Sabtu, 14 September 2013

Ahmad Fauzan KPI1C_Tugas 2_Suicide, The rule of sociologycal method


EMILE DURKHEIM
Lahir pada tahun 1858 di Epinal dari sebuah keluarga yahudi yang berasal dari Alsace. Durkheim mengorientasikan diri pada permasalahan moral dan ingin memberi sebuah dasar ilmiah yang mula-mula dicarinya dalam psikologi dan kemudian dalm sosiologi. Sebagai pembaca tekun karya Montesquieu, Saint-Siomon dan Comte, Durkheim mengambil kembali ambisi mereka untuk membangun sebuah ilmu pengetahuan tentang masyarakat manusia yang otonom. Untuk itu, di satu sisi, ia terang-terangan melepas 'merek' Biologi dan Psikologi.

Bagi Durkheim, etnografi, geografi, sejarah, atau demografi hanyalah aspek-aspek khusus dari sebuah ilmu pengetahuan sosial yang dipersatukan.
Dia membuat bagian sosiologi total menjadi 3 tingkat antara lain :
-          Morfologi sosial Studi tentang dasar-dasar geografi kependudukan.
-          Fisiologi sosial ini merupakan manifestasi kehidupan sosial, sosiologi yuridis, sosiologi    ekonomi, sosiologi seni dsb berasal dari sini.
-          Sosiologi umum inilah tujuan filosofis ilmu ini, yang merupakan sintetis besar sejarah masyarakat manusia.
Dengan demikian, setelah mendefinisikan aturan-aturan metode sosiologi, ia menunjukkan contoh penerapannya, yaitu Le suicide (Bunuh Diri) (1897).
Le suicide (Bunuh Diri)
Apa yang sebenarnya terjadi?
Seluruh analisis Durkheim didasarkan pada penolakan secara apriori dan dengan menggunakan sistematika statistik. Dengan alat verifikasi hipotesis yang sangat efektif ini pertama-tama ia akan menguji kesahihan penjelasan bunuh diri yang paling umum yakni penyakit mental, ras dan keturunan, faktor kosmis dan iklim, serta peniruan (imitasi).
Selanjutnya ia menunjukkan bahwa jika terdapat faktor-faktor individual yang bisa mempermudah jalan ke arah itu (bunuh diri), maka tidak ada satupun penjelasan yang tidak terbukti oleh salah satu keteraturan statistik. Sejak saat itu Durkheim membuat hipotesis bahwa lingkungan sosial seseorang yang menentukan orang dalam melakukan bunuh diri.
Ia meneliti konteks religius, keluarga, politik dan ekonomi, dan ia membandingkan lingkup perkotaan dengan pedesaan, daerah, Negara dan zaman.
Apa yang muncul dari analisis tersebut?
Durkheim menyatakan bahwa lebih banyak orang bunuh diri di kota di banding di desa dan lebih banyak yang terjadi pada mereka yang berstatus single dibandingkan dengan mereka yang sudah menikah, namun lebih banyak menimpa orang yang sudah menikah tetapi tidak punya anak dibanding menikah tetapi punya anak, dan lebih banyak pula menimpa orang yang tidak menganut suatu agama dibanding orang yang tergabung dalam komunitas religius tertentu. Begitu pula jumlah orang bunuh diri lebih  sedikit  jika negaranya sedang dilanda perang atau mengalami krisis ekonomi parah bahwa ikatan-ikatan sosial ternyata terpatri kembali dengan malapetaka.
Dengan demikian memang perasaan individu menentukan setiap tindakan bunuh diri. Namun hanya metode sosiologis yang menganggap bunuh diri sebagai "suatu benda" (peristiwa yang dapat diobservasi) sehingga memungkinkan kita untuk memahami sifat dasar yang sesungguhnya yaitu ketiadaan afeksi dan kehampaan moral yang terkait dengan kurangnya integrasi sosial.

The Rules of Sociologycal Method (Peraturan Metode Sosiologi)
Durkheim dalam bukunya yang berjudul "The Rules Of Sosiological Method" memberikan dasar-dasar metodologi dalam sosiologi. Salah satu prinsip dasar yang ditekankan Durkheim adalah bahwa fakta sosial harus dijelaskan dalam hubungannya dengan fakta sosial lainnya. Ini adalah asas pokok yang mutlak. Kemungkinan lain yang besar untuk menjelaskan fakta sosial adalah menghubungkannya dengan gejala individu (seperti kemauan, kesadaran, kepentingan pribadi individu, dan seterusnya) seperti yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dan oleh Spencer.
Setidak-tidaknya , ada lima peraturan fundamental dalam metode Durkheim, yaitu:
1.      Mendefinisikan objek yang dikaji secara objektif
Yang menjadi sasaran adalah sebuah peristiwa sosial yang bisa diamati di luar kesadaran individu. Definisi tidak boleh mengandung prasangka terlepas dari apapun yang kira-kira akan menjadi kesimpulan studi.
2.      Memilih satu atau beberapa kriteria yang objektif
Dengan demikian, dalam buku pertamanya (De la division du travail social) atau pembagian kerja secara sosial Durkheim mempelajari berbagai bentuk solidaritas sosial yang berbeda-beda dari sudut hukum. Begitu pula ia berusaha mencari penyebab tindakan bunuh diri dengan mempergunakan angka kematian akibat bunuh diri. Namun masih harus lebih banyak diperhatikan tentang kriteria-kriteria dalam mengajukan analisis tersebut.
3.      Menjelaskan kenormalan Patologi
Ada beberapa situasi yang bersifat kebetulan dan sementara yang bisa mengacaukan keteraturan peristiwa. Jadi kita harus bisa membedakan situasi-situasi normal yang menjadi dasar kesimpulan-kesimpulan teoritis. Dapat dibandingkan pemikiran dengan metode ideal tipikal dari Max Weber. Yang riil selalu terlihat orisinal dan kompleksitasnya, namun bisa pula kita mencari struktur dari ciri khas yang menonjol ini.
4.      Menjelaskan masalah sosial secara "sosial"
Sebuah peristiwa sosial tidak hanya bisa dijelaskan lewat keinginan individual yang sadar, namun juga melalui peristiwa atau tindakan sosial seebelumnya. Setiap tindakan kolektif mempunyai suatu signifikansi dalam sebuah sistem interaksi dan sejarah. Inilah yang disebut metode fungsionalis.
5.      Mempergunakan metode komparatif secara sistematis
Inilah semua hal yang telah disinggung di atas. Hanya komparativisme terhadap ruang dan waktu yang memungkinkan hal ini berakhir dengan suatu demonstrasi sosiologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini