Penelitian ke 2
JUDUL : KEHIDUPAN SEORANG BURUH PANGGUL DI PASAR PARUNG
NAMA : JULIA RAHMANIA
NIM : 1113054100012
JURUSAN : KESEJAHTERAAN SOSIAL
KELAS : 2A
I. LATAR BELAKANG
Keberadaan buruh panggul di Pasar Parung bersamaan dibukanya pasar tersebut. Buruh panggul merupakan sebuah profesi di mana lebih mengutamakan kekuatan fisik untuk mengankat barang. Profesi kuli panggul ini masih tetap bertahan sampai sekarang karena keberadaan mereka terus dibutuhkan para pengguna jasa. Profesi ini bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu lebih diminati kaum pria. Tetapi masih ada beberapa kaum wanita bahkan sampai anak-anak menggeluti profesi ini.
Para kuli panggul ini memulai pekerjaannya pada pagi hari sampa sore hari. Laki-laki perkasa yang menghayati perannya denganpenuh ketulusan untuk memanggul dan membantu mengangkat barang orang lain demi sekedar upah penopang hidupnya. Penghasilan setiap hari mungkin kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup, apalagi kalau sudah ada anak yang bersekolah. Walaupun pekerjaan ini sangat menguras banyak tenaga tetapi hasil yang didapat setiap harti tidak sebanding dan tidak menentu.
II. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Apa yang menjadi faktor pendorong seorang buruh panggul memilih pekerjaan memanggul tersebut?
2. Bagaimana kehidupan seorang buruh panggul yang sesungguhnya? Apakah terjadi perubahan sosial atau tidak?
III. METODE PENELITIAN
Menggunakan Metode Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu "teori".
IV. Teori Yang Digunakan
Dalam penelitian ini, saya menggunakan teori sosiologi klasik yaitu marx weber. Metode yang digunakan adalah observasi dan hasil dari penelitian tersebut berupa narasi.
V. Area Riset
Ø Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pasar Parung
Ø Objek : Pasar
Ø Subjek : Individu
Ø Narasumber : Pak Idam, seorang buruh panggul di Pasar PARUNG
Ø Waktu : Penelitian pertama berlangsung pada hari Rabu 7 Mei 2014
VI. Output penelitian
Terik matahari yang menyengat kulit tidak membuat lelaki setengah baya itu patah semangat. Bapak 5 anak ini memikul tak kurang dari setengah kuintal singkong dia pikul untuk setiap keranjangnya. Padatnya pengunjung pasar siang itu juga tidak membubayarkan konsentrasi lelaki yang telah 13 tahun menekuni pekerjaan sebagai kuli panggul pasar tradisional yang berada di daerah Parung itu. Dengan lincah lelaki yang mengaku bernama Ahmad Idam tetapi lebih sering dipanggil Pak Idam itu menyelinap di tengah keramaian sambil sesekali berteriak memberi peringatan kepada pengunjung pasar untuk memberinya jalan.
Ketika hari menjelang sore, raut muka Pak Idam menunjukkan keletihan yang amat sangat. Kulitnya yang hitam tampak kemerahan terbakar matahari. Dengan langkah gontai, Pak Idam menuju sudut kios tempat teman-teman seprofesinya berkumpul. Pak Idam langsung terduduk lemas di emperan toko. Sesekali Pak Idam terlihat bercengkrama dengan teman-temannya sambil meneguk minuman yang dibelinya dari pedagang asongan. Dikeluarkannya uang pendapatannya hari itu, Pak Idam tersenyum saat diketahuinya hari itu dia bisa membawa uang Rp30.000.
Lelaki asal Pandeglang Jawa Barat, 13 tahun lalu Pak idam datang ke pasar Parung. Kenekatannya mengadu nasib tergoda dengan keberhasilan teman sekampungnya. Padahal saat itu, Pak Idam tidak punya keahlian khusus apalagi modal yang cukup untuk membuka usaha. Akan tetapi, tekad Pak Idam sudah bulat. Meski seorang diri Pak Idam mencoba mencari pekerjaan di pasar Parung. Awalnya Pak Idam diberi kepercayaan untuk menjaga toko namun belakangan Pak Idam justru tertarik membantu pengunjung pasar mengangkut barang.
Memberikan jasa angkut barang, buat Pak Idam ternyata menghasilkan rupiah lebih cepat meskipun harus mengelurkan tenaga esktra. Saat pertama kali mengangkut karung-karung berisi singkong dan sayur mayor lainnya, sekujur tubuhnya sakit bahkan memaksanya harus beristirahat beberapa hari.
Upah yang diterima Pak Idam seiring perjalanan waktu, kini Pak Idam bisa menikmati dari Rp10.000 dari kerja kerasnya mengandalkan kekuatan punggung dan lengan. Dengan bekerja sejak pagi buta hingga sore sekitar jam 4 sore, setiap harinya Pak Idam bisa mengantongi uang rata-rata Rp30.000-40.000. "Kalau pasar lagi sepi banget, paling tidak saya bisa bawa pulang Rp20.000," katanya.
Tapi siapa yang menduga sosok lelaki itu kini telah berusia 50 puluh tahun. Usia yang mengkhawatirkan untuk menekuni pekerjaan kasar sebagai kuli panggul ternyata masih bisa bersaing dengan tenaga muda yang lainnya. Meski kerut-kerut di wajahnya terlihat jelas tapi tubuhnya memang terlihat masih bugar. Ketika ditanya rahasianya, lelaki yang terlihat pendiam itu mengatakan setiap hari dia harus mengkonsumsi jamu tradisional dan telur ayam kampung.
Bukan tidak mau beralih profesi, tapi dia yang hanya lulusan SD ini sadar mencari pekerjaan di zaman sekarang ini bukan hal mudah. Apalagi sebagai ayah lima anak ini setiap minggunya harus membawa uang guna menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya. Rupiah demi rupiah dikumpulkannya untuk dibawa pulang kampung. "Kalau satu minggu belum cukup uangnya, saya terpaksa pulangnya dua minggu sekali," ujar Pak Idam.
Di Parung Pak Idam hidup seorang diri. Tinggal dikontrakan kecil bersama rekan-rekan seprofesinya, Pak Idam mencoba mengais rupiah di tengah kerasnya hidup di zaman modern ini hanya untuk kebahagian keluarganya. Meski harus terpisah dari keluarga tercinta, Pak Idam mengaku tidak punya pilihan. Seberat-beratnya beban yang dipikul Pak Idam itu tak lantas mebuat dia mengeluh. Dalam benak badan berpeluh itu tersimpan beribu asa yang dipikul bersama hasil bumi.
"Saya ingin anak saya bisa sekolah dan berhasil," tuturnya penuh harapan. Doa dan pengorbanan seorang ayah ini seakan cerminan bahwa kehidupan dan keberhasilan seseorang ternyata berasal dari sebuah pengorbanan orang tua.
Dalam kehidupan seorang buruh panggul ini tidak ada respon terhadap perubahan sosial. Terjadi penolakan atau penentangan terhadap perubahan sosial, dimana masyarakat tetap pada pendiriannya dan adanya culture lag (ketertinggalan budaya)/social lag (ketertinggalan dalam kehidupan sosial). Rata-rata yang menggeluti profesi buruh panggul ini hanya mengenyam pendidikan SD itupun tidak sampai tamat.
Pertanyaan penelitian yang diajukan kepada subjek ( Pak Idam ) :
1. Apa yang menyebabkan bapak menjadi seorang buruh panggul?
2. Bapak asli orang sini atau perantau yang mengais rezeki disini?
3. Apa yang bapak rasakan dengan penghasilan yang bapak peroleh?
4. Bapak memulai bekerja dari pukul berapa dan selesai pukul berapa?
5. Dengan memberikan jasa angkut ini, apakah telah memenuhi kebutuhan hidup bapak?
6. Apakah ada keluhan khusus selama menjadi buruh panggul ini?
7. Mengapa bapak bisa tertarik dengan pekerjaan ini, padahal masih ada pekerjaan yang lebih baik?
8. Apakah bapak ada keinginan untuk beralih profesi?
9. Dalam menekuni profesi, bagaimana dengan keadaan kondisi tubuh bapak yang dalam bekerja mengandalkan tenaga yang banyak?
10. Bagaimana bapak menjaga kondisi agar tetap kuat menjalakan rutinitas?
11. Bagaimana dengan kehidupan keluarga di sana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar