Senin, 27 Mei 2013

GLOBALISASI DAN REALITAS MEDIA_NANDA CAHAYA FEBRIANA_TUGAS KE 9

GLOBALISASI DAN REALITAS MEDIA
NANDA CAHAYA FEBRIANA(1110051000141)
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
A.    PENDAHULUAN
Kecepatan pergerakan internasional telah semakin mengingkat karena pergerakan dalam teknologi distribusi dan kebutuhan ekonomi baru. Media massa dipengaruhi, seperti juga hal lainnya oleh fenomena umum globalisasi. Mereka berada dalam posisi khusus, baik sebagai objek maupun agen dari proses globalisasi itu sendiri. Mereka juga menjadi alat kita untuk menjadi sadar akan globalisasi.
Buku dan percetakan awal mulanya adalah internasional karena mereka mendahului zaman dari adanya negara bangsa dan melayani kehidupan budaya, politik, dan komersial yang meluas hin gga eropa dan seterusnya. Banyak buku-buku cetakan awal yang berbahasa latin atau diterjemahkan dari bahasa lain dan surat kabar paling awal sering kali dikumpulkan dari surat kabar yang beredar secara luas di Eropa. Begitu pula dengan film, radio, dan televise yang mengalami masa-masa kejayaannya.
Teknologi tentunya memberikan dorongan yang kuat bagi globalisasi. Kedatangan televise satelit pada akhir tahun 1970-an mematahkan prinsip independensi nasional dalam ranah penyiaran dan menyulitkan bhakan msutahil untuk memberikan perlawanan yang efektif terhadap penyiaran televise dan penerimaan dari luar wilayah nasional. Akan tetapi, hingga batasan dimana satelit menjangkau khalayak global secara langsung dengan konten dari luar sering kali dilebih-lebihkan dan masih relative kecil, bahkan wilayah seperti Eropa.
B.     METODE STUDI
Dalam penulisan karya tulis ini, saya menggunakan metode studi pustaka. Metode Studi Pustaka  Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data atau keterangan dari buku literatur di perpustakaan.
Buku yang dipergunakan dalam penulisan karya ini adalah buku yang berjudul Teori Komunikasi Massa Mc Quail buku 1 edisi 6 terbitan Salemba Humanika.
C.     ANALISIS ISI
Globalisasi adalah proses keseluruhan dimana lokasi produksi, transmisi dan penerimaan konten media tidak lagi terbatas secara geografis, sebagian karena hasil dari teknologi, tetapi juga melalui struktur serta organisasi media internasional. Banyak konsekuensi budaya di prediksikan muncul, terutama konten yang tidak lagi lokal serta menurunnya kualitas budaya lokal. Hal ini mungkin dianggap positif ketika budaya lokal diperkaya  melalui Impuls baru dan hibridisasi kreatif yang terjadi. Sering kali mereka  dianggap negative karena menjadi ancaman terhadap identitas, otonomi, dan integritas budaya. Media baru secara luas dianggap mempercepat proses globalisasi.[1]
Hibridasi adalah proses dimana bentuk budaya baru dibangun dari elemen-elemen yang terpisah, terutama kombinasi dari bentuk asing atau impor dan budaya lokal atau tradisional. Sedangkan identitas adalah karakteristik spesifik dari orang, tempat, dan seterusnya oleh diri sendiri maupun orang lain, menurut cirri biografi, sosial, budaya, atau yang lain. Komunikasi adalah kondisi yang diperlukan untuk membentuk dan memelihara identitas. Melalui pernyataan yang sama, hal ini dapat melemahkan atau merendahkannya. Komunikasi massa adalah salah satu diantara beberapa faktor yang berkontribusi.
Konsentrasi media dengan bersatunya organisasi media untuk membentuk unit yang lebih besar melalui integratasi perusahaan vertical dan horizontal. Hal pertama merujuk pada bergabungnya berbagai urutan dalam proses media (misalnya produksi kertas, percetakan, penerbitan, dan penjualan buku). Hal yang kedua merujuk pada konglomerasi perusahaan pada tingkat yang sama dalam urutan. Keduanya mengarah pada monopoli yang semakin kuat dan diversitas yang semakin rendah. Konsentrasi dapat terjadi di dalam pasar monopoli yang sama atau transasional. Rujukan utamanya adalah pada konsentrasi kepemilikan, meskipun ada level konsentrasi yang beragam dari proses kerja yang berbeda dalam media konglomerasi.
Imperialisme budaya adalah ungkapan umum untuk kencendrungan para eksportir media global (terutama AS) untuk mendominasi media di negara lain yang lebih kecil dan miskin, dan dengan demikian membawa budaya dan nilai-nilai mereka sendiri kepada para khalayak  ditempat lain. Bukan hanya konten yang diekspor, tetapi juga teknologi, nilai produksi, ideology professional dan kepemilikan. Analoginya adalah dengan imperialisme sejarah dimana caranya adalah dengan kekuatan militer dan ekonomi. Secara tersurat maupun tersirat, diasumsikan bahwa imperialism budaya mengarah pada ketergantungan, hilangnya otonomi dan menurunnya budaya nasional atau lokal. Beberapa pandangan muncul mengenai apakah proses ini terencana dan mengenai derajat apakah ujung penerimanya bersifat suka rela atau tidak. Konsep ini cukup mentah. Tetapi memiliki yang kuat.



[1] Glosarium-4, Teori komunikasi massa Mc Quail.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini