Minggu, 10 Maret 2013

Teori-teori Dasar Psikologi Sosial Syifa Thoyyibah

1.      Teori Genetik.
2.      Teori Belajar.
3.      Teori Kognitif.
4.      Teori Psikoanalisa.
5.      Teori Peran.
1)      Teori Genetik
Menurut Konrad Lorenz Teori Genetik adalah tingkah laku agresi adalah perwujudan dari insting agresi yang dibawa sejak lahir dan berasal dari kebutuhan untuk melindungi diri. Menurut Douglas banyak sifat tingkah laku spesifik dapat dijelaskan dalam istilah insting. Misalnya: apabila seorang ibu melindungi anaknya maka disebut "insting orangtua", untuk orang-orang yang berinteraksi degan orang lain disebut sebagai "insting berkumpul".
Jadi, Pendekatan Teori Genetik lebih menekankan kepada individu dengan konsep perwujudan genetik dan instink. Dan teori yang dihasilkan adalah sosiobiologi dan mempunyai pengaruh sedikit terhadap individu nya.
2)      Teori Belajar
Teori belajar menekankan pada peranan situasi dan lingkungan sebagai sumber penyebab tingkah laku. Teori ini menganalisa tingkah laku sosial dalam istilah "asosiasi yang dipelajari" antara stimulus dan respon. Tingkah laku terjadi akibat proses belajar yang juga disertai dgn adanya reinforcement. Sehingga manusia cenderung berinteraksi dengan orang-orang yang memberikan ganjaran dan akan menghindari orang-orang yg menimbulkan kerugian.
Menurut Bandura, seorang anak belajar tingkah laku baru dengan melihat orang lain (model) yang melakukannya dan mengamati konsekuensi dari sejumlah tingkah laku. Jika modelnya mendapat reward maka tingkah laku model tersebut akan dilakukannya dimasa yang akan datang, namun jika model tersebut mendapat hukuman, maka anak akan menjauhi tingkah laku tersebut, proses belajar ini disebut "imitasi".
Jadi, Pendekatan Teori Belajar lebih menekankan kepada lingkungan dengan konsep perwujudan tingkah laku sosial yang dipelajari, imitasi, stimulus respon, dan reinforcement. Dan teori yang dihasilkan adalah imitasi/modelling dan mempunyai pengaruh kuat terhadap lingkungan nya.
3 ciri khusus Teori Belajar :
1.      Sebab-sebab prilaku terletak pada pengalaman belajar individu di masa lampau.
2.      Cenderung menenempatkan penyebab prilaku pada lingkungan eksternal.
3.      Pendekatan belajar diarahkan untuk menjelaskan prilaku yang nyata dan bukan keadaan subyektif atau psikologis (faktor internal seperti emosi/perasaan. Motif, persepsi dll).
3)      Teori Kognitif
Berlawanan degan teori belajar, teori ini menempatkan secara khusus proses-proses berpikir & bagaimana individu memahami dan mempresentasikan dunia. Teori kognitif lebih memusatkan perhatian pada interpretasi dan perseptual mengenai keadaan sekarang, bukan masa lalu, dan mencari sebab-sebab prilaku pada persepsi atau interpretasi individu terhadap situasi.
Teori kognitif menekankan bahwa pendekatan yg sesuai terhadap gejala psikologi adalah dgn mempelajari proses kognitif dan bgaimana orang-orang membentuk kesan atas orang lain.
Menurut Fiske dan Tylor, Teori Kognitif menghasilkan teori atribusi, sebuah studi sistematis atas bagaimana pengamat menentukan penyebab tingkah laku org lain dan kognisi sosial, yg berbicara ttg bgaimana cara org berpikir dlm memahami & mengerti dunia sosial mereka.
Jadi, Pendekatan Teori Kognitif lebih menekankan kepada individu dan lingkungan dengan konsep perwujudan teori medan dan pembentukan kesan. Dan teori yang dihasilkan adalah teori atribusi dan kognisi (pemahaman sosial) dan mempunyai pengaruh kuat terhadap individu dan lingkungan nya.
4)      Teori Psikoanalisa.
Teori ini menekankan bahwa orang bergerak melewati suatu tahapan (stage) yang pasti selama tahun-tahun awal perkembangan yg berhubungan dengan sumber-sumber kesenangan seksual (sexual pleasure) yaitu tahap oral, anal, phalik dan genital. Contohnya, tingkah laku agresi dipandang sbgai manifestasi pembawaan sejak lahir. Contoh lain, prasangka pada orang lain, dipandang sebagai konflik individu pada masa kecil dengan orangtua nya yang otoriter yang kemudian direfleksikan dalam ketidak sukaannya pada orang-orang dewasa yang tidak mirip dengan dirinya.
Namun banyak ahli psiko sosial yg tidak cocok menggunakan teori ini, karena teori psikoanalisa memprediksi tingkah laku berdasarkan proses-proses ketidaksadaran yg sulit diobservasi, sehingga sulit diuji secara ilmiah untuk membuktikan keabsahannya. Teori psikoanalisa hanya dpt menggambarkan fakta tetapi tidak dapat dipakai sebagai prediktor tingkah laku.
Jadi, Pendekatan Teori Psikoanalisa lebih menekankan kepada individu  dengan konsep perwujudan ketidaksadaran dan pengaruh masa lalu terhadap perkembangan. Dan teori yang dihasilkan adalah agresi dan prasangka dan mempunyai pengaruh kecil terhadap individunya.
5)      Teori Peran
Menurut Sarbin dan Allen perspektif dasar teori ini adalah bahwa tingkah laku dibentuk oleh peranan-peranan yang diberikan oleh masyarakat bagi individu utk melaksanakannya. Teori ini mengakui pengaruh faktor-faktor sosial pada tingkah laku individu dalam situasi yg berbeda. Peranan pada umumnya didefinisikan sebgai sekumpulan tingkah laku yg dihubungkan dengan suatu posisi tertentu.
Menurut teori ini, peranan yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi apa yg membuat tingkah laku itu sesuai dalam suatu situasi dan tdk sesuai dlm situasi lain relatif independent padaa seseorang yang menjalankan peranan tersebut, karena itu masing-masing peran diasosiasikan dengan sejumlah harapan mengenai tingkah laku apa yangg sesuai dan dapat diterima dalam peranan tersebut (role expectation).
            Keterbatasan Teori Peran :
1.      Tidak dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku menyimpang (deviant disorders) yaitu perilaku yg menyimpang atau berlawanan dengan norma-norma yang menentukan suatu peran tertentu. Prilaku menyimpang dapat dijelaskan brdasar kenyatan bahwa terkadang orang mengabaikan norma dalam masyarakat, atau bisa jg merupakan hasil dari seseorg yang menghadapi konflik/ harapan tidak cocok dengan orang lain.
2.      Asumsi dasar teori peran adalah bahwa orang pada dasarnya adalah konformis, artinya individu selalu melaksanakan peran mereka & menampilkan prilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
3.      Teori peran juga tidak menjelaskan bagaimana proses terbentuknya role expectations sehingga begitu besar pengaruhnya dan tidak menjelaskan kapan dan bagaimana role expectations ini berubah.
Jadi, Pendekatan Teori Peran lebih menekankan kepada lingkungan dengan konsep perwujudan peranan, harapan, dan tuntutan peran. Dan teori yang dihasilkan adalah self presentation dan self management, dan mempunyai pengaruh sedang terhadap lingkungannya.
Daftar Pustaka
Walgito, Bimo. (2010). Pengantar psikologi sosial.
Sarwono, Sarlito W. (2004), Teori-teori psikologi sosial (10th), Jakarta: Rajawali Pers 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini