Jumat, 21 Maret 2014

Qayumah_Tugas3_Teori KARL MARX

Nama     Qayumah

NIM       1113054100001

Jurusan   kesejahteraan sosial 2A

 

TEORI KARL MARX

Pertarungan kelas

menurut Marx dalam karya Manifesto Komunisnya, sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas, kelas yang ‘tinggi’ akan selalu menindas kelas yang ‘rendah’ dengan berbagai cara, dan akan selalu seperti itu. seluruh pelaku utama dari perilaku masyarakat adalah kelas-kelaas sosial. Maka, untuk membebaskan segala bentuk penindasan tersebut haruslah dilakukan melalui sebuah perjuangan kelas. Permasalahannya, Marx tidak pernah sekalipun menguraikan pemikirannya tentang teori ini melalui sebuah tulisan. Namun, teori perjuangan kelas ini termuat secara implisit dalam semua teorinya yang eksplisit.

kelas sosial adalah golongan dalam masyarakat, tentu dengan kriteria tertentu. Menurut Lenin, kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. namun, menurut Marx sendiri, kelas sosial merupakan gelaja khas masyarakat feodal, dimana mereka menyadari diri sebagai kelas, suatu golongan khusus dalam masyarakat, dan memiliki kepentingan-kepentingan spesifik serta mau memperjuangkannya.

 

Kelas Atas dan Kelas bawah

Menurut Karl Marx, pelaku utama perubahan sosial bukanlah individu, melainkan kelas-kelas sosial. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana struktur kekuasaan diantara mereka, dimana ada kelas-kelas yang berkuasa serta kelas-kelas yang dikuasai. Disinilah pengertian dari kelas atas dan kelas bawah menurut Marx.

Dari ke dua kelas diatas saling berkaitan : buruh hanya dapat bekerja apabila pemilik modal membuka tempat kerja baginya, dan majikan hanya akan beruntung jika mesin-mesin dan pabrik-pabrik diproses oleh buruh. Namun, meskipun si majikan tidak mempunyai keuntungan kalau pabriknya tidak berjalan, ia masih dapat hidup dari modal yang dikumpulkannya. Dengan demikian, kelas majikan adalah kelas yang kuat dan buruh adalah kelas yang lemah.

Individu, Kepentingan Kelas, dan Revolusi

Pertentangan antara kelas buruh dan kelas majikan terletak pada kepentingan kedua kelas tersebut yang sama sekali berlainan. Pada kelas majikan, kepentingan mereka tidak lain adalah mengusahakan laba sebanyak mungkin agar dapat mempertahankan diri di pasar bebas. Dan dengan sendirinya para majikan akan memaksakan biaya serendah mungkin kepada para buruh. Begitu pula sebaliknya, buruh berkepentingan untuk memperoleh upah sebesar-besarnya, jam kerja minimum, menguasai kondisi pekerjaan, lalu pada akhirnya mengambil alih pabrik tempat mereka bekerja dari tangan pemilik.

 

Kondisi seperti ini sebenarnya tidak stabil. Kepentingan dua kelas yang tidak dapat diperdamaikan. Tetapi, ketika kekuasaan kelas atas berkurang dan kelas buruh makin kuat, maka buruh akan dapat memenangkan kepentingan mereka. Revolusi akan terjadi dan hak milik pribadi dihapuskan.

perubahan yang dilakukan dengan cara pertumpahan darah, karena disini jelas bahwa segi yang kuat adalah struktur ekonomi dan bukan tentang moralitas atau segi kesadaran. Perdamaian antar kelas dan perbaikan kedudukan kelas bawah melalui reformasi adalah tidak mungkin. Marxisme menentang segala usaha reformasi tersebut karena menurut paham marxis reformasi hanya akan menguntungkan kelas atas karena mengerem perjuangan kelas bawah untuk membebaskan diri.

 

Adannya Negara Kelas

Karl marx berpendapat bahwa system ekonomi dan system politik telah terkuasai oleh kelas atas, atau bisa disebut sebagai negara kelas, dimana sebuah negara dikuasai oleh golongan kelas atas. sampai pada satu kesimpulan bahwa negara hanyalah kepanjangan tangan dari kelas atas untuk mengamankan status quo mereka. Perspektif negara kelas mungkin dapat menjelaskan mengapa yang biasanya menjadi korban adalah rakyat kecil, meengapa pencuri kecil dihukum lebih berat dari koruptor, mengapa penjara lebih banyak disesaki oleh rakyat kecil, mengapa kelas atas terkesan kebal hukum.

 

Ideologi

Mengajukan sesuatu sebagai kepentingan umum yang sebenarnya merupakan kepentingan egois pihak yang berpamrih, itulah inti dari apa yang disebut Marx sebagai ideologi. Satu contoh mengenai argumen ini adalah ideologi kapitalisme/liberalisme.Memang, kapitalisme/liberalisme memberikan kesempatan yang sama pada semua orang, namun, ingat, kapitalisme/liberalisme tidaklah memberikan kekuatan yang sama pada setiap orang. Maka yang terjadi adalah kebebasan kelas atas untuk menindas kelas bawah dan kelas bawah pun ‘dengan bebas’ menerima apapun yang diperlakukan terhadapnya.

 

kritik Marx yang lebih luas tentang ideologi, yang sangat terkenal, adalah kritik Marx terhadap agama. Menurut Marx, agama adalah candu rakyat.hal itu memang memberikan kepuasan, namun tidak sama sekali merubah realita yang terjadi. Agama menjanjikan ganjaran yang nikmat diakhirat kelak jika orang menerima nasibnya dan bersabar. Maka yang terjadi, dengan agama tersebut kelas bawah bukannya memperjuangkan perbaikan nasib mereka malahan hanya bersabar dan menerima saja apa yang terjadi pada dirinya. Hal ini justru menguntungkan kelas atas.

 

Tanggapan yang diberikan karl marx

Pertama seorang filsuf besar dia adalah ahli dalam sosiologi dan ilmu ekonomi. Pemikirannya menjadi semacam spirit hingga tokoh macam Tan Malaka dan Sukarno menjadikannya sebagai guru spiritual. Namun, dia juga adalah seorang yang ‘seperti bukan manusia’. Tingkah laku nya berbeda dari kebanyakan orang. Dari sebuah buku tentang freemansory yang pernah saya baca, terlepas dari pemikirannya yang cemerlang, Marx adalah seorang yang sangat jarang ke kamar kecil, apalagi mandi. Juga adalah pribadi yang terasing dari lingkungannya dan gagal dalam membentuk sebuah keluarga. Saya pun akan sangat percaya bahwa Marx tidak akan menjadi Marx yang kita kenal sekarang jikalau tidak ada Engels, sobat karibnya yang terlampau baik yang menanggung seluruh biaya hidup Marx. Hal ini tentu membuat kita jangan terlalu mendewa-dewakan siapapun.

Mode Produksi

Dari teori Materialisme Historis, Marx mengemukakan mode produksi dalam masyarakat. Mode produksi adalah cara-cara berproduksi pada masyarakat yang mempengaruhi kehidupan masyarakat tersebut. Mode produksi tersebut adalah mode produksi komunis primitif/kuno dimana ciri menonjol dari mode produksi ini adalah bahwa manusia dimiliki sebagai kekayaan oleh sebagian orang yang lebih berkuasa, produksi ini berbasis perbudakan. Mode produksi feodal, dalam mode  produksi ini kelas dominan adalah tuan tanah yang mengontrol para pekerka pada bidang pertanian, dimana tenaga kerja menyewa tanah dari tuan tanah dan mereka diwajibkan untuk menyerahkan sebagian hasil produksi sebagai biaya sewa kepada tuan tanah.

Mode produksi kapitalis, mode produksi ini berkembang seiring dengan idustrialisasi dimana pabrik-pabrik berdiri, usaha pertanian berubah. Kelas penyewa pada mode produksi feodal berubah menjadi kelas pekerja buruh pada pabrik-pabrik yang kemudian disebut dengan kaum proletar yang tertindas dan nantinya akan melalukan revolusi dan mewujudkan masyarakay komunis. Mode produksi komunis, pada fase ini, kelas menjadi hilang setelah direbut dalam revolusi kaum proletar.

Teori kritis

Seiring  dengan bertambahnya wawasan berfikir serta keilmuan yang berkembang di benua biru maka dengan mudah segalanya akan mudah terjadi baik dengan cara evolusi maupun revolusi , perubahan secara cepat (revolusi) bisa dilihat dari beberapa kisah menakutkan di erofa dan bisa kita berikan contoh perancis dengan revolusinya atau jerman seperti yang kita ketahui bahwa terjadi perang kedudukan dan ideologi kaum proletar dan bourjuis yang sama sama ingin mempertahankan haknya masing masing

Bukan tak mungkin suatu yang dianggap relatif tak bisa di rekonstruksi lagi ataukah di perbaharui dengan metode baru , seperi keterangan ibnu khaldun kejayaan paling lama bertahan selama tiga abad tapi hal ini nampaknya tak berlaku di era moderm atau dengan revolsinya berubah menjadi post modern

Dalam tulisan singkat ini kita akan di hadapkan persoalan teori kritis karl marx , teori kritis merupakan metode baru yang lahir dari beberapa hal yang nampaknya bersumber dari faham marxisme dan beberapa determinisme yang berlaku pada saat itu , teori kritis sendiri berawal dari kegelisahan terhadap pengejawantahan marxisme yang pada awalnya memberikan jaminan penyelesaian namun mengalami kegagalan total yang berakibat runtuhnya faham marxisme.

Teori kritis pada marxian lebih pada determiniisme ekonomi yang juga jadi perhatian terhadap pemikir salah satunya habermas yang secara tegas mendukung marxian yang dinilai konservative dalam teori kritis ini mengklasivikasikan dalam beberapa pecahan dan pembahasan yang manuangkan teori kritisnya , bisa jadi ada saja kegamangan yang terjadi kita bisa lihat struktur pembangunan teori marxian yang yang dipandang oleh teori kritis amatlah kaku ketika dituangkan dalam bentuk realita , semula marxisme sangat menjajikan adanya tatanan sosial yang baru dalam kemanuisan yang dengan latar konflik ketidakadilan dalam pegangannya maxrxian berpedoman pada apa yang dinamakan rasionaliatas purposif (tujuan nyata) sehingga pola marx sebelum merumuskan tentang pandangannya lebih mengedepankan prospek kenyataan dilapangan apapun alasannya  kita bisa amendalami secara selik meliknya maka akan kita adapati bahwa rasionalitas bukanlah sebuah jaminan kita merubah dan membangun ruang gerak baru  kepada manusia belum tentu juga pula ketimpangan yang terjadi dilingkunagan sosial sendiri malah memberikan jalan penilaian akan hal tersebut . dari sinilah marx melihat dengan segala pemahamanya akan pertentangan kelasnya yan amat berpengaruh pada pilar faham marxisme bahwa memang tak akan bisa suatu bentuk pengejawantahaan rasionalitas akan bisa dengan cepat menusuk pada perubahan sejati

Teori kritis yang paling tepat ketika diajukan kepada marx itu sendri berpijak pada orientasi terhadap pemahamann marx pada perilaku kerja serta hubunganya dengan orientasi komunikatif dalam kerja

Marx tak hanya memusatkan perhatiannya pada kerja , tetapi menempatkan kerja dan kreatif yang merdeka dan kreativ sebagai basis analisis kritis kerja itu dalam berbagai epos sejarah , terutama dalam masa kapitalisme

Dalam pandangan lebih jauh lagi teori kritis juga tak tak menandai marx sebagai bahan kritik tapi juga terhadap sosiologi yang pada saat yang sama seperti yang kita ketahui bahwa dalam perannya sangat teguh dengan apa yang dinamakan fisika sosial damun dalam waktu yang sama teori kritis juga tak tak bisa mengindahkan sosiologi sebagai bahasa kritisnya, sosiologi dipandang terlalu ilmiah  yakni karena menjadikanhya metode ilmiah sebagai tujuan didalam dirinya sendiri selain dari itu sosiologi dituduh menerima status quo,

aliran kritis berpandangan bahwa sosiologi tak serius mengkritik masyarakat ,tak berupaya merombak sruktur sosial masa kini , menururt aliran kritis sosiologi telah melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat kecil yang tertindas oleh masyarakatmasa kini

sosiolog lebih memperhatikan masyarakat sebagai satu kesatuan ketimbang memperhatikan individu dalam masyarakat , walaupun sebagian besar perspektif sosiologi tidak bersalah ketika mengabaikan interaksi ini ,namun pandangan ini menjadi landasan serangan aliran kritis terhasap sosiologi , karena mengabaikan individu sisolog dianggap tak mampu mengatakan sesuatu yang bernakna tentang perubahan politik yang dapat mengarah ke sebuah masyarakat manusia yang adil

Dalam teori kritis nampaknya tak ada yang absolut bahkan yang vital sekalipun juga dapat dibantah akan kehujahannya, teori kritis bisa diarikan tindakan afirmatif yang bertujuan untuk meluruskan suatu ketidakcocokan terhadap berbagai hal diantaranya protes kaum maexian.

Implikasi karl marx dalam pendidikan

Pendidikan Anti Kapitalis

Dalam ”Metode Pendidikan Marxis- Sosialis” , Karl Marx bukan hanya pemikir ekonomi-politik, tapi juga seorang pemikir pendidikan kenamaan. menurut Nurani Soyomukti, penulis karya ini, Marx adalah plopor dan peletak teori pendidikan kritis dan pembebasan, bukan Paulo Freire sebagaimana diyakini banyak kalangan.

Dalam konteks pendidikan, Marx meramalkan “basis dari gerak sejarah sistem pendidikan dunia ditentukan oleh basis kapital (ekonomi)”. Teori ini disebut dengan “diteminisme ekonomi”. Tampaknya, ramalan Marx itu memiliki makna relevansi dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Buktinya, regulasi kebijakan pendidikan pemerintah, dalam hal ini Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP), tidak lain merupakan penjelmaan penselingkuhan antara dunia pendidikan dengan kepentingan kapital. UU BHP membuka akses selebar-lebarnya atas bercokolnya praktek kapitalisme (komersialisasi) ditubuh pendidikan.

Lembaga pendidikan saat ini sudah tidak lagi menjadi media transformasi nilai dan instrumen memanusiakan manusia, melainkan menjadi lahan basah bagi para pengelola pendidikan untuk mengeruk keuntungan finansial sebanyak-sebanyaknya. Institusi pendidikan saat ini tidak jauh beda dengan pasar. Bedanya, kalau pasar menjual bahan sembako domistik dan kebutuhan rumah tangga yang lain, sementara perguruan tinggi menjual jasa pendidikan. Mulai dari tenaga pengajar (Dosen), mata kuliah (SKS), sampai fasilitas-fasilitas kampus yang serba glamur dan seper canggih. Kampus akan melakukan apa saja, termasuk memper-“solek” lingkungan demi merekrut peserta didik sebanyak-banyaknya. Karena, semakin banyak kuantitas peserta didik, semakin besar penghasilan kampus.

Dalam kondisi seperti ini, lembaga pendidikan layaknya korporasi yang hanya memikirkan profit oriented. Tidak heran, kalau makin hari biaya lembaga pendidikan kian melonjak. Di era modern, mustahil menemukan biaya pendidikan yang bisa dijangkau orang menengah kebawah. Semakin bagus fasilitas kampus, semakin besar uang yang mesti dikeluarkan peserta didik. Padahal, mayoritas penduduk Indonesia barada dibawah garis kemiskinan. Inilah yang disebut “Pendidikan Rusak-Rusakan” dalam kacamata Darmaningtyas.

Secara historis, bibit kapiatalisme dan pragmatisme pendidikan di Indonesia sudah menyeruak pada zaman Soeharto (Orde Baru). Ketika itu, yang menjadi panglima pendidikan adalah “pembangunan”. Pertumbuhan pembangunan dikejar habis-habisan tanpa memedulikan aspek kemanusiaan. Tak pelak, Identitas lembaga pendidikan pun sebagai media memanusiakan manusia dan penjaga gawang terakhir atas munculnya kaum-kaum terdidik dan bermoral terpasung.

Munculnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), baik yang konsen di dunia mesin, listrik, arsitektur, administrasi perkantoran, akuntansi, kesekretariatan dan berbagai bidang lainnya merupakan pemenuhan atas nafsu kapitalisme dan pragmatisme itu. Kehadiran SMK diharapakan meluluskan peserta didik yang siap pakai dan sesuai dengan kebutuhan praktis di bidang kerja-kerja infrastruktur pembanguanan, baik sebagai pekerja industri maupun administrator pemerintah.

Sekolah kejuruan menjadi idaman dan pilihan orang tua yang ingin yang ingin melihat anaknya cepat mendapat kerja dan cepat kaya. Pendidikan yang menekankan pada keterampilan teknis sperti ini tentu saja mempunyai efek besar terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana nilai-niali pengabdian terhadap bangsa dan kemanusiaan menempati posisi diatas pragmatisme.

Pragmatisme pendidikan adalah malapetaka besar bagi masa depan kemanusiaan. Sekarang bagaimana anak didik cepat dapat gelar sarjana dan memperoleh profesi yang menjanjikan. Buku ini menggagas dan menjabarkan metode pendidikan berbasis Marxis-Sosialis yang menjadi counter part atas pendidikan “kapitalisme” yang selama ini menjadi ideologi sistem pendidikan internasional. Ideologi pendidikan yang digagas marx adalah bentuk gugatan atas merasuknya budaya kapitalisme dan pragmatisme dalam tubuh pendidikan. Hali ini bisa dipahami, karena Marx adalah satu-satunya pemikir besar yang mengidealkan tumbangya budaya kapitalisme dimuka bumi. Dalam kacamata pendidikan berbasis Marxis-Sosialis, tujuan (ideologi) pendidikan adalah membangun karakter manusia yang tercerahkan suatu kondisi mental yang dibutuhkan untuk membangun suatu masyarakat yang berkarakter progresif, egaliter, demokratis, berkeadilan dan berpihak terhadap kaum-kaum tertindas.

 

Menurut Marx, pendidikan bukan lahan basah untuk merenggut keuntungan kapital, melainkan sebagai instrumen membebaskan manusia dari belenggu dehumanisasi serta menempatkan manusia dalam esensi dan martabat kemanusiaanya yang sejati. pendidikan kritis, pendidikan radikal dan pendidikan revolusioner yang pada gilirannya mampu mencetak manusia yang betul-betul mau memperjuangkan kaum-kaum miskin  yang nota bene menjadi korban negara.

pendidikan bertujuan mencipatakan kesadaran kritis, bukan pengetahuan dan keterampilan teknis yang mendukung proyek kapitalisme. Pendidikan yang terjebak pada pragmatisme untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan praktis yang merupakan langka adaptasi terhadap perkembangan kapitalisme merupakan eksploitasi atas esensi terbentuknya lembaga pendidikan.

Lebih dari itu, menurut pendidikan Marxis-sosialis, tujuan preneal dari proses manusia menuntut ilmu adalah untuk mengabdi bagi kemaslahatan kemanusian. “Ilmu tidak boleh menjadi kesenangan untuk diri sendiri. Orang yang memiliki nasib baik untuk terjun dalam pencarian ilmu pertama-tama harus menempatkan pengetahuannya demi kepentingan kemanusian” demikian fragmen statemen Marx dalam salah satu karyanya.

Apa yang diidealkan Marx itu sangat kontras dengan karakter objektif para pelajar bangsa ini. Tidak bisa dibantah, 75 % orentasi pelajar menuntut ilmu adalah untuk mendapatkan kerja bergengsi (profesi), menjadi tokoh populer, menjadi orang kaya, dan untuk mengangkat status sosialnya di tengah-tengah masyarakat. Sedikit sekali pelajar yang betul-betul murni untuk memperjuangkan nasib kaum tertindas. Wajar, kalau keberadaan kaum terdidik di negara yang mayoritas muslim ini sudah tidak lagi menjadi aktor pemberdayaan kaum tertindas dari belenggu penindasan dan ketidak adilan. Sebaliknya, justru kaum terdidiklah yang menjadi biang dari sekian problem sosial yang berlangsung ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Alih-alih mau mencari penawar atas sekian krisis sosial, keberadaan kaum terdidik menjadi bagian dari krisis sosial itu sendiri. Mulai dari koruptor, penjilat, politikus busuk, sampai komprador atau agen dari kepentingan global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini