Minggu, 14 April 2013

Teori Strukturalis_Farwah Assegaf_Tugas 2

Teori Strukturalis (Pendekatan Institusional)_Tugas 2

Nama   : farwah Assegaf (109051000146)

Kelas   : KPI 6 F

A. Pendahuluan

Strukturalis berasal dari bahasa Inggris, structuralis latin struere (membangun), structura berarti bentuk bangunan. Strukturalis adalah faham atau pandangan yang mengatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Strukturalis juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis.[1] Teori ini memandang bahwa bahasa merupakan suatu kebiasaan-tanpa dilatih atau dibiasakan seseorang mustahil bisa berbahasa. Jadi, teori strukturalis ini memandang bahwasannya kehidupan sosial kita (manusia) dibentuk oleh struktur bahasa.

Teori ini pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli bahasa Swiss, Ferdinand de Saussure yang mengembangkan ilmu bahasa struktural. Saussure memandang bahasa sebagai gudang (lumbung) dari tanda tanda diskusif yand dibagikan oleh sebuah komunitas.[2] Bahasa bagi Saussure adalah modal interpretasi utama dunia, dan menuntut suatu ilmu yang disebut semiologi.

Institusional berasal dari kata dasar institusi yang berarti lembaga atau badan yang dilembagakan oleh undang-undang, adat, atau kebiasaan (organisasi sosial, dsb).[3] Dalam pendekatan ini negara menjadi fokus pokok pembahasannya, terutama dari segi konstitusional dan yuridis. Jadi, institusi merupakan suatu struktur yang merupakan suatu bentuk atau bangunan yang tersusun.

B. Metode Studi

Dalam penulisan paper ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam pekerjaanya, penulis mendapatkan sumber informasi dari buku-buku yang membahas mengenai Teori-teori sosiologi. Buku-buku tersebut adalah Teori Sosiologi Modern (George Ritzer & Douglas J. Goodman, 2007), Kamus Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008), dan Teori Sosiologi Modern (Bernard Raho, SVD, 2007).

C. Analisis

Perkembangan kebudayaan di suatu lingkungan dapat dilihat dari bahasa yang digunakan untuk bercakap-cakap setiap harinya. Contohnya dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita ingin mempersilahkan orang untuk  duduk atau makan dan sebagainya, maka kita akan mengucapkan kata "silahkan pak/bu" kepada orang tersebut. Mempersilahkan berarti menyuruh/memperbolehkan orang tersebut untuk duduk atau makan dan sebagainya. Namun seiring perkembangan zaman, kata "silahkan" dapat diucapkan dengan kosakata lain, seperti monggo (bahasa Jawa), mangga (bahasa Sunda), tetapi dengan makna yang sama, yaitu "silahkan".

Teori strukturalis tidak hanya mengenai bahasa, tetapi juga meliputi keseluruhan sistem tanda yang disebut semiotik. Selain mempelajari tanda dan simbol, semiotik juga mempelajari mengenai ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh, naskah sastra dan bentuk komunikasi lainnya. Ilmu semiotik ini dikembangkan oleh Roland Bartes. Bartes berpendapat bahwa di dalam studi seperti itu (semiotik) kita tidak hanya mempelajari bahasa, tetapi juga perilaku yang mewakili atau menandai sesuatu (simbol-simbol).[4]

Dalam pendekatan institusional, sebuah lembaga harus memiliki ciri khasnya sendiri. Setiap orang yang ada dalam lembaga tersebut harus bisa saling memahami satu sama lain. Pemahaman itu bisa dengan mempelajari atau memperhatikan ekspresi wajah saat berbicara, gerakan tubuh saat berinteraksi dengan orang lain, dan lain sebagainya.

Jadi dalam teori strukturalisme dan pendekatan institusional, dapat dilihat dari bagaimana pemerintah menyelesaikan suatu kasus yang ada dalam masyarakat. Ketika ada suatu kasus, maka pemerintah akan membicarakannya. Dan dalam pembicaraan tersebut, pemerintah harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan tatanan Negara, lalu terdapat beberapa hal yang dibahas, yaitu: apa masalahnya, mengapa masalah itu dapat terjadi, dan bagaimana kronologis kejadian tersebut. Untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, pemerintah harus berpikir secara terstruktur mengikuti tahap-tahap yang harus dijalani secara berurutan.

            Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti 'tanda' atau 'sign' dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.[5]

Daftar Pustaka:

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Edisi ke-6. Cetakan ke-4. Jakarta: Kencana

Tim Buku Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

SVD, Bernard Raho. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Penerbit Prestasi Pustakaraya

Strukturalisme, Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, id.Wikipedia.Org/wiki/strukturalisme

Semiotika, Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, id.wikipedia.org/wiki/semiotik

 



[1] Strukturalisme, Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, id.Wikipedia.Org/wiki/strukturalisme

[2] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta, Kencana, 2007), h. 604

[3] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta, Pusat Bahasa, 2008), h. 558

[4]  Bernard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, (Jakata, Penerbit Prestasi Pustakaraya, 2007), h. 191

[5] Semiotika, Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, id.wikipedia.org/wiki/semiotik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini