Kehidupan Tukang Ojek di Terminal Poris
I. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia belakangan ini tengah tidak kondusif, karena mau tidak mau negara ini pasti kena imbas dari resesi global yang tengah melanda negara-negara di Eropa, Amerika dan banyak negara lain di benua Asia ini. Persediaan lapangan pekerjaan semakin sulit bahkan tidak sedikit perusahaan yang terpaksa merumahkan para karyawan mereka karena tidak sanggup lagi membayar gaji para karyawan tersebut.
Para karyawan yang dirumahkan bingung tentang bagaimana cara menafkahi keluaraga mereka setelah mereka di PHK, yang mempunyai modal untuk berwirausaha mungkin mereka akan membuka usaha kecil-kecilan, tapi yang tidak punya modal?. Mereka akan memilih bekerja sebagai tukang ojek karena pekerjaan tersebut tidak membutuhkan banyak modal hanya bermodal sepeda motor dan beberapa liter bahan bakar.
Oleh karena itulah banyak ditemui sekarang tempat mangkalnya para pengojek menunggu penumpang, walaupun mereka mengetahui bahwa penumpang yang akan dibawa tidak banyak. Dan masalahnya adalah antara pengojek dan penumpang tidak seimbang, dan bisa diketahui berapa pendapatan dari pengojek tersebut dalam sehari.
Pemerintah mungkin harus berpikir keras untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih pantas untuk para pengojek tersebut, mendanai mereka, dan menggaji mereka sesuai dengan kerja keras mereka. Dan pemerintah juga harus belajar dari pengalaman ini untuk menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan, karena masalah terbesar dari negara berkembang ini adalah pengangguran dan kemiskinan.
Jika masalah tukang ojek ini bisa diselesaikan oleh pemerintah maka akan sangat bermanfaat untuk para pengguna jalan, lihat saja sekarang ini banyak dipersimpangan jalan para pengojek membuat jalan-jalan semakin semrawut dan tidak teratur. Meraka parkir dipinggir-pinggir jalan yang seharusnya itu bisa digunakan untuk pejalan kaki malah diambil alih kegunaannya untuk parkir motor pengojek.
Sebenarnya jika aktifitas mengojek ini dikelola secara profesional akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit, tapi ini membutuhkan biaya dan keahlian lebih untuk bisa mendirikan usaha seperti itu, dan sekarang aktifitas lembaga tersebut sudah mulai bisa ditemui di negara ini, walaupun masih sedikit.
1. Mengapa penelitian itu penting ?
a. Untuk mengetahui lebih jauh kehidupan perekonomian pengojek.
b. Ingin mengetahui kehidupan tukang ojek.
c. Ingin mengetahui pandangan keluarga, lingkungan dan pemerintah tentang pekerjaan sebagai pengojek ini.
2. Asumsi/anggapan
Karena sekarang semakin banyak ditemui para pengojek yang bergerombol menunggu penumpang dan berebut untuk mendapatkan penumpang, dan secara ekonomi sebenarnya pekerjaan sebagai pengojek ini tidak menyumbang terlalu besar untuk perekonomian keluarga, bisa ditebak berapa penghasilan mereka dalam sehari, dan penulis merasa ingin membahas masalah ini lebih jauh untuk bisa ditemukan jalan keluar nantinya untuk mengurangi jumlah pengojek ini.
Dan untuk meneliti lebih jauh tentang masalah ini juga tidak membutuhkan banyak biaya, tenaga dan waktu, hanya dengan mewawancarai para pengojek tersebut atau melihat kehidupan pengojek dikeluarga dan didalam pergaulan sesama pengojek.
II. Pertanyaan Penelitian
1. Apa alasan memilih pekerjaan menjadi tukang ojek?
2. Seberapa besar dari penghasilan pengojek yang digunakan untuk keperluan keluarga?
3. Seberapa harmonis kehidupan keluarga pengojek?
III. Metode dan Teori
Metode yang digunakan:
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kualitatif karena penelitian ini dilaksanakan dengan wawancara mengajukan beberapa pertanyaan dan observasi. Metode kualitatif dipilih karena penelitian ini mengamati fenomena yang tengah terjadi di masyarakat yang tidak dapat diukur dengan angka atau uji statistik.
Teori yang digunakan:
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori fakta sosial yang dipelopori oleh Emile Durkheim, karena subjek yang diteliti ialah sekelompok tukang ojek. Serta metode yang ditinjau ialah observasi dan out put yang dihasilkan adalah narasi atau sebuah penjelasan dari penemuan-penemuan observasi yang telah dilakukan.
IV. Pertanyaan Lapangan
1. Sudah berapa lama Bapak bekerja menjadi tukang ojek?
2. Apakah Bapak mempunyai pekerjaan lain?
3. Berapa penghasilan Bapak perhari?
4. Mengapa memilih memangkal di tempat ini?
5. Berapa anggota keluarga Bapak?
V. Area Riset
Lokasi penelitian dilaksanakan di Terminal Poris. Penelitian ini dilakukan dengan cara mewawancarai beberapa pengguna tukang ojek. Penelitian tersebut dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2014 dan dilanjutkan pada tanggal 8 Mei 2014.
Hasil Laporan penelitian
Mayoritas pengojek di Terminal Poris adalah karyawan yang di PHK oleh sebuah perusahaan, dan menjadikan mereka kehilangan pekerjaannya. Para karyawan yang di PHK bingung tentang bagaimana cara menafkahi keluarga mereka setelah mereka di PHK, yang mempunyai modal untuk berwirausaha mungkin mereka akan membuka usaha kecil-kecilan, tetapi yang tidak punya modal?. Mereka akan memilih bekerja sebagai tukang ojek karena pekerjaan tersebut tidak membutuhkan banyak modal hanya bermodal sepeda motor dan beberapa liter bahan bakar.
Selama ini jika diperhatikan jam kerja pengojek tidaklah terlalu jelas, dimulai dari jam berapa dan berakhir jam berapa. Namun, sebagian pengojek menyebutkan bahwa ia mulai mangkal sejak pagi petang hingga waktu yang tidak bisa ditentukan. Dan jika siang hari pengojek tersebut pulang untuk makan siang. Karena akan lebih mengurangi pengeluaran.
Biasanya, jika pagi hari pengguna jasa ojek adalah anak sekolah, pekerja kantor, dan ibu-ibu yang ingin pergi ke pasar. Bayarannya pun pariatif tergantung jauh atau dekat tempat yang dituju. Maka tidak salah memang pengojek ini mengambil tempat untuk aksinya (mengojek). Karena banyak pengguna jasa ojek yang lebih memilih menngunakan ojek sebagai alat transportasinya untuk sampai ketempat tujuan, ketimbang harus menaik angkot.
Penghasilan pengojek pun tidak dapat ditentukan. Biasanya Rp.75.000 hingga Rp. 100.000 perhari. Itupun jika sedang ramai, jika sepi mungkin hanya Rp.50.000 hingga Rp.75.000 saja. Dengan penghasilan yang tidak dapat ditentukan itu pengojek harus pintar-pintar membagi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya.
Kebanyakan dari mereka mengojek adalah pekerjaan utama. Maka Ia hidup dengan mengandalkan hasil dari mengojek tersebut. Walaupun terkadang tidak cukup, namun bersyukur adalah cara ampuh untuk selalu merasa cukup.
VI. Kesimpulan
Ojek adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa sepeda motor atau sepeda, namun lebih lazim berupa sepeda motor. Disebut informal karena keberadaannya tidak diakui pemerintah dan tidak ada izin untuk pengoperasiannya. Penumpang biasanya satu orang namun kadang bisa berdua. Dengan harga yang ditentukan dengan tawar menawar dengan sopirnya dahulu setelah itu sang sopir akan mengantar ke tujuan yang diinginkan penumpangnya.
Mengojek adalah salah satu pekerjaan alternatif yang dapet menafkahkan keluarkan, dibanding menganggur dan walaupun pengahasilannya tidak menentu.
Narasumber 1:
Nama : Ahmad Zaelani
Umur : 42 tahun
Alamat Rumah: Poris gaga, Cipondoh-Tangerang
Narasumber 2:
Nama : Hasan Basri
Umur : 38 tahun
Alamat Rumah: Tanah tinggi, Cipondoh-Tangerang
Narasumber 3:
Nama : Cecep
Umur : 45 tahun
Alamat Rumah: Gang robot, Cipondoh-Tangerang
Fitri Qomariah
1113054100034
Kessos 2A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar