Minggu, 14 April 2013

Tugas_Pejuang_Ekologi_Lilis Yunengsih_Tugas3


Perempuan Pejuang Ekologi
( Kreasi Dari Eceng Gondok )
Oleh: Lilis Yunengsih
Perempuan ini bernama lengkap Julita Joylita Wahyu, ia lahir di Malang, 43 tahun yang lalu. Julita Joylita Wahyu merupakan wanita pertama Surabaya yang mendapatkan penghargaan Kalpataru, empat tahun lalu. ia piawai menyulap eceng gondok menjadi produk kerajinan. Gara-gara kiprahnya tersebut, ia berhasil memberdayakan ratusan keluarga dan juga berhasil menyelamatkan ekologi lingkungannya.
Cerita ini bermula ketika ia baru pindah ke Surabaya. Seperti kebanyakan ibu rumah tangga ynag lain, usai memasak dan menyiapkan semua keperluan untuk keluarga, para ibu biasanya memiliki waktu senggang yang panjang. Biasanya jam 09.00 semua pekerjaan rumah sudah selesai.

Setelah selesai dengan aktifitas rumah, Julita pun jalan-jalan di sekitar rumah, di wilayah Kebraon Utara, yang merupakan lingkungan baru baginya. Ia melintas di sebuah waduk tanpa nama dan melihat tumbuhan yang menurutnya unik bentuknya. Saat ia di Malang sungai yang berada di Mlang bersih tidak ada tumbuhan eceng gondoknya.
Meski merasa tertarik dengan tumbuhan baru itu, julita ragu untuk mengambilnya. Pasalnya, ia takut dianggap mencuri. Apalagi tumbuhan eceng gondok tersebut berjejer rapi di atas waduk, ia beranggapan bahwa eceng gondok memang sengaja ditanam. Namun rasa penasarannya mengalahkan keraguannya. Ia meminta izin kepada salah seorang petani yang kebetulan ada di dekat waduk belakang rumahnya itu.
Petani itu mempersilakan Julita untuk mengambil tumbuhan tersebut. Ia pun kemudian membawa pulang eceng gondok tersebut ke rumah. Saat itu eceng gondok ia simpan begitu saja hingga mengering sekitar seminggu lamanya. Setelah mengering ia pun kemudian mencoba mengereasikan eceng gondok tersebut menjadi sebuah sarung bantal.
Contoh sarung bantal itu, kemudian ia tunjukan ke temannya. Ternyata temannya suka. Dan, malah berniat untuk memperlihatkan kreasinya kepada temannya di Jepang. Tak disangka, orang Jepang tersebut langsung memesan 10.000 unit kreasi eceng gondok kepada Julita. Kaget dengan respon pasar ia terima, Julita pun kemudian bergerak cepat dengan mencari orang yang mau membantunya memenuhi order tersebut.
Ia kemudian mencari ibu-ibu yang mau diajari untuk membuat kerajianan dari eceng gondok. Dari sanalah kemudian kreasi eceng gondok mulai berkembang di Surabaya. Tak hanya sarung bantal, kini produknya pun semakin beragam. Mulai tas perempuan, walpaper, tikar eceng gondok, bahkan sampai kursi eceng gondok.
Meningkat pesanan yang semakin meningkat, akhirnya Julita terpikir untuk menjadikan kreasi iseng-iseng menjadi bisnis waralaba. Waralaba ini diperuntukkan kepada para ibu yang mau belajar kreasi eceng gondok kepada dirinya. Mudanya bagini, Julita melakukan kemitraan dengan ibu yang ingin bisnis eceng gondok. Setelah itu, Julita akan mengajarkan cara membuat kreasi eceng gondok.
Setelah itu, bila ada pesanan, Julita akan mengorder ke ibu-ibu hasil didikannya tersebut. Dengan model kerjasama semacam ini, Julita sudah memiliki sekitar 300an orang mitra binaan yang tersebar di berbagai kota, yakni Surabaya, Mojokerto, dan Tuban.
Para mitra binaan pun tak terikat harus bekerja untuk Julita. Mereka bisa memproduksikan kerajinan eceng gondok sendiri, dengan merek sendiri, dan dijual sendiri. Banyak orang yang menganggap Julita bodoh karena mengajari ke orang lain cara membuat kerajinan ini. Namun ia berkeyakinan juka rejeki orang diatur oleh Tuhan.
Dalam perkembangannya pun, para mitra binaan Julita ini juga sudah ada yang sukses. Bahkan mereka juga menjadi instruktur untuk ibu-ibu yang lain. Julita tak merasa tersaingi. Dia justru malah bangga karena ada anak didiknya yang sukses. Buktinya, produk Julita sudah go internasional. Selain Jepang yang menjadi pasar tetap Julita, produk kerajinan Juliata ini bahkan di ekspor ke Amerika untuk kemasan kopi dan betbagai negara lainnya seperti Brunei dan Perancis.
Selain melalang buana ke berbagai negara, berkat eceng gondok pula Julita berhasil meraih berbagai penghargaan. Tahun 2010 ia menerima penghargaan "Clean up the World" dari United Nation Enviroment Program (UNEP) badan PBB ynag bergerak di bidang lingkungan. Kemudian pada tahun 2004, Julita juga menerima penghargaan Kalpataru dari Presiden Megawati. Ada pula penghargaan dari World Bank pada 2005 karena membantu menanggulangi kemiskinan dengan mengajak perempuan membuat kerajinan, untuk menambah penghasilan keluarga.
Ia sadar bahwa perempuan penting untuk bisa mandiri dalam sisi finansial. Karena berdasarkan pengalaman, banyak kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh perempuan disebabkan karena persoalan ekonomi. Kebanyakan suami gerah karena terlalu sering dimintai uang oleh istri. Mereka biasanya kemudia karena emosi suka main tangan. Ada cerita tentang istri seorang tukang becak. Dia dulu paling sering dipukul suaminya. Namun sekarang, karena istri sudah mempunyai penghasilan sendiri dari eceng gondok, suami tidak suka memukul lagi.
Cerita diatas hanya segelintir keberhasilan Julita dari mengelola eceng gondok serta pemanfaatan sunberdaya alam yang berdampak pada ramah lingkungan dan bernilai ekonomis. Banyak sudah yang dilakukan Julita mulai dari penyelamatan lingkungannya, membuka lapangan pekerjaan untuk tetangganya yang tidak berkerja, pemberdayaan SDM, serta penyelamatan KDRT dari cerita yang diatas, secara tidak langsung.
Terima Kaish

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini