Nama : Muhammad Ridho Andriansyah
NIM : 1112051000152
Kelas : KPI 5E
TUGAS KE 5
Etika dalam Komunikasi dan Kebudayaan
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Yaitu suatu proses atau kegiatan penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi.
Begitu pentingkah nilai kejujuran dalam masyarakat? Begitu hinakah seseorang jika ia berbohong kepada orang lain? Bukan mahal atau murahnya harga kejujuran, namun sebuah masyarakat tanpa etika sebenarnya adalah masyarakat yang menjelang kehancuran, demikian kata filsuf S. Jack Odell. Dia mengatakan bahwa konsep dan teori dasar etika memberikan kerangka yang dibutuhkan setiap orang untuk melaksanakan kode etik dan moral. Dan prinsip-prinsip etika adalah prasyarat wajib bagi keberadaan sebuah komunitas sosial. Tanpa prinsip etika mustahil manusia bias hidup harmonis dan tanpa ketakutan (Richard. L. Johannesen, 1996, hlm.6).
Banyak kode etik tampil sebagai ide yang berbeda-beda karena mereka berasal dari kebudayaan yang berbeda pula. Dengan memberikan prioritas perhatian pada perbedaan etika maka kita akan mengetahui apa yang patut dan tidak patut dilakukan, dalam kebudayaan kita maupun terhadap orang lain. Beberapa aturan mungkin mengandung ambiguitas, misalnya perkelahian tidak diperkenankan, namun di lain konteks hal itu dimungkinkan. Atau menatap orang lain yang lebih tua umurnya diperkenankan menurut satu budaya, namun dalam kebudayaan lain merupakan hal tabu. Inilah bentuk konflik etika. Jadi, isu etika dalam komunikasi antarbudaya mengajarkan berbagai jawaban atas pertanyaan bagaimana menerapkan dan menumbuhkan isu-isu pengetahuan etika antarbudaya.
Semua masyarakat di dunia memiliki kebudayaan, salah satu komponen kebudayaan adalah nilai. Nilai merupakan suatu referensi atau rujukan yang dipegang sebagai pedoman tingkah laku setiap anggota masyarakat atau kelompok budaya tertentu. Jack Odell berkata, etika memberikan kerangka yang dibutuhkan setiap orang untuk melaksanakan kode etik dan moral.
Kemudian etika komunikasi tampak jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Tetapi dari suatu kepentingan dengan cara apapun juga kebenaran yang dimaksud sesungguhnya hanya dimanfaatkan untuk mengejar kepentingan itu. Kebenaran disederhankan menjadi semacam kepercayaan yang dianggap masuk akal dalam batas-batas pengetahuan atau cara berpikir tertentu. Untuk dapat berkomunikasi secara efektif setiap orang dalam sebuah masyarakat bersistem diandaikan mempunyai kebebasan untuk menafsir dan mempunyai orientasi nilai kebudayaan yang kurang lebih sama.
Fungsi komunikasi yang lain ialah mendistributsikan dan mengontrol. Control dilakukan dengan cara menghasilakna sebuah aturan main yang membatasi pilihan-pilhan pola bahasa dan perilaku yang tersedia bagi konsumen. Berdasarkan norma-norma komunikasi yang sudah dilakukan seseorang diharuskan untuk bertindak atau berbicara secara tertentu pula. Mereka yang melanggarnya akan dihakimi sebagai yang tidak efektif atau dicap komunikator yang tidak sopan. Control dilaksanakan juga dengan cara menentukan berita, peristiwa atau nilai-nilai mana yang layak disampaikan dan direncanakan untuk disampaikan selanjutnya.
Komunikasi dan media komunikasi yang sesungguhnya adalah cerminan dari masyarakat miliknya dapat bermuka dua. Dari satu muka komunikasi dan media komunikasi dapat menjadi pendukung status quo. Dari muka yang lain, komunikasi dan media komunikasi justru menyatakan kekuatan dahsyat untuk mengubah. Komunikasi dan media komunikasi dapat berfungsi sebagai penyampaian berita, tetapi juga mampu sebagai pengarah bagaimana sebuah berita seharusnya diterima.
Dalam arti tertentu bahasa, adat, dan agama memang merupakan produk social akal budi dari sebuah komunitas. Akal budi seseorang dianggap tak akan berkembang secara manusiawi dan berbuah secara social kalau tak hidup dalam produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas itu, meskipun produk yang dimaksud juga hanya produk kebudayaan yang simbolik dan metaforis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar