GLOBALISASI DAN REALITAS MEDIA
TASHA HELMI MAHINDRIA (NIM 1110051000177)
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM VI/F
A. Pendahuluan
Kata globalisasi berasal dari kata dasar "global" yang berarti berkenaan dengan keseluruhan. Achmad Suparman[1] menyatakan bahwa Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru tau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat.
Corak kebudayaan global telah memerdekakan dan membebaskan manusia. Perubahan kebudayaan lokal dan sosial akibat revolusi informasi ini tidak dapat ditepis. Masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap infoemasi merupakan kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh kebudayaan global. Masyarakat perkotaan terutama dipengaruhi oleh apa yang ditampilkan oleh media massa secara cepat. Media memberikan campur tangan yang cukup besar dalam membangun realitas tersebut.
B. Metode Studi
Dalam penulisan paper ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam pembuatannya, penulis mencari dan mendapatkan sumber informasi dari situs-situs yang membahas tema mengenai media sosial serta melalui data-data pendukung seperti website, jurnal, dan blog di internet.
C. Analisis
Globalisasi tidak dapat dilepaskan dari peran media massa yang ada. Dalam kehidupan sosial, media massa memiliki enam perspektif dalam perannya, yaitu:
1. Media massa sebagai window on event and experience
Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Media juga merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.
2. Media massa sebagai a mirror of event in society and the world, implaying a faithful reflection
Media adalah cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan di dunia yang merefleksikan suatu peristiwa sebagaimana adanya. Oleh karena itu, para pengelola media sering merasa tidak "bersalah" jika medianya banyak berisi adegan kekerasan, konflik, pornografi, dan berbagai adegan buruk lainnya. Media hanya sebagai refleksi fakta yang ada di masyarakat, suka atau tidak suka.
3. Media massa sebagai filter (penyaring)
Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk konten lain yang berdasarkan pada standar para pengelola. Di sini khalayak "dipilhkan" oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapatkan perhatian.
4. Media massa sebagai guide (petunjuk)
Media sering kali dianggap sebagai penunjuk jalan atau interpreter yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam.
5. Media massa sebagai forum
Media dianggap sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehinga memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan balik.
6. Media massa sebagai interlocutor (teman bicara)
Media massa sebagai interlocutor yang tidak hanya sekedar temat berlalu-lalangnya informasi, tetapi juga sebagai partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif.
Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan memengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari tanggapan dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial tersebut. Karenanya media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media massa.
Globalisasi media massa merupakan proses yang terjadi secara natural. Pada titik-titik tertentu terjadi benturan antarbudaya dari luar negeri yang tidak dikenal oleh bangsa Indonesia. Imbasnya adalah munculnya majalah-majalah Amerika dan Eropa versi Indonesia seperti Bazaar, Cosmopolitan, Spice!, FHM (For Him Magazine), Good Housekeeping, Trax, dan sebagainya. Begitu pula membanjirnya program-program acara tayangan dan produk rekaman tanpa dapat dibendung.
Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalami goncangan budaya dari negara-negara Barat berupa produk-produk pornografi seperti tayangan video, majalah-majalah dewasa, buku bacaan, dan yang paling utama adalah peredaran VCD secara bebas. Bahkan beberapa orang asing menganggap Indonesia sebagai "surga pornografi" karena mudahnya akses untuk mendapatkan media-media tersebut.
Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara, termasuk Indonesia. Seperti dua sisi uang koin, segala sesuatu hal pasti memiliki pengaruh positif dan pengaruh negatif. Berikut ini adalah pengaruh positif dari globalisasi, yaitu:[2]
1. Mudah memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi
2. Mudah melakukan komunikasi
3. Ceat dalam bepergian (mbilitas tinggi)
4. Menumbuhkan sikap kosmopoolitan dan toleran
5. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
6. Mudah memenuhi kebutuhan
Selain pengaruh positif, globalisasi juga membawa pengaruh negatif, yaitu:
1. Informasi yang tidak tersaingi
2. Memicu perilaku konsumtif
3. Membuat sikap menutup diri dan berpikir sempit
4. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku buruk
5. Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara
DAFTAR PUSTAKA
Situs/Website :
Anwar, Aswin. (2012). Dampak Globalisasi Terhadap Masyarakat dan Budaya Indonesia, <http://konsepblackbook.blogspot.com/2012/10/dampak-globalisasi-media-terhadap.html>, diakses pada tanggal 16 Mei 2013.
Anonim. (2013). Globalisasi. <http://wikipedia.org/wiki/globalisasi>, diakses pada tanggal 21 Mei 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar