Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berrinteraksi satu dengan yang lain dan saling pengaruh mempengaruhi (shaw,1979). Tingkatan yang menunjukan anggota kelompok saling tertarik satu dengan yang lain menunjuk pada kohevisitas kelompok. Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok, pertama, ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok. Kedua, moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok. Ketiga, koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok
Dalam hal Kohesi, umumnya orang menunjuk pada tingkatan yakini anggota kelompok termotivasi untuk tetap tinggal di dalam kelompok. Anggota kelompok pada kelompok yang kohesinya tinggi lebih energik didalam aktivitas kelompok, jarang absen dalam pertemuan kelompok dan merasa senang apabila kelompok berhasil dan merasa sedih apabila kelompoknya gagal (shaw, 1979). Apabila terjadi penghidaran, biasanya hal itu berkaitan dengan rendahnya tingkat keakraban dam ketergantungan pada kelompok, seperti yang ditunjukan oleh penelitian dari smith(1999)
Sementara itu kelompok dengan kohesi yang tinggi, anggotanya kooperatif dan akrab, serta saling menghargai antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Pada kelompok yang kohesinya rendah biasanya ada rasa saling bermusuhan dan agresif, dan biasanya justru ada rasa kesenangan ketika anggota yang lain berbuat kesalahan. Selanjutnya shaw (1979) menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang tinggi ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua anggota kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok dengan kohesi yang tinggi pemimpinya berprilaku demokratik, sedangkan pada kelompok dengan kohesi rendah pemimpinya berprilaku seperti 'bos' dan cendrung autokratik.
Di masa lalu kohesivitas dipandang sebagai satu unit dimensi yang memiliki range dari rendah ke tinggi. Saat ini, sering dipandang dalam tema multi dimensional dan kenyataanya melibatkan beberapa faktor. Cota dalam Baron & Byrne (1997) menyatakan bahwa kohesivitas melibatkan dua dimensi primer, yakini tugas sosial dan individu group. Dimensi yang pertama berkaitan dengan individu tertarik pada tugas kelompok atau dalam hubungan sosial. Sedangkan dimensi yang kedua berkaitan dengan individu pada kelompok atau anggota yang lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruh khesivitas antara lain adalah:
· Sejumlah usaha yang diperlukan untuk masuk kelompok, biaya yang besar untuk masuk kelompok menyebabkan ketertarikan anggota menjadi lebih besar.
· Adanya ancaman dari luar atau kompetensi.
· besarnya kelompok, pada kelompok yang kecil lebih cenderung kohesif.
Selanjutnya, Gibson (1997) menjelaskan bahwa kelompok yang rendah kohesivitasnya tidak memiliki keterikatan interpersonal di antara anggotanya. Kelompok dapat menarik individu disebabkan oleh adanya :
· Tujuan kelompok dan anggota saling mengisi dan spesifikasi yang jelas
· Kelompok memiliki pemimpin yang kharismatik
· Reputasi kelompok tampak yaitu keberhasilan mencapai tujuan
· Jumlah anggota kelompok kecil, sehingga memungkinkan anggota berpendapat, mendengar, dan evaluasi
· Anggota saling mendukung dan menolong satu sama lain untuk mengatasi rintangan dan hambatan
Kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi biasanya terdiri atas individu-individu yang termotivasi untuk membangun kebersamaan dan cendrung memiliki kinerja kelompok yang efektif.
Berkatian dengan kinerja kelompok, Gibson (1997) menjelaskan hubungan antara kohesivitas anggota kelompok dan kesetujuannya dengan tujuan atau program kelompok. Penjelasan ini dapat dilihat seperti terlihat dalam tabel berikut
Jenis Kelompok
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal tujuh jenis nilai dilihat dari sifatnya, yaitu nilai kepribadian, kebendaan, biologis, kepatuhan hukum, pengetahuan, agama, dan keindahan.
- Nilai kepribadian, yaitu nilai yang dapat membentuk kepribadian seseorang, seperti emosi, ide, gagasan, dan lain sebagainya.
- Nilai kebendaan, yaitu nilai yang diukur dari kedayagunaan usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biasanya jenis nilai ini disebut dengan nilai yang bersifat ekonomis.
- Nilai biologis, yaitu nilai yang erat hubungannya dengan kesehatan dan unsur biologis manusia. Misalnya dengan melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan.
- Nilai kepatuhan hukum, yaitu nilai yang berhubungan dengan undang-undang atau peraturan negara. Nilai ini merupakan pedoman bagi setiap warga negara agar mengetahui hak dan kewajibannya.
- Nilai pengetahuan, yaitu nilai yang mengutamakan dan mencari kebenaran sesuai dengan konsep keilmuannya.
- Nilai agama, yaitu nilai yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh anggota masyarakat. Nilai ini bersumber dari masing-masing ajaran agama yang menjelaskan sikap, perilaku, perbuatan, perintah, dan larangan bagi umat manusia.
- Nilai keindahan, yaitu nilai yang berhubungan dengan kebutuhan akan estetika (keindahan) sebagai salah satu aspek dari kebudayaan.
Norma
Setiap individu dalam kehidupan sehari - hari melakukan interaksi dengan individu atau kelompok lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya interaksi sosial di dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lain sebagainya. Masyarakat yang menginginkan hidup aman, tentram dan damai tanpa gangguan, maka bagi tiap manusia perlu menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing - masing dapat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban masing - masing. Tata itu lazim disebut kaidah (berasal dari bahasa Arab) atau norma (berasal dari bahasa Latin) atau ukuran - ukuran.
Norma - norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud : perintah dan larangan. Apakah yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi norma tersebut? Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat - akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat - akibatnya dipandang tidak baik.
Proses Kelompok
Tahap transisi merupakan tahap yang penting dalam membangun kelompok yang efektif. Tahap transisi adalah tahap dimana baik pemimpin dan anggota kelompok mempunyai peranan yang penting dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam tahap transisi, berbagai perilaku baru muncul, yang belum muncul dalam tahap sebelumnya seperti kecemasan, menutup diri, membela diri, atau bersikap diam. Baik pemimpin maupun anggota kelompok, keduanya memasuki tahap penyingkapan diri yang semakin dalam. Hal terutama yang dibangun dalam tahap transisi ini adalah kedalaman tingkat kepercayaan yang mampu memberikan dampak pada proses kelompok di tahap selanjutnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap transisi ini dicermati baik oleh pemimpin kelompok, anggota kelompok, dan bagaimana fungsi pemimpin dalam menjalankan kepemimpinan dalam kelompok.
Karakteristik pada Tahap Transisi
Tahap transisi dari perkembangan kelompok ditandai dengan perasaan cemas dan pertahanan diri yang merupakan bentuk dari berbagai macam perilaku.
§ Anggota kelompok memperdulikan tentang apa yang mereka pikirkan yang berkaitan dengan diri sendiri jika mereka meningkatkan kesadaran diri, dan tentang penerimaan atau penolakan dari kelompok terhadap diri mereka.
§ Anggota kelompok menguji pemimpin dan anggota lainnya untuk mengetahui seberapa besar rasa aman kelompok ini.
§ Anggota kelompok bergumul antara ingin bermain aman dan ingin mengambil resiko untuk terlibat.
§ Isu-isu berkaitan dengan siapa yang pegang kendali dan siapa yang berkuasa dapat muncul atau sebagian anggota akan mengalami konflik/pertentangan dengan anggota lain dalam proses kelompok.
§ Anggota kelompok mengamati asisten pemimpin kelompok untuk menentukan apakah dia dapat dipercaya.
§ Anggota kelompok belajar bagaimana mengekspresikan diri mereka sendiri, sehingga anggota lainnya akan mendengarkan mereka.
. Kohesi Kelompok
Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berrinteraksi satu dengan yang lain dan saling pengaruh mempengaruhi (shaw,1979). Tingkatan yang menunjukan anggota kelompok saling tertarik satu dengan yang lain menunjuk pada kohevisitas kelompok. Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok, pertama, ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok. Kedua, moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok. Ketiga, koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok
Dalam hal Kohesi, umumnya orang menunjuk pada tingkatan yakini anggota kelompok termotivasi untuk tetap tinggal di dalam kelompok. Anggota kelompok pada kelompok yang kohesinya tinggi lebih energik didalam aktivitas kelompok, jarang absen dalam pertemuan kelompok dan merasa senang apabila kelompok berhasil dan merasa sedih apabila kelompoknya gagal (shaw, 1979). Apabila terjadi penghidaran, biasanya hal itu berkaitan dengan rendahnya tingkat keakraban dam ketergantungan pada kelompok, seperti yang ditunjukan oleh penelitian dari smith(1999)
Sementara itu kelompok dengan kohesi yang tinggi, anggotanya kooperatif dan akrab, serta saling menghargai antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Pada kelompok yang kohesinya rendah biasanya ada rasa saling bermusuhan dan agresif, dan biasanya justru ada rasa kesenangan ketika anggota yang lain berbuat kesalahan. Selanjutnya shaw (1979) menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang tinggi ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua anggota kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok dengan kohesi yang tinggi pemimpinya berprilaku demokratik, sedangkan pada kelompok dengan kohesi rendah pemimpinya berprilaku seperti 'bos' dan cendrung autokratik.
Di masa lalu kohesivitas dipandang sebagai satu unit dimensi yang memiliki range dari rendah ke tinggi. Saat ini, sering dipandang dalam tema multi dimensional dan kenyataanya melibatkan beberapa faktor. Cota dalam Baron & Byrne (1997) menyatakan bahwa kohesivitas melibatkan dua dimensi primer, yakini tugas sosial dan individu group. Dimensi yang pertama berkaitan dengan individu tertarik pada tugas kelompok atau dalam hubungan sosial. Sedangkan dimensi yang kedua berkaitan dengan individu pada kelompok atau anggota yang lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruh khesivitas antara lain adalah:
· Sejumlah usaha yang diperlukan untuk masuk kelompok, biaya yang besar untuk masuk kelompok menyebabkan ketertarikan anggota menjadi lebih besar.
· Adanya ancaman dari luar atau kompetensi.
· besarnya kelompok, pada kelompok yang kecil lebih cenderung kohesif.
Selanjutnya, Gibson (1997) menjelaskan bahwa kelompok yang rendah kohesivitasnya tidak memiliki keterikatan interpersonal di antara anggotanya. Kelompok dapat menarik individu disebabkan oleh adanya :
· Tujuan kelompok dan anggota saling mengisi dan spesifikasi yang jelas
· Kelompok memiliki pemimpin yang kharismatik
· Reputasi kelompok tampak yaitu keberhasilan mencapai tujuan
· Jumlah anggota kelompok kecil, sehingga memungkinkan anggota berpendapat, mendengar, dan evaluasi
· Anggota saling mendukung dan menolong satu sama lain untuk mengatasi rintangan dan hambatan
Kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi biasanya terdiri atas individu-individu yang termotivasi untuk membangun kebersamaan dan cendrung memiliki kinerja kelompok yang efektif.
Berkatian dengan kinerja kelompok, Gibson (1997) menjelaskan hubungan antara kohesivitas anggota kelompok dan kesetujuannya dengan tujuan atau program kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar