Senin, 20 Mei 2013

GLOBALISASI DAN REALITAS MEDIA_Hermansyah_KPI F_ Tugas ke 9

Nama  : Hermansyah
Kelas   : kpi IIIV
Nim    : 109051000202

GLOBALISASI DAN REALITAS MEDIA
A. pendahuluan
Globalisasi menurut kkbi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Globalisasi yang terjadi dewasa ini dengan perantara media tadi dengan sendirinya telah merubah keadaaan budaya kita. Secara tidak langsung kita terhegemoni kebudayaan luar. Contoh saja budaya baju bikini yang berasal dari dunia barat, sudah menjadi hal biasa kini di Indonesia.
tayangan-tayangan media media khususnya media terbesar yang di konsumsi yaitu televise sudah banyak menagdopsi tayangan dari luar. Contoh misal Indonesia idol, sulap magazine dan budaya dari korea. Lebih parah lagi tayangan porno, kekerasan sudah mudah kita akses di media terutama internet. Sinetron yang beradegan mesum telah meracuni remaja-remaja Indonesia. Hal ini juga mencangkup media seperti majalah dewasa tentunya yang mudah di akses anak di bawah umur.
Kehadiran media tadi tentunya tidak semuanya bersifat negatif, tapi juga ada nilai positifnya. Tapi sejauh perkembangan media itu sendiri, banyak kita temukan pemberitaan negatif akibat media tadi daripada positifnya. Ditambah kurangnya pemaham orang tua di rumah, sebagai pengawas anak didiknya. Keadaan ini tentunya merubah dari budaya kita, otomatif peradan kita yang awalnya ketimuran, sekarang berubah ke barat-baratan. Bisa kita lihat sekarang, budaya tadi meliputi dari busana, makanan, dan gaya hidup ( live stile). Keadaan ini juga mengarah gaya hidup sek bebas dan kecanduan barang narkotika.
Sudah saatnya kita mulai sadar, terutama orang yang punya kebijakan media tadi, agar menfilter program yang ada unsur kekerasan, porno dan sebagainya yang merusak budaya kita seperti halnya Negara china. Agar keadaan moral bangsa ini lebih baik tentunya, terutama anak muda yang notabenen sebagai penerus bangsa.

B. Metode Studi
Dalam penulisan paper ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam pengerjaannya, penulis mencari dan mendapatkan sumber informasi dari buku-buku yang membahas mengenai media dan gejalanya.


C. Analisis
Tayangan apapun yang dilahirkan oleh industri media entah cetak ataupun televisi dengan segala macam ideologi yang banyak mencerminkan budaya asing dan faham kapitalis di dalamnya, akan berdampak pada permirsa dan berimplikasi pada perubahan cara pandang dan gaya hidup, baik yang bersifat positif maupun negatif dalam kehidupan manusia, siapapun sasarannya entah anak-anak, remaja ataupun orang dewasa.
Kalau dikaji dari sisi dampak yang terjadi lebih banyak negatifnya yang didapat dari pada sisi positifnya. Media televisi sebagai industri budaya tak segan-segan melakukan penyerangan lewat tayangan yang telah direkonstruksi sedemikian rupa, hingga menyedot permirsa menjadi kecanduan. Karena gencarnya serangan dari tayangan televisi yang di lancir oleh industri media televisi, tanpa disadari hal tersebut seolah-olah menjadi bagian dari kehidupan kita. Bila hal ini terjadi terus menerus, maka akan dikhawatirkan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi keluhuran budi pekerti, sifat sabar dan norma kesantunan bisa tergilas oleh budaya baru termasuk BUDAY POPULER yang menawarkan serta merta keglamoran hidup dan mengkapitaliskan praktik-praktik dalam kehidupan bermasyarakat. Kalau sudah begini lantas dimanakah posisi Pancasila dan makna-makna yang ada di dalamnya, di mana pada awalnya negara ini didirikan sudah menjadi harga mati dan satu satunya Ideologi yang menjadi pegangan dan sebagai pandangan hidup dalam berbangsa, bernegara dan bermasyarakat?.

Sudah menjadi kewajiban kita bersama, khususnya kalangan yang berpendidikan tinggi untuk saling mengingatkan, mensosialisasikan bahwa tumbuhnya Budaya Populer lewat tayangan yang tercermin di dalam televisi mempunyai nilai kebaikan, bahkan ada yang sampai menyesatkan. Kini tergantung kita semua bagaimana menyikapinya. Hendaknya segala tayangan yang berimplikasi pada pola hidup yang ada dicerna secara mendalam dikaji sisi positifnya untuk kemudian ditransformasikan dengan budaya kita sendiri. Seandainya semua insan negeri ini setia menanamkan budaya kita yang luhur itu secara mendalam dan memaknainya secara benar dalam sanubari, maka niscaya kebobrokan peradaban bangsa ini tak pernah terjadi. Diperlukan ketegasan perintah lewat lembaga Komisi Penyiaran Indonesia, Kementrian Komunikasi dan Informasi, Kementrian Budaya dan Pariwisata serta Lembaga Sensor Film untuk terus mengontrol acara-acara dari televisi secara instensif termasuk media cetak dan display. Memberikan sangsi yang tegas dan keras jika ada industri media yang membandel terhadap aturan-aturan yang telah disepakati bersama, demi menghindari atau meminimalisir dari efek-efek negatif yang ditimbulkan oleh industri media tersebut.
Di tengah krisis nasional yang melunturkan jatidiri bangsa Indonesia, akibat kuatnya serangan budaya impor hasil dari rekonstruksi penguasa media, menyebabkan rusaknya sendi-sendi kehidupan luhur bangsa Indonesia yang telah dititipkan dan di wariskan oleh para pendahulu bangsa ini didirikan. Beruntunglah negeri ini masih punya segelintir insan yang mempunyai idealisme tinggi dalam mempertahankan  Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Merah Putih sebagai simbol negara Indonesia tercinta, walaupun serangan anging globalisasi menerjangnya, namun kesetiaanya tak dapat digoyahkan dan dipatahkan. "Andaikan Matahari terbit dari utara dengan membawa pernik-pernik kehidupan budaya impor dalam kemewahannya, Aku tetap cinta dengan Budaya Indonesia…!!! dan Walaupun masyarakat sudah terkontiminasi oleh kapitalisme hingga terbentuknya masyarakat konsumtif dan hedonis…, namun Aku tetap Cinta terhadapmu Indonesiaku dengan tetap berperilaku konsisten terhadap nilai-nilai luhur bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini