TEORI KRITIS (Pendekatan Konteks Kepentingan)
Teori Kritis
Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian (Bernstein, 1995; Kellner, 1993; untuk tinjauan yang lebih luas terhadap teori kritis, lihat Agger, 1998), terutama kecendrungannya menuju determinisme ekonomi. The Institute of Social Research, organisasi yang berkaitan dengan teori kritis ini resmi didirikan di Frankfurt, Jerman, 23 Februari 1923, meski sejumlah anggotanya telah aktif sebelum organisasi itu didirikan (Wiggershaus, 1994). Teori kritis telah berkembang melampaui batas aliran Frankfurt (Calhoun dan Karaganis, 2001;Telos, 1989-90). Teori kritis berasal dari dan sebagian besar berorientasi ke pemikir Eropa, meski pengaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika (Markus, 1999; van den Berg, 1980).
Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap berbagai aspek kehidupan social dan intelektual, namun tujuan utamanya adalah mengungkapkan sifat masyarakat secara lebih akurat (Bleich, 1977)
Kritik terhadap Teori Marxian. Teori kritis mengambil kritik terhadap teori Marxian titik tolaknya. Teoritisi kritis ini merasa sangat terganggu oleh pemikir Marxis penganut determinisme ekonomi yang mekanistis (Antonio, 1981; Schroyer, 1973; Sewart, 1978). Aliran Kritis mencoba meralat ketakseimbangan ini dengan memusatkan perhatiannya pada bidang cultural (Fuery, 2000; Schroyer, 1973:33). Selain menyerang teori Marxian lain, aliran kritis mengkritik masyarakat seperti bekas Uni Soviet yang pura-pura dibangun berdasarkan teori Marxian (Marcuse, 1958).
Kritik terhadap Positivisme. Teoritis kritis juga memusatkan perhatian terhadap filsafat yang mendukung penelitian ilmiah terutama positivism (Bottomore, 1984; Halfpenny, 2001; Morrow, 1994). Kritik terhadap positivism sekurangnya sebagian berkaitan dengan kritik terhadap determinisme ekonomi karena beberapa pemikir determinisme ekonomi menerima sebagian atau seluruh teori positivism tentang pengetahuan. Aliran kritis menentang positivism karena berbagai alasan (Sewart, 1978). Pertama, positivisme cenderung melihat kehidupan social sebagai proses alamiah. Teori kritis lebih menyukai memusatkan perhatian pada aktivitas manusia maupun pada cara-cara aktivitas tersebut memengaruhi struktur social yang lebih luas.
Kritik terhadap Sosiologi. Aliran kritis berpandangan bahwa sosiologi tak serius mengkritik masyarakat, tak berupaya merombak struktur social masa kini. Menurut aliran kritis, sosiologi telah melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat yang ditindas oleh masyarakat masa kini. Seperti dikatakan Zoltan Tar, sosiologi menjadi "bagian integral masyarakat yang ada ketimbang menjadi alat untuk mengkritiknya dan menjadi ragi untuk pembaruan" (1977:x)
Kritik terhadap Masyarakat Modern. Pemikiran kritis telah dibentuk tak hanya oleh teori Marxian, tetapi juga oleh teori Weberian, seperti tercermin pada perhatian mereka kepada rasionalitas sebagai perkembangan dominan dalam dunia modern. Seperti yang dijelaskan Trent Schroyer (1970) pandangan aliran kritis adalah bahwa dalam masyarakat modern penindasan dihasilkan oleh rasionalitas yang menggantikan eksploitasi ekonomi sebagai masalah social dominan.
Kritik terhadap Kultur. Teoritisi kritis melontarkan kritik pedas terhadap apa yang mereka sebut "industri kultur", yakni struktur yang dirasionalkan dan dibirokrasikan (misalnya, jaringan televisi) yang mengendalikan kultur modern. Industri kultur menghasilkan apa yang secara konvensional disebut "kultur massa" yang didefinisikan "sebagai kultur yang diatur…tak sepontan, dimaterialkan, dan palsu, bukan ketimbang sesuatu yang nyata (Jay, 1973:216).
Kontribusi-kontribusi utama
Subjektivitas. Kontribusi besar dari aliran kritis adalah usahanya untuk mengorientasikan teori Marxian kea rah subjektif, kontribusi subjektif dari aliran kritis adalah pada tingkat individual dan kultural.
Yang sangat penting disini adalah usaha oleh teoritis kritis, terutama Marcuse (1969), untuk mengintegrasikan pandangan Freud pada tingkat kesadaran (dan ketidaksadaran) dengan interpretasi teori kritis terhadap kebudayaan.
Dialektika. Fokus positif utama kedua dari teori kritis adalah minat pada dialetika (ide ini dikritik dari sudut pandang Marxisme analitik yang akan dibahas di bab ini) secara umum, dan variasi dari manifestasi spesifiknya.
Teoritisi kritis juga memikirkan tentang masa depan, tetapi dengan mengikuti pemikiran orisinil Marx, mereka menolak menjadi utopian; mereka menitikberatkan pada kritik dan mengubah masyarakat kontemporer (Alway, 1995).
Dalam term yang lebih abstrak, pemikir kritis dapat dikatakan sibuk dengan hubungan yang saling memengaruhi antara teori dan praktik. Pandangan aliran Frankfurt ini adalah bahwa dua hal itu dipisahkan dalam masyarakat kapitalis (Schoyer, 1973:28). Yakni, teoritisasi dilakukan oleh satu kelompok, yang didelegasikan, atau diambil, oleh kelompokitu, sedangkan praktik direlegasikan kelompok lain yang lebih lemah.
Pengetahuan dan kepentingan manusia. Salah satu perhatian dialektika paling terkenal dari teori kritik adalah minat Jurgen Habermas (1970, 1971) terhadap hubungan antara pengetahuan dan kepentingan manusia – sebuah contoh dari perhatian dialektika yang lebih luas terhadap hubungan antara factor subjektif dan objektif.
Kritis terhadap teori kritis
Sejumlah kritik telah diajukan kepada teori kritik (Bottomore, 1984). Pertama, teori kritis dituduh bersifat historis, meneliti berbagai peristiwa tanpa banyak memperhatikan pada konteks sejarah dan komparatifnya (misalnya, Nazisme pada 1930-an dan antisemitisme pada 1940-an, pemberontakan mahasiswa pada 1960-an). Kedua, aliran kritis, umumnya mengabaikan ekonomi. Ketiga, teoritisi kritik cenderung berargumen bahwa kelas pekerja telah hilang sebagaimana halnya kekuatan revolusioner, pandangan yang bertentangan dengan analisis Marxian tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar