Senin, 20 Mei 2013

GLOBALISASI DAN REALITAS MEDIA_NYI MAS AYU GALUH_PERTEMUAN KE-10

GLOBALISASI DAN REALITAS MEDIA
Globalisasi diambil dari kata global yang berarti universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsure-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak atau media elektronik. Selain definisi diatas, globalisasi juga berarti hilangnya batasan ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi dan informasi. Dan juga suatu peruses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenali batas dunia.[1]
Menurut Edison A jamali, globalisasi pada hakikatnya adalah suatu peroses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk di ikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. Ian aart scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang tentang globalisasi.
§  Internasionalosasi: globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing Negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing.
§  Liberalism: globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkanya batas antar Negara, seperti impor dan ekspor serta lalulintas devisa.
§  Universalisasi: globalisasi juga digambarkan dengan semakin menyebarnya hal material maupun inmaterial keseluruh dunia. Pengalaman local menjadi pengalaman internasional.
§  Westrenisasi: salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran budaya dari barat sehingga menglobal.[2]
Ciri-ciri dari suatu globalisasi adalah sebagai berikut, yaitu: perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu, pasar dan ekonomi di Negara-negara yang berbeda menjadi saling ketergantungan,peningkatan interaksi cultural melalui media massa,dan yang terakhir, meninggkatnya massalah bersama, missal pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional, dan lain-lain.
Pengaruh globalisasi membawa dampak bagi kehidupan suatu Negara termasuk Negara kita Indonesia, pengaruh tersebut meliputi dua sisi baik dampak positif mauupu negative. Dampak negative dari globalisasi diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Informasi khalayak tidak tersaring.
2.      Membuat khalayak tidak kreatif, sebab makin munculnya sifat konsumtif.
3.      Membuat orang menutup diri, karna rasa minder akan globalisasi.
4.      Sempit pemikiran.
5.      Banyak meniru prilaku yang buruk.
6.      Mudahnya terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu Negara.
sedangkan dampak positif dari meningkatnya globalisasi adalah :
1.      Mudah memperoleh sebuah informasi dan ilmu pengetahuan.
2.      Mudah dalam melakukan komunikasi, baik dengan jarak jauh ataupun dekat.
3.      Cepat dalam berpergian (mobilitas tinggi).
4.      Menumbuhkan sikap cosmopolitan dan toleran.
5.      Memacu untuk meningkatkan kualitas diri.
6.      Mudah memenuhi kebutuhan hidup, termasuk dalam hiburan.
Teori globalisasi, menurut Cochrane dan pain menegaskan bahwa dalam kaitanya dengan globalisasi terdapat tiga posisi teoristis yang dapat dilihat, yaitu:
§  globalis biasa : percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan, mereka percaya bahwa Negara-negara dan kebudayaan local akan hilan diterpa oleh kebudayaan lain dan ekonomi global yang homogen.
§  Globalis positif:  adalah golongan yang optimistis terhadap perkembangan yang muncul, dan beranggapan bahwa globalisasi dapat memunculkan masyarakat yang toleran dan bertanggung jawab.
§  Globalis pesimis: berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena yang negative karena hal tersebut adalah suatu bentuk penjajahan dari dunia barat, yang memaksa sejumlah budaya dan konsumsi yang homogeny dan terlihat sebagai sesuatu yang benar adanya. Dan beberapa dari para globalis pesimis akhirnya membentuk suatu kelompok penentang globalisasi (antiglobalism).
§  Tradisionalis : berpendapat bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka beranggapan bahwa semua yang terjadi ini adalah sebuah mitos semata atau jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa suatu kapitalisme telah menjadi suatu fenomena internasional selama ratusan tahun.
§  Transformasionalis: berada di posisi antara global dan tradisional, mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalism. Namun mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep globalisasi tersebut. Mereka meyatakan bahwa globalisasi seharysnya dipahami sebagai seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan yang sebagia besar tidak terjadi secra langsung. Dan peroses ini pun bisa dibalik.[3]
Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktifitas, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbis, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.
Akhirnya, dalam pandangan paradigma defenisi sosial, realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial disekelilingnya. Dunia sosial itu dimaksud sebagai yang disebut oleh George Simmel, bahwa realitas dunia sosial itu berdiri sendiri diluar individu, yang menurut kesan kita bahwa realitas itu "ada" dalam diri sendiri dan hukum yang menguasainya.
Max Weber melihat realitas sosial sebagai perilaku sosial yang memiliki makna subjektif, karena itu perilaku memiliki tujuan dan motivasi. Perilaku sosial itu menjadi "sosial", oleh Weber dikatakan, kalau yang dimaksud subjektif dari perilaku sosial membuat individu mengarahkan dan memperhitungkan kekuatan orang lain dan mengarah kepada subjektif itu. Perilaku itu memiliki kepastian kalau menunjukkan keseragaman dengan perilaku pada umumnya dalam masyarakat.
Posisi konstruksi sosial media massa adalah mengkoreksi kelemahan dan melengkapi konstruksi sosial atas realitas, dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan konstruksi sosial media massa atas konstruksi sosial relitas. Dari konten konstruksi sosisal media massa, proses  kelahiran  konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a.       Tahap Menyiapkan Materi konstruksi : Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Isu-isu penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama yang berhubungan dengan tiga hal yaitu harta, tahta, dan wanita.
b.      Tahap Sebaran Konstruksi : Pilihan-pilihan wilayah sebaran adalah strategi lain dalam sebaran konstruksi media berdasarkan pada segmentasi. Pilihan-pilihan sumber informasi juga dapat dipilih berdasarkan pemetaan kekuasaan sosial informasi itu di masyarakat.
c.       Pembentukan Konstruksi Realitas: Tahap ini terbagi atas dua yaitu tahap pembentukan konstruksi realitas dan pembentukan konstruksi citra.
d.      Tahap Konfirmasi : Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi.[4]
Realitas media adalah realitas yang dikonstruksi oleh media dalam dua model antara lain :
§  Model Peta Analog  yaitu model dimana realitas sosial dikonstruksi oleh media berdasarkan sebuah model analogi sebagaimana suatu realitas itu terjadi secara rasional.
§  Model Refleksi Realitas yaitu model yang merefleksikan suatu kehidupan yang terjadi dengan merefleksikan suatu kehidupan yang pernah terjadi di dalam masyarakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini