Minggu, 11 Mei 2014

Dinara Oktaviana_Tugas6_TOR dan Hasil Laporan Penelitian

PENGARUH PEMBENAHAN SETU BABAKAN JAGAKARSA

TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR

 

       I.            Latar belakang

Salah satu tempat penampung resapan air yang terkenal di Jakarta Selatan khususnya wilayah Srengseng Sawah adalah Setu Babakan. Mengingat Srengseng Sawah kini padat penduduk  dan tanah resapan air berkurang karena berjamurnya perumahan elit, membuat peran Setu Babakan patut diperhitungkan. Selain berperan sebagai resapan air, Setu Babakan juga sebagai kawasan cagar budaya Betawi. Peran Setu Babakan sebagai cagar budaya Betawi membuat banyak pengunjung baik dari dalam maupun luar daerah yang ingin mengenal lebih dekat kebudayaan Betawi. Di Setu Babakan pengunjung dapat melihat macam rumah adat, makanan khas, dan pertunjukan seni yang tentu saja semua bertemakan Betawi. Banyaknya pengunjung membuat pinggiran  Setu Babakan tercemar dan kurang perawatan terhadap fasilitas yang ada disana. Jalanannya pun penuh dengan tanah apabila hujan turun. Setu Babakan memang sudah diresmikan sebagai Cagar Budaya Betawi sejak tahun 2004 tetapi belum ada pembenahan yang besar sehingga agak terbengkalai. Sekitar tahun 2012, Setu Babakan mengalami perubahan yang besar. Jalanan diperbaiki dengan dilapiskan konblok, danau diperluas dan diperdalam dengan cara dikeruk dan perawatan wahana wisata air. Selain itu, pintu masuk Setu Babakan ditambah lagi tetapi belum selesai pengerjaannya, tetap dengan pintu utama Pintu Si Pitung yang terletak di jalan RM. Kahfi II.

 

-          Mengapa penting untuk diteliti

Setu Babakan sebelum dibenahi danau ini belum terorganisir dengan baik, jalan berlubang dan kurang penjagaan sehingga banyak warga yang lewat dengan kendaraan bermotor membuat jalan semakin rusak. Penting untuk diteliti, agar dapat mengetahui setelah adanya pembenahan oleh Pemerintah, Setu Babakan menjadi lebih baik atau tidak.

 

-          Asumsi

Adanya danau buatan selain fungsi utamanya sebagai penampung resapan air, dapat pula dijadikan tempat rekreasi bahkan kunjungan wisata.

 

 

    II.            Teori Sosiologi

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori fakta sosial yang dipelopori oleh Emile Durkheim dalam karyanya The Rule of Sociological Method. Fakta sosial dibagi dua tipe, yaitu material dan non-material. Sedangkan dalam penelitian ini memakai teori fakta sosial material, karena Fakta sosial material dicontohkan Durkheim seperti gaya arsitektur : rumah adat, istana, tempat ibadah , bentuk teknologi: gadget, obat-obatan, satelit, transportasi, hukum perundang-undangan: hukum adat, hukum dagang, hukum pidana perdata.

 

 

 III.            Pertanyaan Penelitian

1)      Bagaimana kondisi Setu Babakan setelah mengalami pembenahan ?

 

 IV.            Metode Lapangan

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif, karena penelitian ini dilaksanakan dengan wawancara mengajukan beberapa pertanyaan dan observasi. Metode kualitatif dipilih karena penelitian ini mengamati fenomena yang tengah terjadi di masyarakat yang tidak dapat diukur dengan angka atau uji statistik.

 

 

    V.            Area Riset

Penelitian dilaksanakan di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan dan mewawancarai beberapa masyarakat diantaranya 3 pelajar dan seorang Bapak yang sedang memancing. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2014.

 

 

 VI.            Pertanyaan Lapangan

1)      Apa yang biasa dilakukan di Setu Babakan ?

2)      Perubahan yang dirasakan setelah Setu Babakan mengalami pembenahan ?

3)      Perlukah penambahan fasilitas ?

 

VII.            Hasil Laporan Penelitian

Setu Babakan masih menjadi pilihan masyarakat untuk dikunjungi, karena tidak dipungut biaya. Masyarakat yang berkunjung mempunyai alasan tersendiri , ada yang hanya sekedar kumpul-kumpul, bejalan-jalan sore, memancing, bersepeda, membeli makanan khas Betawi dan ada juga yang sengaja datang untuk menonton pergelaran kesenian Betawi. Acara Kesenian Betawi biasanya dilaksanakan tiap sabtu dan minggu. Kesenian Betawi seperti lenong , tari cokek, tari topeng, kasidah, marawis, gambus, tanjidor, gambang kromong, dan ondel-ondel yang sering dipentaskan diatas panggung terbuka. Selain menonton kesenian Betawi, ada beberapa masyarakat datang untuk berfoto di depan rumah adat Betawi. Rumah adat Betawi dapat dilihat dari awal pintu masuk Pintu Si Pitung. Setu Babakan juga menjadi pilihan untuk bersepeda, biasanya masyarakat bersepeda mengitari tepian danau.

Setelah diadakan pembenahan, Setu Babakan menjadi lebih luas. Sebelumnya, diseberang danau hanya jalanan tanah yang tidak rata tetapi kini sudah diperbaiki dilapisi konblok dan memudahkan pengunjung yang datang dari sebelah timur untuk masuk ke Setu Babakan. Tidak hanya jalanan yang diperbaiki, ada juga pembangunan dua jembatan gantung sehingga pengunjung dapat menyebrangi danau buatan ini. Fasilitas di Setu Babakan cukup memadai diantaranya ada mushola, toilet, wahana air, panggung pertunjukkan seni, galeri dan jejeran tempat makan. Masyarakat cukup puas dengan tampilan Setu Babakan saat ini, karena kini Setu Babakan terlihat rapi tanpa mengurangi kerindangan dan keasrian pepohonan.

 

Profil Narasumber:

1.      Nama               : Fardhana Binda Alamsyah

Umur               : 15

Pekerjaan         : Pelajar

 

2.      Nama               : Adam Fikri Haidar

Umur               : 15

Pekerjaan         : Pelajar

 

3.      Nama               : Hasti Cahyaningrum

Umur               : 16

Pekerjaan         : Pelajar

 

4.      Nama               : Surahman

Umur               : 30

Pekerjaan         : Karyawan swasta

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini