Tema : Kenaikan Harga Gas LPG 12kg dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan Sosial
I. Latar Belakang
Harga minyak mentah dunia yang terus menerus naik dari waktu ke waktu memaksa berbagai pihak di seluruh dunia mulai memikirkan solusi alternatif bahan bakar yang mudah digunakan, ramah lingkungan, murah, terjamin ketersediannya dan dapat diandalkan untuk penggunaan yang kontinyu terus menerus digunakan dalam kehidupan manusia.
Beberapa alternatif pengganti BBM (bahan bakar minyak) yaitu diantaranya adalah BBG (bahan bakar gas), briket batubara, methanol, arang, ethanol, alkohol, minyak jelantah, dan lain sebagainya. Saat ini yang paling banyak digunakan di Indonesia diantaranya adalah gas eljipi alias lpg (liquid petroleum gas) dan briket batubara.
LPG (liquified petroleum gas),adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Denganmenambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya,didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringanlain dalam jumlah kecil, misalnya metana (C2H6) dan pentana (C5H12). Penggunaan LPG di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, LPG juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu.
Ø Mengapa Penelitian itu penting ?
Adapun beberapa alasan mengapa saya mengangkat tema penelitian ini yakni memecahkan rasa ingin tahu masalah yang dihadapi, menambah wawasan tentang penelitian kenaikan harga gas elpiji dan pengaruhnya bagi kehidupan sosial.
Ø Asumsi
Kenaikan harga gas elpiji 12kg membuat masyarakat pengguna gas mengeluh bahkan merasa dirugikan.
II. Teori Sosiologi
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah "Teori Emile Durkheim", karena subjek yang diteliti ialah penjual dan pengguna gas elpiji. Serta metode yang ditinjau ialah observasi dan out put yang dihasilkan adalah narasi atau sebuah penjelasan dari penemuan-penemuan observasi yang telah dilakukan.
III. Pertanyaan penelitian
1) Apakah yang menjadi acuan masyarakat menengah ke atas mengganti gas elpiji 12kg menjadi gas elpiji 3kg ?
2) Bagaimana dampak kenaikan harga gas elpiji 12kg dikalangan masyarakat menengah kebawah ?
IV. Metode
Metode yang saya gunakan adalah "Metode Kualitatif" yaitu metode yang mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan data yang diperoleh. Metode ini dipakai apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka atau dengan ukuran lain yang bersifat eksak. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif. Pengamatan dilakukan dengan cara wawancara.
V. Area
Lokasi penelitian dilaksanakan di Rawabelong, kemanggisan, dan Petamburan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mewawancarai beberapa pengguna gas elpiji. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2014 dan dilanjutkan pada tanggal 10 Mei 2014.
VI. Pertanyaan lapangan
1. Apa tanggapan anda tentang kenaikan harga gas elpiji 12kg ?
2. Apa faktor yang menyebabkan pengguna gas elpiji 12kg beralih ke gas elpiji 3kg ?
3. Bagaimana seharusnya peran pemerintah dengan adanya kenaikan gas elpiji 12kg ?
4. Apa harapan anda kepada pemerintah dengan adanya kenaikan gas elpiji 12kg ?
Hasil Laporan Penelitian
Pengguna gas elpiji 3kg yang tinggal di daerah kemanggisan ini menolak kenaikan harga gas elpiji 12kg karena berimbas pada ketersediaan gas elpiji 3kg yang susah didapat. Sehingga mau tidak mau pengguna gas elpiji 3kg yang berkeluarga akhirnya membeli gas elpiji 12kg. Hal ini membuat pengeluaran pengguna gas elpiji 3kg ini menjadi bertambah.
Seorang ibu rumah tangga yang tinggal di daerah petamburan, mengeluhkan kenaikan harga elpiji 12 kg yang dirasa memberatkan itu. "Ya, itu membuat masyarakat semakin susah." Wanita ini mengaku terakhir membeli elpiji 12kg seharga Rp 97.000 pada Desember 2013. "Kalau sekarang, belum tahu, soalnya saya sekarang memakai gas elpiji yang 3kg." Ujar ibu Tuti.
Kenaikan harga elpiji 12 kilogram yang begitu tinggi menyebabkan pembeli beralih ke gas elpiji yang ukurannya lebih kecil yaitu 3 kg. Keberalihan masyarakat yang awalnya menggunakan gas elpiji 12 kg kemudian menjadi 3 kg disebabkan karena daya beli masyarakat yang belum cukup kuat mengimbangi kenaikan harga elpiji 12 kg.
Pada dasarnya pengguna gas elpiji 12kg ialah kalangan menengah keatas, akan tetapi dengan melonjaknya harga yang terlalu tinggi tentunya hal ini akan membuat masyarakat akan lebih memilih tabung elpiji 3kg. Belum lagi efek nantinya kelangkaan tabung 3kg juga dimungkinkan akan terjadi. Padahal sebagian masyarakat Indonesia dengan ekonomi menengah kebawah adalah pengkonsumsi dan juga pengguna elpiji 3kg yang masih mendapatkan subsidi dari Pemerintah.
Penjual nasi pecel di pinggir jalan, dia merasa kebingungan untuk menetapkan harga jual nasi pecelnya. "Saya bingung mau menjual dagangan saya, mau dinaikkan harganya takut pembeli berpindah ke penjual lain. Sementara harga bahan nasi pecel ini sudah naik, bukan hanya beras, kacang tanah dan lain sebagainya, kemangipun yang tadinya sangat murah sekarang ikutan naik harganya." Ujar pedagang nasi pecel.
Kenaikan harga ini tentu akan diikuti dengan naiknya harga barang-barang produksi yang menggunakan gas elpiji. Tidak hanya barang yang menggunakan gas elpiji, pedagang kecil yang menggunakan gas elpiji untuk memasak tentu mengharapkan keuntungan yang besar dari bisnisnya dalam upaya menutupi kebutuhan rumah tangganya.
Menanggapi kebijakan itu pengguna gas meminta agar pemerintah tegas dalam membuat keputusan. karena selain langka, harga LPG juga terus merangkak naik meski belum diputuskan oleh pemerintah. Sehingga hal itu memuat kesal para ibu rumah tangga yang sama-sama saling mengeluh.
"Minta kejelasan pemerintah saja bagaimana soalnya gas 3 kg langka, yang gede (12 kg) mahal. Kalaupun ada langsung habis di warung, padahal baru diturunkan dari depo Pertamina. Kasihan masyarakat kalau begini terus, ibu-ibu di sini kalau cerita ngeluh LPG yang susah," keluh ibu rumah tangga ini. Semoga pemerintah tanggap akan kenaikan harga elpiji ini yang banyak berdampak kepada masyarakat kita pada umumnya.
Untuk itu harapan saya kepada pemerintah, marilah kita ciptakan lingkungan pemerintah yang bersih dan bebas KKN. Andai terjadi kerugian Negara, hendaknya diteliti terlebih dahulu apa penyebabnya, setelah itu baru mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kerugian itu. Karena terjadinya KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) adalah salah satu faktor penyebab kerugian Negara. Makanya diperlukan kejujuran dalam merekrut setiap pegawai yang akan menduduki pemerintahan. Jangan lantas membebankan kerugian Negara kepada rakyat. Rakyat sudah cukup menderita. Andai mereka mau berteriak, mungkin mereka akan menyampaikan rasa kebosanannya pada kenaikan dan kenaikan yang terus terjadi, seolah tak bisa dibendung.
VII. Kesimpulan :
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, kenaikan harga Gas memang pada dasarnya tidak dapat dipungkiri sehubungan dengan berbagai faktor-faktor baik internal dan eksternal yang menekan perekonomian negara. Dalam mengatasi kenaikan harga gas pemerintah pasti memiliki tujuan yang akan meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka sebagai masyarakat harus mendukung penuh terhadap rencana-rencana yang dilakukan oleh pemerintah. Dan pemerintah juga harus lebih tanggap dalam menghadapi masalah yang ada di dalam negeri khususnya, sehingga masyarakat aman, tenteram, makmur dan bertanggung jawab.
Akan tetapi hal ini bisa menjadi negative minimnya informasi masyarakat terkait tujuan pemerintah mengambil kebijakan tersebut, dan masih banyaknya pihak yang pro dan kontra terhadap pengambilan keputusan tersebut. Hal ini yang akan menjadikan kerusuhan dan kekacauan dilingkungan sosial, politik bahkan pendidikanpun juga berpengaruh.
Profil Nara sumber :
Nama : Bapak Yunus
Profesi : Buruh
Usia : 44tahun
Nama : Ibu Tuti
Profesi : Ibu rumah tangga
Usia : 41tahun
Nama : Ibu Badriah
Profesi : Ibu rumah tangga
Usia : 47tahun
Nama : Jaka
Profesi : Pedagang
Usia : 31tahun
Lisda Nur Asiah
1113054100030
Kesejahteraan Sosial 2A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar