Kamis, 02 April 2015

Rahmah Zuhrianti oleh Dauatus Saidah

nama    : Dauatus Saidah
Nim        : 1113054000016
Jurusan: PMI/4

BIOGRAFI
Objek penelitian saya kali ini adalah seorang perempuan yang menurut saya baik untuk di ceritakan akan jalan hidupnya, mungkin juga bisa menjadi motivasi bagi para pembaca sekalian. Dia bernama Rahmah Zuhrianti atau biasa di sapa Rahmah. Dia lahir dari keluarga yang sederhana. Tetapi semangatnya sangat tinggi untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat. Walaupun tidak memiliki cita-cita yang pasti, dia hanya ingin menjadi anak dan istri yang solehah kelak nanti.
Ia lahir di Jakarta pada tanggal 25 februari tahun 1993, anak bungsu dari lima bersaudara. Mungkin kebanyakan orang memandang jika anak bungsu adalah anak yang palin manja?. Tapi tidak semua anak seperti itu dan salah satunya adalah beliau. Anak dari pasangan suami istri yang bernama pak H.Moh. Tohir Syamsuri dan Hj.Masturoh ini memiliki kakak yang bernama Ahmad Satiri, yang ke dua bernama Ahmad Sayuti, yang ke tiga bernama Fitri Juli Fauzia, dan anak ke empat bernama Ari Fahrurozi.
Pada tanggal 25 Februari tahun 1993 tepatnya tanggal 2 ramadhan tahun 1414 hijriyah, dimana ada sebagian orang 10 hari pertama bulan suci ramadhan adalah bulan kasih sayang. Maka ayahnya memberikan nama "Rahmah" yang memiliki arti kasih sayang. Sedangkan Zuhrianti diambil karena seorang anak perempuan ini lahir saat adzan dzuhur berkumandang. Itulah alasan mengapa ia dinamakan Rahmah Zuhrianti.
Pendidikanya berawal dari sebuah Taman Pendidikan Al-Qur'an di Jakarta bernama Darul Hikmah. Semasa itu ia bisa di bilang anak yang lucu sebagai seorang anak kecil, karena setiap orang yang baru di kenalnya sangat mudah dekat denganya. Bahkan orang yang tak di kenalnyapun sudah cepat akrab denganya. Ia juga pernah memiliki pengalaman yang lucu tapi menghawatirkan, karena ia pernah tersesat di Taman Impian Jaya Ancol Jakarta Utara. Padahal sudah di temani oleh penjaga tournya, tapi tetap saja keluyuran sehingga membuat ibunya mengkhawatirkan akan dirinya.
Setelah itu ia masuk ke Sekolah Dasar Negeri 05 Cipinang Besar Selatan. Selama 6 tahun ini juga sangat banyak kenangan yang banyak hingga terlalu banyak untuk di ceritakan. Tapi disisi lain ia berfikir untuk memperdalami ilmu agamanya. Saat itulah ia memiliki keinginan untuk masuk Pesantren, padahal di larang oleh ibunya. Untungnya sang Ayah mendukung.
Pendidikannya pun berlanjut ke sebuah Pondok Pesantren Tapak Sunan tepatnya di Condet Jakarta Timur yang didirikan oleh Bapak K.H.Muhammad Nuruddin Munawwar. Ia mengabdi di pesantren tersebut dari Madrasah Tsanawiyah (setingkat dengan SMP) hingga jenjang Madrasah Aliyah (setingkat dengan SMA). Ia menghabiskan waktu 6 tahun untuk mengabdi agar ilmunya bermanfaat baginya ataupun bagi masyarakat.
Masa inilah yang mungkin banyak saya ketahui, kebetulan saya adalah salah satu adik kelas di Pondok Pesantren ini. Di pesantren ia terkenal sebagai perempuan paling tomboy di pandangan teman-temanya. Bahkan ia juga lebih dekat kepada para santri laki-laki di banding santri perempuan, akan tetapi ia tetap menjaga batasan kepada santri laki-laki.
Selama ia mengabdi, pastilah ada kesenangan dan juga kesedihan yang ia dapatkan. Selama menimba ilmu banyak juga cobaan yang harus di hadapi, dan cobaan terberatnya adalah saat ia kehilangan orang yang paling dekat denganya dan sangat ia cintai. Pada tahun 2007, ia kehilangan sosok ibu yang berperan sangat penting dalam dukungannya di pesantren. Sejak itulah ia terpukul karena ibunya meninggal karena sakit. Saat itu ia masih duduk di bangku MTs (Madrasah Tsanawiyah).
Ia sangat terpukul dengan kejadian ini, karena selama beberapa bulan terakhir sebelum kepergian ibunya ia berada di pondok pesantren, sehingga ia tidak sempat bertemu dan mengucapkan maaf menjelang detik-detik kepergian ibunya. Ia merasa bersalah sewaktu itu, ia sempat berfikir bahwa ia bukan anak yang baik, bukan seperti anak yang seharusnya menjaga ibunya ketika sakit. Tetapi ada salah satu guru yang terus menasehatinya bahwa semua ini bukan semata-mata kesalahannya tapi memang sudah kehendak Allah untuk mengambilnya.
Malam itu tepatnya tanggal 20 september 2007 pada jam 19.15 Ia diberi tahu oleh para ustadz, bahwa ibunya ingin bertemu dengannya, ia sempat bingung kenapa tiba-tiba sang ibu ingin menemuinya? Padahal jika ingin menemuinya sang ibu bisa pergi ke pondoknya sekalian menjenguknya. Ia sangat senang ketika ia harus pulang dan ingin berjumpa sama ibunya. Tetapi ketika ia sampai depan gang rumahnya, ia melihat bendera berwarna kuning terpajang di tembok gangnya. Ia sempat berfikir bahwa yang meninggal adalah tetangganya, seketika sampai di depan rumahnya, ia tak kuasa menahan tangis, ia nangis sekenceng-kencengnya, lalu memeluk dan mencium sang ibunda yang sudah berbaring lemah tak bernyawa.
Disitu ia sangatlah sedih, wajahnya tampak lemas. Pastilah peran seorang ibu sangatlah penting. Tidak hanya perempuan ini, semua orang juga pasti sangat kehilangan jika seseorang yang sudah mengasuhnya sejak kecil dan menyusui saat kita menangis telah pergi untuk selama-lamanya.
Sepeninggal ibunya yang telah tiada, hampir sifatnya berubah derastis 180 drajat. Dia yang selalu terlihat ceria kini terlihat pendiam, yang tadinya selalu focus dalam pelajaran kini ia hanya melamunkan sesuatu di kelas. Namun ia sadar bahwa tidak boleh seperti itu seterusnya. Mungkin berat untuk kehilangan seseorang, dan membuat dunia seakan percuma, membuat dirinya lupa akan semua impianya, lupa akan kehadiran orang sekitarnya. Tidak akan ada habisnya jika kita selalu berfikir kebelakang dan tidak akan habis pula menghitung apa yang telah hilang, tetapi lihat apa yang terjadi sekarang dan apa yang masih ia punya. Itulah pendapatnya yang kala itu membuat dirinya juga bangkit.
Ia terlihat ceria kembali, dan mulai belajar lebih giat dari biasanya. Karena hanya itulah yang ia bisa lakukan untuk membuat ibunya bangga di alam sana dan mendo'akanya agar di berikan naungan dari Allah SWT. Tidak sia-sia perjuangannya belajar dengan selama kurang dari satu tahun, ia mendapat peringkat ke 3 MTQ Sejakarta timur dan pernah menjadi juara hafalan kitab Amriti di pesantren tersebut dari 100 santri lainya.
Prestasi belajar di bidang ilmu umumpun cukup menyaingi yang lain. Terlebih lagi pada mata peajaran Matematika, santri yang lebih pintar darinyapun mengakuinya akan perkembanganya dan cukup membuatnya kerepotan dalam menjadi rivalnya. Dan kelas ini terlihat jelas persainganya akan tiap tahunya yang selalu berganti dan saling mengejar peringkat satu sama lain yang salah satunya itu wanita yang bernama Rahmah Zuhrianti ini.
Bahkan salah satu rivalnya merasa sangat berterima kasih akan perkembanganya yang masuk dalam persainganya menjadi yang terbaik di kelas. Mungkin ia tak akan belajar giat seperti itu jika tidak ada perkembangan darinya. Menurutnya, seseorang yang jatuh mentalnya, tidak akan mudah untuk bangkit, terlebih lagi bangkit dan berkembang pesat. Apalagi ia hanya seorang perempuan yang kebanyakan sangat rapuh akan perasaan. Dia adalah salah satu perempuan tangguh dari pandangan semua temanya. Yang semua itu di jelaskan slah satu temanya yang bernama Ahmad Nadzori.
Ia juga cukup rajin dalam berorganisasi. Baik dalam lingkup sekolah atau yang biasa kita kenal OSIS dan juga ruang lingkup pesantren disebut OSTS (Organisasi Santri Tapak Sunan). Biarpun tidak memberikan kontribusi besar dalam organisasi, tapi ia selalu siap untuk menjalankan amanah dari ketuanya.
Saat ingin melanjutkan ke jenjang berikutnya, yaitu MA (Madrasah Aliyah). Ayahnya memilih untuk menikah lagi, karena anak-anaknya membutuhkan seorang kasih dari seorang ibu fikirnya. Dan kini Perempuan tangguh ini tinggal di Jakarta timur, tepatnya di Cipinang selatan dan saat ini ia tinggal bersama ayahnya dan ibu tirinya yang bernama ibu Rosani.
Dari pengakuan perempuan ini, ibu tirinya sangat baik tidak seperti yang terdengar di legenda-legenda bahwa ibu tiri itu jahat, beliau selalu memberi perhatian lebih terhadap anak-anaknya dan memberi dukungan yang baik hampir seperti ibu kandungnya, walau tidak sebaik ibu kandung. Tapi bisa mengisi kekosongan di keluarga kecilnya.
Rahmah juga orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, sudah terlihat sejak MA, ia dekat sekali kepada siapapun. Ia tak pernah melihat teman dengan pandang bulu. Baik orang itu adik kelasnya ataupun kakak kelasnya, tetapi tidak menghilangkan rasa hormatnya kepada kakak kelas. Banyak dari teman-temanya mendukung menjadi ketua OSTS, karna ia selalu terlihat ramah dan baik hati kepada siapapun. Kesedihannya juga suka ia sembunyikan dari orang lain. Ya terkadang ia pernah melampiaskanya kepada teman-temanya. Tapi itu manusiawi bagi saya. Tapi ia tidak mau mengambil tanggung jawab yang besar itu. Ia lebih memilih menjadi anggota dan berperan di balik layar untuk mengabdi kepada pesantren.
Saya  sempat bertanya-tanya tentang sikap, sifat, Rahma ini kepada kakak kelasnya yang bernama Siti Muadzah, sepenglihatan Siti ini Rahmah Sangatlah Perhatian terhadap semua seisi Asrama, ketika ada yang sakit ia langsung menghampiri yang sakit tersebut, merawatnya, jadi tak heran jika ketika ia sakit banyak orang juga yang tentunya merawatnya juga. Ia juga perhatian, ketika ada teman seasramanya menangis, cemberut iya tak segan untuk menghampirinya dan menanyakannya. Tidak cuek seperti sebagian teman-temannya. Ketika mengaji malam, ia yang paling sering membuatkan makanan, minuman untuk para gurunya, diabndingkan teman-temannya. Ia sangat patuh terhadap semua guru-guru di pondoknya.
Saya juga sempat menanyakan hal yang sama tentangnya tapi kali ini saya menanyakannya ke adik kelasnya. Ternyata pengakuan adik kelasnya pun sama seperti yang di jawab oleh Siti tersebut, ternyata setiap malam menjelang tidur, ia sering mengajarkan ke adik-adik kelasnya tentang pelajaran yang besok adik-adik kelasnya pelajari. Ia juga yang sering membangunkan adik-adik kelasnya untuk shalat Tahajud di waktu sepertiga malam, tepatntya sekitar jam 03.00 pagi. Setelah melaksanakan shalat Tahajud ia lanjut membaca ayat-ayat Al-Qur'an sampai ajan subuh berkumandang.
Selama ia sekolah dan mengabdi di pesantren Tapak Sunan. Ia mendapat banyak pengalaman yang didapat baik untuk di akhirat maupun di kalangan masyarakat. Ia juga sangat giat dalam beribadah berkat nasehat rohani yang selalu ia dapatkan dari guru-gurunya, terlebih pendiri pesantren tersebut. Nasehat untuk bersikap baik dikalangan masyarakat juga ia dapat dari para gurunya.
Setelah keluar dari Pesantren. Perempuan yang agak lumayan tomboy ini melanjutkan studynya di salah satu universitas di Jakarta, yaitu Univesitas Islam Jakarta (UIJ) mengambil jurusan PAI. saat ini ia di semester akhir yakni semester 8 dan sedang mengejar skripsinya.
Di lain kesibukanya yang ingin menyelesaikan skripsi, ia juga memiliki kesibukan seperti mengajar private dan mengajar di sebuah TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) yang ia bangun bersama teman-teman di wilayah rumahnya. Butuh menguras tenaga yang tidak sedikit, dan memotong waktu bermainnya untuk menjalani semuanya. Semua itu ia lakukan dengan ikhlas dan kesabaran. Ia hanya berharap semua yang ia lakukan bermanfaat bagi orang lain dan dirinya. Ia juga mengusahakan diri untuk datang kepengajian para Alumni yng di adakan di Pondoknya tersebut setiap sebulan sekali. Di tengah ksibukannya membuat skripsi ia sempat-sempatnya berkerja sampingan yang uangnya dipakai untuk membantu perekonomian keluarganya.
Yayasan TPA ini bernama Miftahul Jannah berdiri sejak tanggal 14 July 2012, hingga hari ini TPA tersebut berjalan lancar dan Alhamdulillah saat ini tidak ada hambatan mengenai TPA tersebut. Ia membangun TPA ini tidak sendiri tapi bersama teman-temannya. Ide ingin membuat TPA ini didapatkan dari idenya, seketika teman-temannya pun setuju dengan idenya. Membangunnya pun tidak hanya uang yang terbuang tapi tenaga pun juga, sebelum TPA ini berdiri, ia mencari dana kesana kesini agar rencananya ini terwujud. Ketika uangnya belum terkumpul banyak ia akhirnya rela memakai tabungannya yang tidak sedikit untuk membantu kelancaran pembangunan TPA tersebut, dan Alhamdulillah pada tanggal 14 July 2012 TPA ini resmi di gunakan.
Dari semua kesibukanya, ia selalu menyempatkan waktu untuk mendapat nasehat jiwa dari guru terbaiknya yaitu pendiri sekaligus pemimpin pesantrenya dulu. Dan tidak hanya itu, ia juga selalu mengikuti dzikir akbar yang sering di selenggarakan oleh majelis-majelis yang ada di Jakarta. Baginya itu adalah obat yang selalu menenangkan hatinya dan selalu ingat akan akhirat dan mendiang ibunya. Yang membuat dirinya teguh untuk menjalani semua itu, ataupun cobaan-cobaan yang di terimanya.
Status perempuan ini belum menikah, tetapi ia sudah mempunyai seorang laki-laki yang nanti insya Allah akan menjadi suaminya (masih bersetatus tunangan). Dan ia berharap bahwa lelaki inilah yang Allah ciptakan untuk mendampinginya. Dari keluarga kedua belah pihak sudah setuju satu sama lain.
Biarpun anak paling kecil, tetapi ia tidak pernah mengharapkan sepeserpun uang dari kedua orang tuanya. Ia hanya ingin belajar dan mengajar dari hasil jeri payahnya sendiri. Baginya hidup mandiri adalah sebuah keharusan yang harus dimiliki seseorang. "Dimana ia tinggal, disitulah ia harus berusaha" itu prinsipnya.
Dari objek penelitian saya ini, banyak sekali yang bisa diambil pelajaran dan dijadikan contoh untuk diri kita masing-masing. Dan, kegigihannya dalam berusaha sehingga ia menjadi orang yang sangat di hargai oleh banyak orang, bahkan sangat di sayang oleh banyak orang. Dalam hal keagamaannya juga sangatlah luarbiasa, ia sangat patuh terhadap ajaran Nabi Muhammad, karena ia pernah berkata " ini semua untuk bekal nanti di akhirat, karena ketika kita berada di alam akhirat kita akan merasakan pembalasan amal-amal yang pernah kita perbuat di dunia. Ketika kita berbuat baik Insya Allah ama-amal yang baik inilah yang nantinya akan membantu kita di akhirat nanti, jadi janganlah membuang-buang waktu untuk yang tujuannya tiak baik, pergunakan masa hidupmu untuk menolongmu kelak di akhirat nanti"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini