Minggu, 14 April 2013

Rohmin Dahuri_Kisah Sukses Pejuang Ekologi ANFAL

Nama : Anfal
Nim     : 1110054000031
Kisah Sukses Pejuang Ekologi
1. Pengertian Ekologi ?
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).[1] Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an.[2] Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.[2] Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.

2. Orang Yang Sukses Dalam Pejuang Ekologi ?
Prof. Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, MS. (Lahir Di Kota Bogor, Jawa Barat, 16 Februari 1963; Umur 50 Tahun Adalah Menteri Kelautan Dan Perikanan Padakabinet Gotong Royong. Ia Meraih Gelar Sarjana Pada Tahun 1982 Dari Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor Dan Gelar Doktor Dari School For Resources And Environmental Studies Dalhousie University, Halifax, Nova Scotia, Kanada Pada Tahun 1991.
Pada 30 November 2006, Ia Ditahan Kepolisian Indonesia Karena Tersangkut Kasus Pungutan Tidak Sah Selama Menjabat Sebagai Menteri. Kemudian Pada Mei 2007, Namanya Tersangkut Pengakuan Amien Rais Yang Menyatakan Bahwa Dahuri Memberinya Serta Calon Presiden Lainnya Dana Departemen Kelautan Dan Perikanan Pada Masa Kampanye Pemilu 2004.
Bogor 18/01/03: Prof Dr Ir 
Rokhmin Dahuri MS dikukuhkan sebagai guru besar tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Sabtu 18/1/03. Acara Pengukuhan yang dipimpin Rektor IPB Ahmad Anshori Mattjik bisa berjalan lancar kendati diwarnai unjuk rasa ribuan mahasiswa yang menolak kehadiran Presiden 
Megawati Soekarnoputri, anggota DPR, dan para pejabat pemerintah lain yang diundang menghadiri acara itu.

Presiden Megawati yang dijadwalkan akan memberikan sambutan dalam acara itu, tidak hadir. Namun sejumlah undangan menghadiri acara pengukuhan itu antara lain, 
Menteri Pendidikan Nasional Abdul Malik Fadjar, 
Menteri Kehutanan M Prakosa, Deputi Gubernur Bank Indonesia 
Anwar Nasution, Gubernur Gorontalo Fadel Mohammad, Wakil Ketua DPR Tosari Widjaya, Ketua Komisi III DPR Awal Kusuma, dan anggota DPR Slamet Effendi Yusuf.

BEM IPB yang ikut demo secara prinsip sangat mendukung acara pengukuhan 
Rokhmin Dahuri sebagai salah seorang guru besar tetap IPB. Namun, mereka tidak mau melihat acara dihadiri para pejabat yang diduga kuat telah menyebabkan keterpurukan bangsa ini melalui kebijakan menaikkan BBM dan TDL.


3. Kenapa Dia Lakukan Itu ?
Prof Dr Ir 
Rokhmin Dahuri, MS ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama dan semesta alam. Itu filosofi hidupnya yang pertama. Bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta untuk seluruh dunia. Sekurangnya ia merasa boleh bercita-cita demikian. Walau sesungguhnya, hal itu bukan lagi sekedar falsafah atau cita-cita. Sebab dalam usia masih relatif muda, 42 tahun, ia sudah mengabdi dalam jabatan 
Menteri Kelautan dan Perikanan. Tak mustahil, suatu ketika ia bisa menjabat di sebuah lembaga dunia, seperti di PBB. Sehingga ia makin bermanfaat bagi dunia sekaligus mengharumkan nama baik bangsanya.

Kedua, menjadi orang yang berkerja keras dan profesional. Berpijak dari pandangan hidup ini, ia mengaku menjadi sedih jika di tengah bangsa ini banyak sekali aktor yang ingin hidup enak tanpa kerja keras. Banyak makelar, broker dan pemburu keuntungan tanpa bekerja keras. Hanya mau menjadi calo. Kondisi seperti ini akan membuat suatu bangsa hancur. "Seharusnya kita menjadi orang yang bekerja keras, profesional dan bertekad menjadi yang terbaik di bidangnya," ujarnya ketika berbincang dengan 
wartawan Tokoh Indonesia di ruang kerjanya.

Ketiga, hidup dekat dengan Tuhan. Karena ridho Tuhan, ia yang tidak memiliki latar belakang politik, non partai, dapat menjadi seorang 
Menteri. Ia memang dari kecil sudah belajar untuk menjadi orang yang dekat Tuhan. Ia yang hanya anak seorang nelayan tradisional telah memperoleh ridho Allah mengecap pendidikan hingga meraih gelar doktor bidang Ilmu Ekologi dan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan dari School for Resources and Environmental Studies Dalhousie University, Halifax, Nova Scotia Canada, serta menjadi 
Menteri.

Dengan ketiga filosofi hidup itu, sesungguhnya ia juga telah melakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, yang belakangan banyak dipublikasikan. Ia tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, yang sebenarnya hanya terbatas 20% dalam hidup ini. Tetapi juga kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk mengelola emosi dan motivasi. Seperti keadaan ketika malas atau ingin marah dan frustasi yang sebenarnya berlangsung sebentar.

Karena,  banyak negara lain yang maju, oleh karena itu pembangunan kelautan dan perikanan dikelola dengan baik dan mendapat dukungan pemerintahnya. Islandi, Norwegia dan Thailand adalah beberapa dari contoh sukses pembangunan perikanan dan kelautannya. Padahal Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang lebih besar dan kaya ketimbang negara-negara tersebut.

Dengan gambaran potensi sumber daya kelautan dan perikanan tersebut, maka salah satu entry-point untuk memulai dan melangsungkan pembangunannya adalah pengembangan investasi di sektor ini, yang diyakini dapat menjadi industri kelautan yang kuat dan terintegrasi secara vertikal maupun horizontal. Paling tidak terdapat 5 (lima) kelompok industri kelautan yakni (1) industri mineral dan energi laut, (2) industri maritim termasuk industri galangan kapal, (3) industri pelayaran, (4) industri pariwisata, dan (5) industri perikanan.

Berdasarkan pendekatan pembangunan industri yang terpadu, 5 (lima) kelompok industri kelautan tersebut memiliki saling keterkaitan satu dengan lainnya, yakni (1) sebagian dari konsumen industri mineral/energi dan industri maritim adalah industri perikanan, pelayaran dan pariwisata, (2) sebagian dari konsumen industri pelayaran adalah industri perikanan dan pariwisata, dan (3) sebagian dari konsumen industri perikanan adalah industri pariwisata.

Dalam kerangka ini maka industri perikanan dapat diproyeksikan sebagai salah satu lokomotif pembangunan keempat industri kelautan lainnya. Artinya apabila industri perikanan berkembang akan dapat menarik pertumbuhan keempat industri lainnya. Oleh karenanya, untuk membangun industri kelautan yang tangguh diperlukan industri perikanan yang kuat.

Dengan pemikiran tersebut, sudah sewajarnya apabila pembangunan perikanan menjadi prime mover dalam sektor ini. Lebih-lebih dalam situasi krisis ekonomi, usaha perikanan mampu bertahan, bahkan dapat menyumbangkan penerimaan devisa negara, utamanya usaha perikanan yang menghasilkan komoditas ekspor.

Selain itu, dalam Renstra 2001-2004 DKP juga dirumuskan visi Pembangunan Kelautan dan Perikanan, yakni: "Ekosistem laut dan perairan tawar beserta segenap sumber daya alam yang terkandung di dalamnya merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus disyukuri, dipelihara kelestariannya, dan didayagunakan secara optimal dan berkelanjutan bagi kesatuan, kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia."

Guna mewujudkan visi tersebut, dirumuskan pula misi Pembangunan Kelautan dan Perikanan, yakni: (1) Peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan, pembudidayaan ikan dan masyarakat pesisir lainnya; (2) Peningkatan peran sektor perikanan dan kelautan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi; (3) Peningkatan kecerdasan dan kesehatan bangsa melalui peningkatan konsumsi ikan; (4) Pemeliharaan dan peningkatan daya dukung serta kualitas lingkungan perairan tawar, pesisir, pulau-pulau kecil dan lautan, dan (5) Peningkatan peran laut sebagai pemersatu bangsa dan peningkatan budaya bahari bangsa Indonesia.

Sementara untuk mewujudkan misi itu, ditetapkan delapan program yang satu sama lain saling terkait, yakni: (1 ) Peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan masyarakat pesisir lainnya; (2) Peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan sesuai kemampuan lestari sumber daya ikan (SDI) dan daya dukung lingkungan; (3) Peningkatan daya dukung dan kualitas lingkungan kawasan laut, pesisir, pulau-pulau kecil, dan perairan tawar; (4) Pengembangan teknologi dan sistem informasi sumberdaya kelautan dan perikanan; (5) Pengembangan sumberdaya manusia aparatur, dan penguatan kelembagaan; (6) Penyerasian pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan sehubungan dengan otonomi daerah; (7) Pengembangan kerjasama intemasional; (8) Peningkatan peran laut sebagai pemersatu bangsa (perekat antarnusa) dan budaya bahari.

Dalam rangka menyukseskan program itu, Rokhmin melakukan kunjungan ke daerah setiap Jumat, Sabtu dan Minggu. Dalam setiap kunjungan itu, ia berupaya merangkul pimpinan-pimpinan daerah yang memiliki kaitan dengan masalah ini serta menjalin kebersamaan antara para nelayan. Dengan kunjungan langsung seperti itu, ia pun dapat dengan tepat mengetahui setiap permasalahan sekaligus mengatasinya sebaik dan secepat mungkin. Boleh dibilang, Rohkmin adalah salah seorang 
Menteri yang tidak mengenal lelah dan paling sering berkunjung ke daerah untuk melakukan yang terbaik dan meraih hasil terbaik. 
Di samping ituPermasalahan utama yang dihadapi dalam memimpin departemen yang belum berusia lima tahun ini adalah terletak pada tingkat SDM yang lemah dan infrastruktur yang kurang. Hal ini karena selama ini bidang kelautan dan perikanan hanya dilihat sebelah mata. Kendala yang mendasar lainnya adalah pandangan masyarakat terhadap hasil-hasil makanan laut. Seperti di masyarakat kita ada pameo yang mengatakan "jangan makan ikan nanti bisa cacingan." Padahal itu salah dan perlu diubah.

Kendala yang tak kalah rumitnya adalah masalah penegakan hukum, seperti kasus pencurian ikan. Untuk mengatasi hal ini ia harus bijaksana merangkul dan berkordinasi dengan instansi lain. Ia juga menyerahkan masalah ini kepada komponen hukum. 
Yang berikutnya adalah kendala pendanaan, keadaan perbankan mempengaruhi untuk peningkatan investasi.

Permasalahan dan kendala dalam implementasi pembangunan kelautan dan perikanan itu lebih lengkap dan jelas telah diuraikan dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Kelautan dan Perikanan 2001-2004 DKP. Permasalahan dan kendala itu diklasifikasikan ke dalam dua tingkatan, yaitu: (1) Masalah mikro-teknis, yakni masalah yang muncul dan disebabkan oleh kondisi internal pembangunan perikanan dan kelautan, dan (2) Makro-struktural (kebijakan ekonomi makro yang kurang kondusif) yakni masalah yang muncul dan disebabkan oleh kondisi eksternal baik ekonomi makro, politik, hukum dan kelembagaan.

Untuk menanggulangi kasus-kasus kelautan ini, ia melakukan langkah-langkah menyangkut soal perizinan (memperketat perizinan), keamanan laut mencakup kesejahteraan nelayan dan pengadilan (penegakan hukum).

4. Apa Dampak Dari Ekologi Tersebut ?
Dampak perubahan iklim terhadap perikanan merupakan salah satu dari sekian banyak dampak yang berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan manusia. Perubahan iklim dengan kenaikan suhu yang berlangsung terus menerus akan mengakibatkan naiknya paras laut yang secara langsung akan mengurangi luas kawasan pesisir.
Dan Perkembangan dalam empat tahun terakhir tersebut belum kondisi optimal yang bisa dicapai sektor ini. Masih sangat besar potensi dan sumbangan yang dapat diberikan kelautan dan perikanan. Perikanan tangkap di laut, misalnya, potensi lestari 6,4 juta ton per tahun, tahun 2003 total tangkapan baru 4,4 juta ton per tahun, berarti masih ada 1,02 juta ton-2,3 juta ton per tahun yang masih belum dimanfaatkan. Sementara di air tawar, tingkat pemanfaatannya baru 400.000 ton per tahun (44 persen) dari potensi produksi lestari 900.000 ton per tahun.
Begitu pula di perikanan budidaya, masih terbuka luas peluang "menggali" manfaat. Di perairan payau, misalnya, realisasi produksi hingga tahun 2003 baru 344.759 hektar, sementara luas potensialnya 913.000 hektar, masih ada peluang pengembangan 568.241 hektar.
Guru Besar Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri menyatakan, jika 500.000 hektare digarap untuk usaha tambak udang, dengan produktivitas rata-rata 2 ton/tahun/hektar, produksi nasional akan mencapai 1 juta ton per tahun. "Kalau nilai ekspor udang delapan dollar AS per kilogram, per tahun kita bisa mendapat devisa 8 miliar dollar AS dari udang saja," tuturnya.
Belum lagi budidaya laut (mariculture). Luas potensial untuk budidaya 24 juta hektar, dengan potensial produksi 46,7 juta ton per tahun, sementara realisasi produksi baru 0,7 juta ton. Artinya, masih ada peluang sekitar 46 juta ton yang belum dilirik. Begitu pula untuk pengembangan komoditas lain. Menurut Rokhmin, ada 10 komoditas unggulan perikanan yang sangat potensial buat Indonesia, yaitu udang, kerapu, kakap, kepiting dan rajungan, rumput laut, kerang mutiara, bandeng, nila, patin, dan jambal daging putih.
Potensi dan peluang masih luas terbentang, namun hanya akan tetap jadi peluang dan potensi bila tidak ada keinginan kuat, kesungguhan, dan kerja keras terus-menerus mewujudkannya menjadi kenyataan serta mengurai satu per satu persoalan yang menghadang.
Keinginan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan dengan melakukan pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan (RPPK), hari ini, Sabtu (11/6), di kompleks Waduk Djuanda di Purwakarta, Jawa Barat, harus dimulai dengan kesungguhan menyelesaikan persoalan yang membelit pengembangan sektor ini.
"Harus ada tujuan jelas dari revitalisasi. Pertama, selesaikan permasalahan yang merupakan carry over dari masa lalu. Dan, kedua, gunakan potensi yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku perikanan agar bisa menyumbang perbaikan kondisi negeri ini," tutur Rokhmin yang mantan Menteri Kelautan dan Perikanan.
Permasalahan di sektor kelautan dan perikanan adalah kemiskinan nelayan sebagai pelaku utamanya-65 persen nelayan hidup miskin-begitu pula pembudidaya perikanan tradisional. Terjadi overfishing (tangkap lebih) di beberapa wilayah, kerusakan lingkungan, illegal fishing (penangkapan ikan secara ilegal) terutama oleh kapal asing yang menyebabkan kerugian negara 4 miliar dollar AS per tahun serta kurangnya penanganan dan pengolahan hasil perikanan.
Optimalisasi
Di bidang perikanan tangkap yang diperlukan adalah optimalisasi dengan menata intensitas penangkapan serta menetapkan secara tepat jumlah kapal yang beroperasi agar terjadi keseimbangan sesuai potensi yang ada.
Di sebagian Selat Malaka, pantai utara Jawa, Selat Bali, dan pantai selatan Sulawesi Selatan terjadi overfishing. Untuk itu, harus dilakukan modernisasi armada nelayan tradisional di daerah yang overfishing, dengan memberi pinjaman modal untuk penyediaan kapal ikan bertonase 30 GT berikut alat tangkap yang tepat guna, pelatihan teknis, dan pendampingan manajemen agar nelayan dapat menangkap ikan di perairan yang potensinya masih besar, seperti di kawasan timur Indonesia, Laut Cina Selatan, Zona Ekonomi Eksklusif Internasional (ZEEI) Samudra Pasifik, dan ZEEI Samudra Hindia.

5. Apa Hasil Dari Kerjanya ?
Prof. Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, MS. menurut semua masyarakat hasil kerjanya sangat baik dan sangat memuaskan, karena bisa membuat industri perikanan dan perlautan menjadi maju seperti sekarang ini, dan ia juga bisa membuat semua masyarakat senang dengan ia .
Prof. Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, MS adalah sosok seorang pejuang kelautan dan perikanan. Sejak kecil, hidupnya sudah menyatu dengan laut, nelayan dan ikan. Gelar doktornya juga tak terlepas dari masalah pengelolaan sumberdaya lautan. Ia juga seorang yang gigih memperjuangkan terbentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), yang kemudian dipimpinnya (2001-2004). Sayang ia tersandung korupsi dana nonbudgeter DKP dan dihukum 8 tahun.
Prof. Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ia dikukuhkan sebagai guru besar tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Sabtu 18/1/03. Ia adalah seorang tokoh muda yang pantas dijadikan idola dan teladan. Kisah dan pandangan hidupnya adalah guru yang baik bagi orang lain.
Perawakan dan penampilannya sederhana. Ia ramah dan terbuka. Sosok yang mencerminkan filosofi hidupnya: Menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama umat manusia dan semesta alam, bekerja keras dan profesional serta hidup dekat dengan Tuhan. Filosofi itu dianutnya sejak kecil sampai sekarang, dan mudah-mudahan sampai hayat di kandung badan.
Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri, MS ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama dan semesta alam. Itu filosofi hidupnya yang pertama. Bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta untuk seluruh dunia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini