Minggu, 10 Maret 2013

Teori-Teori Dasar dalam Psikologi Sosial

Teori-Teori Dasar dalam Psikologi Sosial
  1. Teori Genetik
Teori ini menekankan pada kualitas pembawaan sejak lahir atas tingkah laku sosial. Dasar asumsi ini merupakan komponen dari tingkah laku sosial yang dihubungkan atau mempunyai akar pada penyebab genetik yang tidak dipelajari. Menurut Konrad Lorenz (1966) tingkah laku agresi adalah perwujudan dari insting agresi yang dibawa sejak lahir dan berasal dari kebutuhan untuk melindungi diri. Sedangkan menurut Douglas (1966) banyak sifat tingkah laku spesifik dpt dijelaskan dalam istilah insting. Misalnya : Ibu melindungi anaknya maka dia menjelaskan tingkah laku tersebut sebagai parental insting.



2.    2.      Teori Belajar

Teori belajar lebih menekankan kepada peranan situasi dan lingkungan sebagai sumber penyebab tingkah laku. Teori ini menganalisa tingkah laku sosial dalam istilah asosiasi yang mempelajari stimulus dan respon. Tingkah laku terjadi akibat proses belajar yang juga disertai dengan adanya reinforcement. Sehingga manusia cenderung berinteraksi dengan orang-orang yang memberikan ganjaran dan akan menghindari orang-orang yang menimbulkan kerugian. Menurut Bandura (1977), seorang anak belajar tingkah laku baru dengan melihat orang lain (model) yang melakukannya dan mengamati konsekuensi dari sejumlah tingkah laku. Jika modelnya mendapat reward maka tingkah laku model tersebut akan dilakukannya dimasa yang akan datang, namun jika model tersebut mendapat hukuman, maka anak akan menjauhi tingkah laku tersebut, proses belajar ini disebut "imitasi".
Ada pun ciri-ciri khusus dalam teori belajar yakni : 1) sebab-sebab perilaku diduga terutama terletak pada pengalaman belajar individu di massa lampau, 2) cenderung menempatkan penyebab peilaku terutama pada lingkungan eksternal dan tidak pada pengertian individu subjektif terhadap apa yang terjadi, 3) biasanya pendekatan belajar diarahkan untuk menjelaskan perilaku yang nyata dan bukan keadaan subjektif atau psikologis ( faktor-faktor internal seperti emosi atau perasaan, motif, dan persepsi.

  1. Teori Kognitif
Teori ini menempatkan secara khusus proses-proses berpikir & bagaimana individu memahami dan mempresentasikan dunia.Teori kognitif lebih memusatkan perhatian pada interpretasi dan perseptual mengenai keadaan sekarang, bukan masa lalu. Mencari sebab-sebab prilaku pada persepsi atau interpretasi individu terhadap situasi. Teori kognitif menekankan bahwa pendekatan yang sesuai terhadap gejala psikologi adalah dengan mempelajari proses kognitif dan bgaimana orang-orang membentuk kesan atas orang lain. Teori kognitif ini juga memerlukan teori atribusi, yakni: sebuah studi sistematis atas bagaimana para pengamat menentukan penyebab tingkahlaku orang lain dan kognisi sosial yang berbicara tentang bagaimana cara orang berfikir dalam memahami dan mengerti dunia sosial mereka (Fiske & Tylor, 1982).

  1. Teori Psikoanalisa
Tingkah laku orang dewasa merupakan refleksi pengalaman masa kecilnya. Teori ini menekankan bahwa orang bergerak melewati suatu tahapan (stage) yang pasti selama tahun-tahun awal perkembangan yang berhubungan dengan sumber-sumber kesenangan seksual (sexual pleasure) yaitu tahap oral, anal, phalik dan genital. Contohnya, tingkah laku agresi dipandang sebagai manifestasi pembawaan sejak lahir. Contoh lain, prasangka pada org lain, dipandang sebagai konflik individu pada masa kecil dengan orang tuanya yang otoriter yang kemudian direfleksikan dalam ketidak sukaannya pada orang-orang dewasa yang tidak mirip dengan dirinya. Namun banyak ahli psikologi sosial yang tidak cocok menggunakan teori ini, karena teori psikoanalisa memprediksi tingkah laku berdasarkan proses-proses ketidaksadaran yang sulit diobservasi, shingga sulit diuji secara ilmiah untuk membuktikan keabsahannya. Teori psikoanalisa hanya dapat menggambarkan fakta tetapi tidak dapat dipakai sebagai prediktor tingkah laku.

  1.  Teori Peran
Perspektif dasar teori ini adalah bahwa tingkah laku dibentuk oleh peranan-peranan yang diberikan oleh masyarakat bagi individu-individu untuk melaksanakannya. Teori ini mengakui pengaruh faktor-faktor sosial pada tingkah laku individu dalam situasi yang berbeda. Peranan pada umumnya didefinisikan sebagai sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu (Sarbin & Allen, 1968).
Peran seseorang tidak hanya menentukan perilaku, tetapi juga sebagai  beliefs (keyakinan) dan sikap individu. Individu memilih sikap yang selaras dengan harapan-harapan yang menentukan peran mereka. Sehingga perubahan peran akan membawa pada perubahan sikap. Peran juga dapat mempengaruhi values yang dipegang orang dan mempengaruhi arah dari pertumbuhan & perkembangan kepribadian mereka. "Impression management" Suatu bidang yang mempelajari cara bagaimana orang-orang mencoba membentuk kesan spesifik dan positif tentang dirinya (Schlenker, 1970).
Asumsi dasar teori peran adalah bahwa orang pada dasarnya adalah konformis, artinya individu selalu melaksanakan peran mereka dan menampilkan prilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini