Selasa, 14 Mei 2013

Mia Maisyatur R_pencemaran didaerah pesisir pantai Indramayu


Nama               : Mia Maisyatur R
NIM                : 1110054000022
Tugas               : Ekologi Manusia "Pencemaran Pertamina"
A.    Gambaran Umum
Wilayah pesisir Indramayu Jawa Barat dengan panjang garis pantai lebih kurang 113-114 km merupakan salah satu daerah pantai utara Jawa Barat yang sangat strategis dan berkembang dalam aktivitasnya sebagai daerah penyangga kawasan industri yang mempunyai sumberdaya alam dan jalur infrastruktur transportasi  utama Cirebon ke Jakarta. Wilayah ini sebagai kawasan pantai dengan panorama indah dan menarik serta sumber biota laut yang melimpah mempunyai kegiatan ekonomi yang cukup tinggi.
Selain itu-pun didaerah pesisir tersebut terdapat hutan mangrove. Kawasan hutan mangrove adalah salah satu kawasan pantai yang sangat unik, karena keberadaan ekosistem ini pada daerah muara sungai atau pada kawasan estuary.  Mangrove hanya menyebar pada kawasan tropis sampai subtropics dengan kekhasan tumbuhan dan hewan yang hidup disana.  Keunikan ini tidak terdapat pada kawasan lain, karena sebagian besar tumbuhan dan hewan yang hidup dan berasosiasi di sana adalah tumbuhan khas perairan estuary yang mampu beradaptasi pada kisaran salinitas yang cukup luas.
Ekosistem mangrove secara fisik maupun biologi berperan dalam menjaga ekosistem lain di sekitarnya, seperti padang lamun, terumbu karang, serta ekosistem pantai lainnya.  Berbagai proses yang terjadi dalam ekosistem hutan mangrove saling terkait dan memberikan berbagai fungsi ekologis bagi lingkungan. Secara garis besar fungsi hutan mangrove dapat dikelompokkan menjadi :
1)      Fungsi Fisik
a)      Menjaga garis pantai
b)      Mempercepat pembentukan lahan baru
c)      Sebagai pelindung terhadap gelombang dan arus
d)     Sebagai pelindung tepi sungai atau pantai
e)      Mendaur ulang unsur-unsur hara penting
2)      Fungsi Biologi
a)      -Nursery ground (tanah pembibitan)
b)      -Feeding ground (makanan tanah)
c)      -Spawning ground (tanah pemijahan) bagi berbagai spesies udang, ikan, dan lainnya
d)     -Habitat berbagai kehidupan liar
3)      Fungsi Ekonomi
a)      -Akuakultur
b)      -Rekreasi
c)      -Penghasil kayu

B.     Dampak dari Aktifitas Pertambangan untuk penduduk 
Hampir 49.000 orang menggantungkan hidupnya dari sector perikanan tersebut. Sebanyak 1.700 adalah seorang nelayan dan 32.000 adalah para petambak. Dengan kekayaan alam tersebut penduduk sekitar merasa cukup terbantu untuk menjalani proses kehidupannya. Saat itu nelayan mampu menangkap udang alam minimal 2 sampai 3 kg per-hari. Namun para nelayan dan petambak tersebut tidak dapat terus menerus menggantungkan hidupnya pada kekayaan alam yang mereka miliki tersebut. Hal itu terjadi karena sebagian besar elite penguasa ternyata memanfaatkannya secara berlebih, mereka memanfaatkan demi aktifitas pembangunan serta eksplorasi bahkan eksploitasi yang kurang bertanggung jawab tentunya.
Setelah adanya kegiatan tersebut perekonomian penduduk daerah sekitar mengalami kerontokkan, seperti halnya para nelayan yang sudah tidak bisa mendapatkan udang berlimpah lagi, bahkan untuk sekedar mendapatkan satu kilo gram udangpun tidak ada. Ternyata aktifitas itu menimbulkan berbagai respon negative dari potensi sumberdaya alam tersebut yang berdampak pada perekonomian penduduk sekitar pesisir. Aktivitas tersebut diantaranya industri, pariwisata, pertambangan, navigasi, transportasi yang sering tumpang tindih, sehingga tidak jarang manfaat atau nilai guna ekosistem tersebut menurun.

C.     Dampak dari aktifitas pertambangan untuk Ekosistem
Beberapa aktifitas yang telah disebutkan diatas, ternyata menimbulkan respon negative bagi ekosistem yang hidup disekitarnya, begitu-pun dengan para pelaku dari ekosistem tersebut. Salah satu dampak yang sangat merugikan dari aktifitas tersebut adalah masalah pengaruh tumpahan minyak dari aktivitas PT. PERTAMINA UP VI BALONGAN Indramayu terhadap ekosistem mangrove di pantai karangsong indramayu, peristiwa ini terjadi sekitar september tahun 2008, saat itu sebuah kapal tanker Arendal yang membawa minyak mentah itu tumpah di anjungan Laut Jawa karena kebocoran pipa dari kapal tanker ke tangki Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan.
Tumpahan minyak mentah 150 ribu DWT mencemari laut sejauh 48 kilometer. Sekitar 12.800 lebih hektare tembak udang dan tambak bandeng di 14 kecamatan tercemar minyak. Ini terjadi, antara lain, di Kecamatan Pasekan, Cantinggi, Balongan dan Indramayu. Kebocoran yang terjadi di wilayah itu menimpa pipa-pipa transfer limbah yang sedang diujicobakan Pertamina. Pipa sepanjang 22 kilometer itu semestinya terkubur di bawah tanah, yakni dari Balongan menuju Mundu di Karangampel, Indramayu. "Pipa berbahan fiber itu terkena abrasi dan kemungkinan terhantam benda keras yang terbawa ombak sehingga ada bagian pipa terbuka dan terpapar matahari langsung. Penggantian dan pelapisan pipa dengan carbon steel kami harapkan bisa mencegah kebocoran," katanya. Kondisi pipa yang terbuka sudah diketahui Pertamina, sebab pipa itu ditanam sejak Juni 2011. Namun, Alam Syah mengakui pihaknya kurang tanggap. "Belum sempat diperbaiki pipa terbuka itu, sudah bocor lagi," ujarnya.
Berdasarkan hasil uji laboratorium internal yang dilakukan Pertamina, Alam Syah mengklaim tidak ada pencemaran akibat kebocoran itu. Namun, diakui, ada komponen limbah yang kadarnya melebihi ambang batas, yakni chemical oxygen demand (COD). Kadar COD pada limbah yang diperbolehkan ialah 200 miligram per liter (mg/lt). Adapun hasil uji lab menunjukkan limbah Pertamina yang bocor itu berkadar COD 600 mg/lt.

D.    Dampak pencemaran zat Chemical Oxygen Demand (COD)
Pencemaran air dapat diketahui dari perubahan warna, bau, serta adanya kematian dari biota air, baik sebagian atau seluruhnya. Bahan polutan yang dapat menyebabkan polusi air antara lain limbah pabrik, detergen, pestisida, minyak, dan bahan organik yang berupa sisa-sisa organisme yang mengalami pembusukan. Untuk mengetahui tingkat pencemaran air dapat dilihat melalui besarnya kandungan O2 yang terlarut. Ada 2 cara yang digunakan untuk menentukan kadar oksigen dalam air, yaitu secara kimia dengan COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand). Makin besar harga BOD makin tinggi pula tingkat pencemarannya.
Polusi air yang berat dapat menyebabkan polutan meresap ke dalam air tanah yang menjadi sumber air untuk kehidupan sehari-hari seperti mencuci, mandi, memasak, dan untuk air minum. Air tanah yang sudah tercemar akan sulit sekali untuk dikembalikan menjadi air bersih. Pengenceran dan penguraian polutan pada air tanah sulit sekali karena airnya tidak mengalir dan tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan merupakan salah satu sumber pencemaran air.
Minyak tersebut mencemari pesisir laut indramayu salah satunya di pantai balongan, tumpahan minyak tersebut setelah selang 5 bulan telah menyatu dengan pasir laut sehingga menggumpal serta menempel pada tumbuhan mangrove di sekitar pesisir pantai tersebut, lambatnya penanganan menurut salah satu warga sekitar, hal itu berakibat terhadap tambak serta ekosistem mangrove serta habitat yang menghuni di wilayah tersebut, tumpahan minyak mentah sangat berbahaya bagi tumbuhan mangrove maupun hewan – hewan yang hidup di perairan sekitarnya, seperti invertebrata dan ikan – ikan, dalam studi ini Rutzler dan sterrer (1970) melaporkan bahwa akibat dari tumpahan minyak diesel sekitar 15000 barrel dan minyak "bunker C" Witwater di daerah panama 1968, benih – benih dari avicenia dan rhizophora mati bersama – sama dengan berbagai invertebrata, penyu, burung, alga, yang hidup di daerah intertidal kawasan mangrove.

Sumber:
-       Jurnal WALHI (Tanah Air)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini