TOKOH EKOLOGI MANUSIA
Arundhati Roy
Memanusiakan Dunia dengan Kata dan Aksi
Oleh: Muhammad Iqbal Abdul Ghofur
"Manusia adalah produk lingkungannya", itu adalah sebuah kalimat yang tidak asing yang saya temukan didalam Jurnal Perempuan edisi ke-21 yang selanjutnya akan memperkenalkan tokoh perempuan dari India, Arundhati Roy.
Berbicara ekologi manusia bukan hanya berbicara tentang pengetahuan dan pemahaman, bukan sekadar tentang hubungan alam dan manusia, akan tetapi hubungan manusia dengan alam serta hubungan manusia dengan Tuhan-nya.
Dia adalah Arundhati Roy, seorang perempuan yang dibesarkan dilingkungan umat budha, Kristen dan Islam, lingkungan tiga keyakinan yang saling bersebrangan. Ayahnya seorang Budha di Ibunya seorang yang beragama Kristen, perceraian kedua orang tuanya memberikan dampak yang kurang baik bagi kehidupannya, ibu dan ayahnya mengalami perceraian. Namun, disinilah kiranya saya menemukan titik awal kehidupan seorang aktivis yang dilahirkan di Ayemenem, sebuah kampung kecil di Provinsi Kerala, India.
Namun, disini saya tidak memfokuskan pada pasang surut kehidupan dirinya yang pernah mengalami kegagalan kehidupan rumah tangga atau proses ketika dia pernah menjadi seorang penulis scenario ulung untuk sebuah project film. Gagasan yang saya kagumi adalah dia tidak hanya melakukan kritik-krirtik terhadap pembangunan di India, akan tetapi tindakan-tindakan atau aksi langsung yang mampu mempengaruhi warga untuk peduli terhadap pembangunan di India yang tidak memperdulikan aspek lingkungan dan kemanusiaan.
Diawali dengan ketenarannya yang telah sukses membuat Novel yang berjudul God of Small Things, kehidupannya berubah dengan drastis, penghargaan serta pujian dan pundi-pundi dolar yang telah dia dapatkan ternyata tidak sejalan dengan apa yang difikirkannya.
Waduk sudah menjadi impian nasional; India sejak dahulu, Nehru sendiri dalam pidatonya mengatakan bahwa waduk-waduk adalah kuil India modern (Before the Flood', The Amicus Journal, No 3, Vol. 22, Fall 2000). Pidato Nehru tentang waduk terselip dalam setiap buku teks wajib sekolah dasar India. Setiap warganegara India telah terjejali bahwa waduk akan mengisi penuh perut semua orang. Yang mereka tidak sadari adalah ideology aliansi yang bermai dibalik pembangunan waduk tersebut. Pemerintah India pada waktu itu mengatakan bahwa pembangunan itu akan memindahkan 70.000 keluarga dan menenggelamkan 101 desa. Satu ketika, tanpa perinagatan terlebih dahulu, pemerintah india menggenangi desa-desa menggusur 114.000 keluarga dan menenggelamkan 101 desa. Sepuluh tahun kemudian, waduk tersebut ternyata hanya mengairi 5 % dari luas areal yang mereka janjikan. Luas areal yang diari waduk lebih kecil dari luas area yang ditenggelamkan saat awal pembangunannnya.
Yang saya ingin coba jelaskan disini adalah bagaimana Arundhati tidak hanya melancarkan kritik-kritik kristisnya lewat sebuah goresan dikertas, bergabung dengan LSM Narmada Bachao Andolan (NBA) Arundhati melancarkan aksi-aksinya menentang pembangunan waduk.Aksi-aksi yang sering membuatnya berhadapan dengan pihak yang berwenang. Salah satu aksinya bersama NBA yang sangat spektakuler bertempat di desa pinggir Narmada bernama Salgaon. Sepanjang malam orang berdatangan dengan traktor, motor dan berjalan kaki. Pada pagui harinya sudah terkumpul lebih dari 5000 orang. Lautan manusia yang terdiri dari orang desa dan kota dari berbagai macam profesi kemudian bergerak perlahan-lahan menuju waduk tanpa menimbulkan suara.
Inilah kiranya salah satu contoh bagaimana dari suatu hal yang kecil seaseorang mampu mengubah paradigm masyarakat yang telah ternina bobokan dengan pembangunan yang disisi lain telah menimbulkan kerusakan pada bumi. Arundhati Roy adalah salah satu aktivis perempuan yang ada dari sekian banyak aktivis lainnya, gagasan dan ketidak puasannya terhadap kebijakan pembangunan yang telah menelantarkan aspek sosial serta lingkungan telah mempengaruhi banyak masyarakat di India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar