Jumat, 21 Maret 2014

della azizah_tugas3_karl marx

Teori Karl Marx
1. Teori modal produksi :
Meskipun karl marx memberi asumsi mengenai adanya pasar persaingan
sempurna dengan jumlah yang besar untuk perusahan-perusahan kecil
dalam tiap -tiap industry, namun karena ketatnya persaingan maka akan
mengarah pada jatuhnya industri-industri kecil sehingga akan
mengurangi persaingan.Untuk mengurangi adanya persaingan salah satunya
dengan pemusatan modal. Pemusatan modal ini terjadi melalui sebuah
redistribusi pada modal. Karl Marx menujukan bahwa perusahaan yang
besar lebih bisa mencapai skala ekonomi yang lebih baik ketimbang
perusahaan yang kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar
itu dapat memproduksi dengan biaya yang rendah. Persaingan diantara
perusahaan yang besar dan yang kecil menghasilkan pertumbuhan
monopoli. Penambahan modal secara lebih jauh dengan mengembangkan
sistem kredit dan kerja sama dalam bentuk organisasi bisnis.
Menurut Karl Marx ada pengaruh yang kuat para kapitalis untuk
menghimpun modal. Penghimpunan modal ini berarti bahwa akan ada lebih
banyak fariabel modal yang digunakan untuk menambah tenaga kerja,
sehingga akan menaikkan upah dan akan mengurangi tingkat pengangguran.
Tingkat surplus value akan mengalami penurunan sebagai akibat dari
naiknya upah, begitu juga tingkat laba juga akan turun. Para kapitalis
akan bereaksi dengan mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin
dengan menambah organic composition of capital. Jika tingkat surplus
value dipertahankan untuk tidak berubah maka kenaikan pada organic
composition of capital akan mendorong tingkat keuntungan pada level
yang lebih rendah. Teori modal produksi menurut karl marx dalam
produksi barang-barang material ada dua kelompok yang terlibat yaitu :
a. kelompok kapitalis, mereka adalah orang-orang yang mempunyai modal
(capital) dan menguasai sarana-sarana produksi. Kekhasan kelompokini
adalah bahwajumlah mereka sedikitdan mereka menjual hasil-hasil
produksi dengan harga-harga yang jauh lebih besar dari pada biaya
produksi sehingga mereka mendapat keuntungan sebesar-besarnya .
b. Kaum proletariat atau kelompok pekerja yang jumlahnya jauh lebih
banyak dari kelompok pertama tadi. Merekamenyerahkan tenaganya untuk
menjalankan alat-alat produksi dan sebgai imbalan nya mereka
mendapatkan upah dan bukan nya barang yangmereka hasilkan.


2. Teori pertarungan kelas
Salah satu pemikiran Marx yang memiliki pengaruh sangat luas adalah
teori kelas. Dilandasi oleh pemikiran dasarnya "materialisme
dialektika historis". Pernyataannya yang terkenal dalam manifesto
komunis, "The history of all hitherto existing society is the history
of class struggles." Baik itu pada masa purba, masa feodal, atau masa
kapitalis seperti yang sedang menggejala saat itu, Marx selalu melihat
terdapat pertarungan antara kelas yang berkuasa dengan kelas yang
dikuasai. Dalam masyarakat kapitalis, kelas-kelas tersebut adalah
kelas majikan (borjuis) dan kelas buruh (proletar).
Marx menyatakan karena ada kontradiksi dalam mode of production kapitalisme:
1. capitalist mode of production telah menimbulkan perbedaan
pemilikan. Kelas majikan memiliki alat-alat produksi (pabrik, mesin,
tanah, dsb.). sementara kelas buruh tidak memiliki tempat atau alat
produksi apapun. Satu-satunya yang mereka miliki adalah tenaga kerja,
yang itu pun terpaksa mereka jual untuk menyambung hidupnya.
2. capitalist mode of production juga menimbulkan alienasi pada kelas
buruh terhadap hasil kerjanya. Kaum buruh sama sekali tidak bisa
menikmati produk yang dihasilkannya. Mereka hanya berhak menerima upah
sebagai nilai tenaga kerja yang sudah mereka keluarkan. Produk
tersebut sepenuhnya menjadi milik kelas borjuis, kaum pemilik modal
yang menikmati keuntungan dari surplus value dari harga setiap produk
yang dijualnya.
3. akumulasi kapital dan persaingan di antara kelas kapitalis dalam
capitalist mode of production ini menyebabkan meningkatnya eksploitasi
terhadap kelas buruh.Karena persaingan ini, mereka akan berlomba-lomba
untuk menurunkan harga jual produk agar selalu laku dibeli konsumen.
Agar tetap bisa meraup keuntungan, cara yang dilakukan oleh kelas
pemilik modal adalah dengan terus menurunkan satu-satunya nilai
variabel dalam proses produksinya, yaitu upah buruh. Hubungan antara
dua kelas itu pada dasarnya adalah hubungan kekuasaan yang satu
berkuasa atas yang lain. Kekuasaan itu yang pada hakikatnya
berdasarkan kemampuan majikan untuk meniadakan kesempatan buruh untuk
bekerja dan memperoleh nafkah dipakai untuk menindas keinginan kaum
buruh untuk menguasai pekerjaan mereka sendiri, untuk tidak dihisap,
agar kaum buruh bekerja seluruhnya untuk mereka. Karena itu, kelas
pemilik modal pada hakikatnya merupakan kelas penindas.
Kontradiksi-kontradiksi dalam hubungan produksi kapitalis di atas
diramalkan Marx akan berlanjut terus menerus. Pertentangan kepentingan
antar dua kelas ini akan semakin tajam. Apalagi persaingan antar
kapitalis di sisi lain juga mengakibatkan sebagian kaum kapitalis yang
tidak mampu bersaing bangkrut, dan jatuh menjadi kelas buruh yang
hanya mengandalkan tenaga kerja sebagai satu-satunya alat produksi.
Dengan jumlah yang terus membesar, di tengah himpitan yang semakin
kuat, akan menumbuhkan kesadaran kelas di antara kaum buruh sebagai
kaum tertindas untuk melakukan perjuangan kelas meruntuhkan formasi
kelas yang ada untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas.

3. Teori kritis
Teori kritis menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan antara nalar
dan kehidupan sosial. Dengan demikian, teori kritis menghubungkan
ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dan interpretatif dengan
klaim-klaim normatif tentang kebenaran, moralitas, dan keadilan yang
secara tradisional merupakan bahasan filsafat. Dengan tetap
memertahankan penekanan terhadap normativitas dalam tradisi filsafat,
teori kritis mendasarkan cara bacanya dalam konteks jenis penelitian
sosial empiris tertentu, yang digunakan untuk memahami klaim normatif
itu dalam konteks kekinian.

4. Implikasi mark (akademik dan pergerakan social)
Karl Marx meyakini bahwa identitas suatu kelas sosial akan ditentukan
oleh hubungannya dengan sarana-sarana produksi. Berdasarkan hal itu,
Karl Marx mendeskripsikan kelas-kelas sosial dalam masyarakat
Kapitalis, yang terdiri atas :
1) Kaum proletar (the proletariat), adalah mereka yang menjual tenaga
kerja mereka karena mereka tidak memiliki sarana produksi sendiri.
Menurut pandangan Karl Marx, mode produksi kapitalis membangun kondisi
dimana kaum borjuis mengeksploitasi kaum proletar, berdasarkan fakta
bahwa tenaga kerja menghasilkan nilai tambah (surplus value) yang
lebih besar daripada gaji yang mereka terima
2) Kaum borjuis (the bourgeoisie), adalah mereka yang memiliki sarana
produksi sendiri, dan membeli tenaga kerja dari kaum proletar dan
mengeksploitasi mereka. Kaum borjuis selanjutnya dibagi lagi menjadi
the very wealthy bourgeoisie dan the petit bourgeoisie yang walaupun
mempekerjakan orang lain, tapi masih perlu bekerja sendiri. Marx
memprediksikan bahwa petit bourgeoisie akan dihancurkan oleh penemuan
sarana-sarana produksi baru yang terus menerus, dan akan menggeser
kedudukan sebagian besar dari mereka menjadi kaum proletar.
Konsep pokok dalam analisis Marx adalah "alienasi" atau
"keterasingan", yang timbul dalam masyarakat kapitalis karena
eksploitasi terhadap kaum proletariat (buruh) oleh kaum borjuis.
Padahal semua nilai ekonomi berasal dari kaum proletar, tetapi mereka
tidak mendapatkan lebih dari upah subsisten, yaitu upah yang hanya
cukup untuk melanjutkan hidup dan melahirkan keturunan. Saldo (nilai
surplus) tetap digenggam oleh kaum borjuis, karena itu mereka menjadi
kuat dan memojokkan kaum proltar dalam suatu kondisi perbudakan abadi.
Proses ini akan "memerosotkan martabat" dan "memberlakukan
dehumanisasi" pada kaum proletar, sehingga menurunkan mereka menjadi
potongan manusia (alienasi). Mereka akhirnya tidak mampu mengembangkan
potensi kemanusiaannya secara penuh. Eksploitasi ini menyebabkan
pembagian masyarakat menjadi dua kelas antagonis dan meniupkan api
peperangan kelas yang membentuk inti proses sejarah umat manusia. Umat
manusia tidak bebas, mereka adalah bidak-bidak diatas papan catur
sejarah. Nasib mereka ditentukan oleh konflik kepentingan ekonomi yang
tidak dapat dihindari dalam berbagai kelas masyarakat manusia
(determinisme ekonomi).
Menurut argumen ini, kunci sejarah tidak terletak pada gagasan-gagasan
manusia, tetapi pada kondisi ekonomi kehidupan mereka. Agama dan
negara dalam suatu masyarakat borjuis adalah bagian integral dari
konflik ini dan dipakai oleh kaum borjuis untuk menindas kaum
proletar. Karena itu, mereka amat berperan dalam proses alienasi
manusia. Alienasi akan menghilang, bila terdapat suatu masyarakat yang
tak berkelas, dan negara akan punah setelah melewati berbagai
tingkatan proses sejarah. Karena itu, kewajiban yang pasti adalah
menghapuskan semua keadaan dimana umat manusia dilecehkan, diperbudak,
dan ditinggalkan sebagai makhluk terhina.
Satu-satunya cara untuk mengakhiri alienasi adalah menghapuskan
kepemilikan barang, yang merupakan sebab utama. Hal ini akan
menghapuskan hak-hak istimewa kaum borjuis dan juga akan memotong
kekuasaan eksploitatif dan politik mereka. Cara yang paling efektif
untuk mengakhiri ini adalah dengan melancarkan suatu revolusi yang
digerakkan oleh kaum proletar untuk meruntuhkan secara paksa sistem
kapitalis.
Marx menolak pendekatan kaum utopia sosial (yaitu
eksperimen-eksperimen humanitarian berskala kecil dalam masyarakat)
sebagai pembunuh perjuangan kelas. Usaha dari pihak pemerintah untuk
memodifikasi pola-pola distribusi tidak akan berhasil membawa
sosialisme. Untuk menciptakan suatu masyarakat yang benar-benar
harmonis, yang mencerminkan gagasan "dari tiap-tiap orang diambil
menurut kemampuannya dan kepada tiap orang diberikan menurut
kebutuhannya", maka sistem kapitalis harus mengalami suatu
transformasi revolusioner. Setelah masyarakat berhasil melikuidasi
kaum borjuis dan mengkolektifikasi sarana-sarana produksi yang
dimiliki swasta, maka saat itu telah berhasil mewujudkan suatu
masyarakat rasional progresif (yang bercirikan) tanpa upah, tanpa
uang, tak ada kelas-kelas, dan akhirnya tak ada negara, yaitu "suatu
asosiasi bebas para produsen dibawah kontol purposif dan kesadaran
mereka sendiri". Kejatuhan kaum borjuis dan kemenangan kaum proletar
sama-sama tidak dapat dielakkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini