masjid bersama marbot, untuk makan  sehari-hari beliau membeli diwarung makan. Beliau juga mendapatkan pekerjaan nya dari teman atau ajakan dari orang-orang yang memberi tahu kalau ada proyek bangunan yang sedang membutuhkan kuli bangunan. Paling lama mengerjakan sebuah bangunan yaitu pada saat beliau bekerja di Bangka selama 7 tahun.
Adapun resiko dan bahaya yang pernah dialami oleh bapak Kuspendi saat bekerja hampir sama dengan para pekerja lain, beliau pernah mengalami sakit tangan sehingga tidak bisa untuk melanjutkan pekrjaanya, kemudian beliau meminta ijin untuk tidak bekerja terlebih dahulu. Berikut beberapa resiko atau bahaya yang pernah dialami bapak Kuspendi :

Jenis bahaya

Resiko

Konsekuensi


Cuaca Panas

-          Dehidras
-          Biang keringat     pada kulit

-          Kelelahan
-          Gatal-gatal

Mengangkat bahan-bahan bangunan dengan tangan

Otot tegang dan kaku

-          Sulit beraktivitas
-          Pegal-pegal

Debu yang berasal dari bahan-bahan bangunan
Batuk

Dada sesak

Kurangnya istirahat karena jam kerja yang terlalu lama
Stress
Tidak fokus dalam bekerja
Asap dari mesin bangunan
Mata berair
Sakit mata
Terkena paku
Infeksi
Susah jalan
Tergores alat-alat bangunan
Lecet bagian tangan
Berdarah
Terkena cipratan api saat mengelas
Melepuh bagian kaki
Susah jalan


II.                KESIMPULAN
Sebagai salah satu kelompok sosial yang memiliki kesadaran yang kuat atas perbedaan atau persamaan kelas dan identitas, pada satu sisi, buruh memiliki kemampuan yang besar untuk membangun solidaritas di antara mereka agar dapat terus bertahan. Akan tetapi, disisi lain, kekuatan itu akan sangat mudah diinterpretasi oleh mereka yang berada di luar buruh sebagai ancaman sekaligus potensi. Di dalam menjalani  kehidupan, manusia membutuhkan 3 kebutuhan primer, yakni sandang, pangan, dan papan. Ketiga kebutuhan tersebut sangat penting dan harus dipenuhi untuk kelangsungan  kehidupan manusia itu sendiri.
Buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain, sedangkan karyawan bekerja untuk suatu lembaga atau instansi atau perusahaan. Sedangkan karyawan (Bahasa Inggris: employee)terikat dalam kontrak kerja dengan lembaga atau perusahaan atau instansi.
Pekerja bangunan atau ada juga yang menyebut sebagai kuli bangunan terbagi atas dua tingkat. Yang pertama Tenaga atau Laden, ada juga yang menyebutnya Layan. Yang kedua Tukang. Tenaga atau Laden bertugas melayani apa saja kebutuhan Tukang dalam bekerja. Tukang bertugas mengerjakan proses berdirinya suatu bangunan. Tentu saja Tukang tingkatnya lebih tinggi dibanding Tenaga atau Laden. Karena itu bayaran hariannya berbeda.
Berpindahnya seseorang dari desa kekota rata-rata ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi, hal itu bisa dilihat dari seorang pekerja kuli bangunan. Akibat kurangnya pendapatan bekerja di desa sehingga mereka pergi ke kota mencari pekerjaan yang sama akan tetapi penghasilannya lebih besar.


[1] Philip M. Hauser dkk. Penduduk Dan Masa Depan Perkotaan Studi Kasus di Beberapa Daerah Perkotaan ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesai, 1985). Cet, ke-1. Hal. 18
[2] Erwiza Erman dan Ratna Saptari, Dekolonisasi Buruh Kota Dan Pembentukan Bangsa (Jakarta: KITVL-Jakarta, 2013), Cet.Ke- 1, hal. V.
III.             BAHAN BACAAN
Erman, Eerwiza dan Ratna Saptari. 2013. Dekolonisasi Buruh Kota dan Pembentukan Bangsa. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Syani, Abdul. 2002. Sosiologi: Sistematika, Teori dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara
M. Hauser, Phili dkk. 1985. Penduduk dan Masa Depan Perkotaan Studi Kasus diBeberapa Daerah Perkotaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Qorashi, Baqir Sharief. 2007. Keringat Buruh Hak dan Peran Pekerja dalam Islam. Jakata: 2007

I.                   LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini