Sabtu, 30 Maret 2013

Teori Strukturalis (pendekatan institusional)_SURYA WIRATAMA 109051000236_Tugas Ke 3

Teori Strukturalis (pendekatan institusional)
Perspektif Struktural fungsional
3 perspektif besar dalam sosiologi
1.      Perspektif Struktural fungsional
2.      Perspektif idealis konstruktifis
3.      Perspektif marxis kritis
Perspektif struktural fungsional
-          Utilisasi = asas kebermanfaatan sesuatu
-          Aturan mengikat = apa aturan tersebut yang dapat mengikat
-          Sistem = apa sistemnya?
Perspektif Fungsional seperti mesin yang tak terlihat
Perpektif Struktural Fungsional
Struktural Fungsional adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma adat, tradisi dan institusi.
Cirri pokok perpektif ini adalah gagasan tentang kebutuhan masyarakat (societal needs). Asumsinya adalah ciri-ciri social yang ada member kontribusi yang penting dalam mempertahankan dari masyarakat tersebut.
Perspektif teori struktural fungsional memiliki akar pada pemikiran Emile Durkheim dan Max Weber, dua ahli sosiologi klasik yang terkenal. Perspektif teori struktural fungsional dipandang sebagai perspektif teori yang sangat dominan dalam perkembangan sosiologi dewasa ini dan telah memberikan kontribusi sangat besar terhadap perkembangan teori komunikasi.

Emile Durkheim, seorang sosiologi Perancis menganggap bahwa adanya teori fungsionalisme struktural merupakan suatu yang 'berbeda', hal ini disebabkan karena Emile Durkheim melihat masyarakat modern sebagai keseluruhan organisasi yang memiliki realitas tersendiri. Keseluruhan tersebut menurut Emile Durkheim memiliki seperangkat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagian bagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan normal. Apabila kebutuhan tertentu tadi tidak dipenuhi maka akan berkembang suatu keadaan yang bersifat 'patologis'.
Selain Emile Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah
·         Visi substansi mengenai tindakan sosial dan
·         Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.
Pemikiran Max Weber mengenai tindakan sosial ini berguna dalam perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan mengnai tindakan aktor dalam menginterprestasikan keadaan.
Konsep yang penting dalam perspektif ini adalah struktur dan fungsi, yang menunjuk pada dua atau lebih bagian atau komponen yang berbeda dan terpisah tetapi berhubungan satu sama lain. Kunci untuk memahami konsep struktur adalah konsep status (posisi) yang ditentukan secara sosial, yang diperoleh baik karena kelahiran (ascribed status) maupun karena usaha (archieved status) seseorang dalam masyarakat.
Sistem sosial mengembangkan suatu fungsi tertentu yang dengan fungsi itu memungkinkan masyarakat dan bagi orang orang yang menjadi anggota masyarakat untuk eksis. Masing masing menjalankan suatu fungsi yang berguna memelihara dan menstabilkan masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Para penganut struktural fungsional mengasumsi bahwa sistem senantiasa cendrung dalam keadaan keseimbangan atau equilibrium
Dalam pandangan Robert Merton, tidak semua hal dalam sistem selalu fungsional, artinya tidak semua hal selalu memelihara kelangsungan sistem. Beberapa hal telah menyebabkan terjadinya ketidakstabilan dalam sistem, bahkan dapat saja merusak sistem. Ini oleh Merton disebut disfungsi.
Para penganut perspektif struktural fungsional ini berusaha untuk mengetahui bagian-bagian atau komponen dari suatu sistem dan berusaha memahami bagaimana bagian-bagian ini saling berhubungan satu sama lain suatu susunan dari bagian-bagian tersebut dengan melihat fungsi manifes maupun fungsi latennya.
Dalam pandangan perspektif struktural fungsional ini, suatu sistem sosial eksis karena sistem sosial itu menjalankan fungsinya yang berguna bagi masyarakat. Pusat perhatian perspektif ini juga tertuju pada masalah tatanan (order) dan stabilitas, yang karena perhatiannya pada hal ini mereka dikritik mempertahankan status-quo. Karena perhatiannya tertuju pada keseimbangan dan kelestarian sistem, perspektif ini juga sering dikritik mengabaikan proses perubahan yang terjadi dalam sistem sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini