Nama : Badzlia Rusydina Framutami
Judul : Psikologi Newtonian
Jurusan : PMI VI / 6
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta
Seperti halnya biologi dan kedokteran, psikologi telah dibentuk oleh paradigma Cartesian. Para psikolog mengikuti Descartes dengan membuat pemisahan ketat antara res cogitans dengan res extensa, sehingga menyulitkan mereka dalam memahami bagaimana akal pikiran dan tubuh itu berinteraksi satu sama lain. Kekacauan tentang peran dan hakikat akal yang terjadi sekarang ini merupakan konsekuensi nyata dari pemisahan Cartesian.
Descartes tidak hanya membuat suatu perbedaan yang tajan antara tubuh manusia yang tidak permanen dengan jiwa yang tak dapat rusak, melainkan juga menyiratkan adanya bermacam-macam metode untuk mempelajari kedua hal tersebut. Jiwa, atau akal pikiran, harus dipelajari dengan instropeksi, sedangkan tubuh harus dipelajari dengan metode-metode ilmu alam. Namun demikian, psikolog pada abad-abad berikutnya tidak mengikuti saran Descartes melainkan mengambil kedua metode tersebut untuk mempelajari jiwa manusia, sehingga melahirkan dua aliran utama psikologi. Aliran strukturalis mempelajari akal pikiran melalui instropeksi dan mencoba menganalisis kesadaran hingga elemen-elemen dasarnya, sementara aliran behavioris memusatkan sepenuhnya pada penelitian perilaku sehingga mengesampingkan atau mengingkari keberadaan pikiran sama sekali. Kedua aliran ini muncul pada waktu pemikiran ilmiah didominasi oleh model realitas newtonian. Dengan demikian, kedua aliran tersebut mengikuti mode; Fisika klasik, yang menyatukan konsep-konsep dasar mekanika newtonian dengan kerangka teoritik mereka.
Sementara itu, Sigmund Freud menggunakan metode asosiasi bebas untuk mengembangkan psikoanalisis dengan bekerja lebih banyak di klinik dan ruang konsultasi daripada di labolatorium. Meskipun teori Freud merupakan suatu teori tentang pikiran manusia yang sangat berbeda, atai bahkan revolusioner, konsep-konsep dasar yang dipakai sebenarnya adalah Newtonian. Dengan demikian, ketiga aliran utama pemikiran sosiologi pada dekade-dekade awal abad ke- 20- dua di akademi dan satu di klinik-tidak hanya didasarkan atas paradigma Cartesian melainkan juga atas konsep-konsep realitas newtonian.
Psikologi sebagai sebuah ilmu biasanya diyakini lahir pada abad ke-19, dan akar-akar historisnya biasanya ditelusuri kembali ke filsafat-filsafat Yunani Kuno. Kepercayaan barat bahwa tradisi ini telah melahirkan satu-satunya teori psikologi yang serius tersebut kini diketahui sebagai suatu pandangan yang sempit dan terkondisi secara kultural. Perkembangan-perkembangan dalam penelitian kesadaran, psikoterapi, dan psikologi transpersonal akhir-akhir ini telah tertarik pada sistem pemikiran timur, terutama pemikiran-pemikiran India, yang menunjukkan berbagai macam pendekatan yang luar biasa dan canggih pada psikologi.
Spekulasi-spekulasi psikologi filsuf Yunani Kuno juga menunjukkan adanya pengaruh-pengaruh kuat pemikiran pemikiran timur, yang dipadukan orang-orang Yunani, sesuai dengan sejarah dan legenda, setelah mereka melakukan penelitian yang lama di Mesir.
Pada abad ke-17, masalah pikiran-tubuh ini menjadi suatu bentuk yang menentukan perkembangan psikologi ilmiah barat berikutnya. Menurut Descartes, pikiran dan tubuh termasuk dua alam yang sejajar tetapi berbeda secara mendasar, masing-masing dapat dipelajari tanpa mengacu satu sama lain. Tubuh diatur oleh hukum-hukum mekanika, tetapi pikiran- atau jiwa- bersifat bebas dan kekal. Jiwa secara jelas dan khusus diidentifikasikan dengan kesadaran dan dapat mempengaruhi tubuh dengan cara berinteraksi dengannya melalui kelenjar pineal otak. Emosi manusia dipandang sebagai kombinasi enam "gairah" dasar dan digambarkan dengan cara semimekanis.
Konsep asosiasi merupakan suatu langkah penting di dalam perkembangan pendekatan Newtonian terhadap psikologi, karena langkah ini memungkinkan para filsuf mereduksi kompleksitas fungsi mental menjadi aturan-aturan dasar tertentu. David Hume secara khusus mengangkat asosiasi tersebut menjadi prinsip sentral dalam analisis pikiran manusia, dengan memandangnya sebagai suatu "gaya tarik di dalam dunia mental" yang perannya dapat diperbandingkan dengan kekuatan gravitasi di dalam alam materi Newtonian. Hume juga banyak dipengaruhi oleh metode penalaran induktif Newton, yang didasarkan atas pengalaman dan pengamatan, dan dia juga menggunakannya untuk membangun suatu psikologi atomistik dimana"diri" direduksi menjadi "seberkas persepsi"
Ilmu psikologi modern merupakan suatu akibat dari perkembangan-perkembangan dalam ilmu-ilmu anatomi dan fisiologi abad ke-19, penelitian-penelitian tentang otak dan sistem saraf, yang menetapkan adanya hubungan-hubungan khusus antara fungsi-fungsi mental dengan struktur-struktur otak, ternyata memperjelas berbagai fungsi sistem saraf, dan menghasilkan pengetahuan rinci mengenai anatomi dan fisiologi organ-organ indera. Sebagai akibat dari kemajuan-kemajuan ini, model-model mekanistik, yang cemerlang tetapi naif, sebagaimana yang diuraikan oleh Descartes, La Mettrie, dan Hartley itu akhirnya dirumuskan kembali dengan pengertian modern sehingga orientasi psikologi Newton menjadi mapan.
Psikolog eksperimen ortodoks abad ke -19 bersikap dualis karena mencoba menarik suatu perbedaan tajam antara pikiran dengan materi. Mereka percaya bahwa instropeksi merupakan sumber informasi penting bagi pikiran, tetapi mereka memandangnya sebagai metode analistis yang memungkinkan reduksi kesadaran menjadi elemen-elemen pasti yang terkait dengan aliran-aliran saraf tertentu di dalam otak. Teori-teori fenomena psikologis reduksionistik dan materialistik ini mengundang pertentangan di kalangan psikolog yang menekanka pada kesatuan antara kesadaran dengan persepsi. Pendekatan Holistik tersebut menimbulkan dua aliran berpengaruh, yaitu psikologin Gestalt dan fungsionalisme. Tak satupun dari kedua aliran ini mampu mengubah orientasi mayoritas psikolog abad ke-19 dan 20, tetapi keduanya mempunyai pengaruh kuat pada berbagai kecenderungan baru dai dalam psikologi dan psikoterapi yang muncul pada paroh akhir abad ke-20.
Rokoh fungsionalisme terpenting adalah Wiliam James, yang dianggap oleh banyak orang sebagai psikolog Amerika terbesar. Memang karyanya mengandung suatu campuran konsep-konsep unik yang telah merangsang psikolog dari berbagai macam aliran.
Meskipun mempunyai orientasi yang sangat ilmiah, Wilian James merupakan seorang kritisi yang keras terhadap tendensi atomistik dan mekanistik di dalam psikologi, dan merupakan seorang pendukung utama bagi interaksi saling ketergantungan antara pikiran dengan tubuh.
Pada tahun 1890 James menerbitkan pandangan inovatifnya tentang jiwa manusia dalam karya monumentalnya principles of psychology. Setelah selesai, minatnya beralih ke pencarian ilmu yang lebih filosofis dan esoteris. Semacam penelitian tentang keadaan-keadaan kesadaran luar biasa. Fenomena jiwa, dan pengalaman keagamaan. Tujuan penyelidikan ini adalah untuk mengetahui rentang keasadaran manusia secara menyeluruh, sebagaimana yang dinyatakannya dengan penuh perasaan dalam buku "Varieties of Religious Experience" :
"Kesadaran normal pada waktu kita terjaga, yang kita sebut kesadaran rasional, tiada lain adalah jenis kesadaran khusus, meski menjadi satu tetapi sebenarnya terpisah oleh sekat yang sangat tipis; terdapat bentuk-bentuk kesadaran potensial yang sama sekali berbeda. Kita bisa menembus kehidupan tanpa menyangka keberadaan bentuk-bentuk kesadaran itu ; tetapi kita dapat menggunakan rangsang bersyarat, dan dalam suatu sentuhan muncullah bentuk-bentk kesadaran itu dengan segala kelengkapannya.
Tidak ada catatan tentang alam semesta dalam totalitasnya yang dapat disebut final tanpa memasukkan bentuk-bentuk kesadaran ini. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana melakukannya... bagaimanapun juga, bentuk-bentuk kesadaran itu tidak memungkinkan kita mengakhiri terlalu dini catatan kita tentang realitas."
Pandangan yang luas terhadap psikologi ini barangkali merupakan aspek pengaruh James yang paling kuat pada penelitian psikologi dewasa.
Pada abad ke- 20, psikologi meraih kemajuan besar dan memperoleh reputasi yang semakin besar pula. Psikologi mendapatkan banyak keuntungan dari kerjasamanya dengan disiplin-disiplin lain- dari biologi dan kedokteran hingga statistik, sibernatika dan teori komunikasi- dan mencapai bentuk-bentuk penerapan penting dalam perawatan kesehatan, pendidikan,industri, dan banyak bidang aktivitas praktis manusia lainnya. Pada dekade-dekade awal abad ke-20, pemikiran psikologis didominasi oleh dua aliran utama-behaviorisme dan psikoanalisis-yang masing-masing mempunyai metode dan pandangan kesadaran yang sangat berbeda tetapi pada dasarnya kedua aliran tersebut sama-sama lekat dengan model realitas Newtonian.
Dengan demikian, psikologi ini tiada lain adalah psikologi Newtonian pra Excellence, suatu psikologi tanpa kesadaran yang mereduksi semua perilaku menjadi rangkaian tanggapan kebiasaan mekanistik dan menganggap bahwa satu-satunya pemahaman hakikat manusia secara ilmiah adalah pemahaman yang tetap berada dalam kerangka fisika dan biologi klasik. Selain itu, psikologi ini juga mencerminkan keasyikan kebudayaan kita terhadap teknologi manipulatif, yang dirancang untuk menguasai dan mengandalikan. Pada tahun-tahun terakhir, behaviorismebtekah mulai berubah dengan cara mengasimilasikan unsur-unsur dari berbagai disiplin lain sehingga kehilangan banyak prinsipnya yang semula kaku. Akan tetapi behaviorisme masih menggunakan paradigma mekanistik dan sering membelanya sebagai satu-satunya pendekatan ilmiah bagi psikologi sehingga membatasi ilmu tersebut pada kerangka klasik Newton.
DAFTAR PUSTAKA
Capra,Fritjof.Titik Balik Peradaban.2000.Yogyakarta:Yayasan Bentang Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar