APLIKASI FILSAFAT DALAM KOMUNIKASI
Komunikasi memiliki cakupan yang amat sangat penting, karena ilmu komunikasi ini merupakan ilmu yang amat luas, apabila kita menelisik terutama dai persfektif filsafat ilmu, dan bukan hanya sebagai komunikasi dari pengertian harfiahnya saja.
Ketika kita berkkomunikasi, maka jangan pernah menelan mentah mentah informasi atau pesan yang disampaikan pihak komunikator karena itu amat berbahaya, maka yang teramat penting adalah kita perlu mempertanyakan aspek ontologis, epistimologis dan aksiologis atas konten atau konteks pesan yang disampaikan oleh komunikator.dan ini diperlukan agar tercipta sebuah alur komunikasi yang kritis dan membangun. Berfikir filosofis berarti kita berfoikir analisis kritis dalam menangkap suatu fenomena dan pesan yang disampaikan.
Awalnya memang, komunikasi itu merupakan bagian dari pergelutan filosofis saja, dan pergelutan filosofos ialah pemikiran yang mencoba untuk mencari dan merumuskan hakikat segala sesuatu. Komunikasi juga adalah bagian dari kajian filosofis sehingga pada akhirnya berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu. Tetapi bukan berarti sejak itu pula ilmu komunikasi tidak memerlukan lagi peran filsafat didalam penerapannya dan merealisasikannya.karena menerapkan pemikiran filosofis dalam praktek komunikasi sebuah bentuk implementasi filsafat dalam ilmu komunikasi itu sendiri
Lalu, apabila ilmu komunikasi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari penyampaian pesan antar manusia dapat di artikan bahwa filsafat ilmu komunikasi ingin mencoba atau mengkaji ilmu komunikasi dari segi cirri-ciri , cara perolehan dan cara pemanfaatannya.
Sejauh ini ilmu komunikasi mempunya sejumlah deretan ilmu praktika, seperti hubungan masyarakat, periklanan, dan jurnalistik. Ilmu ilmu tersebu merupakan anak cabang dari ilmu kmunikasiyang dihasilkan melalui penghayatan dan pengamalan nilai nilai filsafat didalamnya. Sehingga komunikasi dapat menjadi imu yang memiliki metode, system dan berlaku universal (umum). Misalnya jika ilmu komunikasi itu juga mempelajari penyampaian pesan kepada makhluk selain manusia, bagaimanakah agar pesan kehumasan yang di tujukan kepada tumbuhasn dan bebatuan yang tercemar limbah perusahaan sehingga memberikan respon positif mereka ? dengan kata lain, penyampaian pesan kepada makhluk selain manusia akan mencederai kriteria objek keilmuannya.
Memahami dan Mempelajari ilmu komunikasi secara keseluruhan,secara mendalam dan spekulatif, berarti memahami dan mempelajari filsafat komunikasi. Karena sifatnya yang luas itulah maka mengkaji filsafat komunikasi sebagai langkah penelusuran akar ilmu komunikasi membutuhkan referensi dalam berbagai varian dan jenisnya menurut ruang lingkup akar komunikasi itu sendiri. Ketersediaan buku-buku referensi tentang akar-akar ilmu komunikasi adalah hal yang mesti.
Secara filosofis dan teoritis, misalnya, untuk mendalami psikologi sebagai akar ilmu komunikasi, maka penelaahan tentang perspektif-perspektif psikologi dan psikologi sosial misalnya, harus didukung oleh sejumlah hasil penelitian lapangan dan uji teoritis secara keilmuan.
Kunci dari akurasi sebuah berita adalah fakta dari peristiwa. Seorang jurnalis harus membawa muatan fakta pada setiap pelaporan berita. Tiap pesan menjadi netral dari kemungkinan buruk penafsiran subyektif yang tidak berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Chamley (1965) mengungkapkan kunci standarisasi bahasa penulisan yang memakai pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurasi, seimbang, obyektif, jelas, singkat serta mengandung waktu kekinian. Secara epistemologis, cara-cara memperoleh fakta ilmiah yang menjadi landasan filosofis sebuah berita yang akan ditampilkan berdasarkan perencanaan yang matang, sistemis, dan logis.
Pada aspek ontologis, kita dapat mengambil contoh real berupa kajian berita infotainment di ruang publik. Maka, pertanyaan yang paling mendasar ialah mengenai keberadaan jati diri infotaiment itu sendiri. Fenomena infotainment pernah berkembang di abad ke-19 dengan konten berita kriminalitas yang sensasional, skandal seks, dan pemujaan selebritis Amerika Serikat seperti Alexander Hamilton dan Thomas Jeferson yang berhasil populer, hasil dari elaborasi antara fakta dan desas-desus. Jurnalisme semacam ini, dinamai oleh akademisi komunikasi sebagai jurnalisme kuning.
Di Indonesia pun, jurnalisme kuning mencuat ketika masa Harmoko sebagai Menteri Penerangan. Banyak surat kabar kuning beredar secara massif diiringi dengan antusiasme masyarakat. Pasca orde baru, di mana kebebasan pers dibuka seluas-luasnya, TV nasional berlomba-lomba menayangkan berita infotainment.
Fenomena ini, akan terus berkembang di Indonesia dan tidak dapat dihindarkan dalam dunia jurnalisme. Karena realitasnya, acara semacam ini mendapatkan rating yang tinggi dan diminati oleh masyarakat.
Kajian ontologism, memberikan kita wawasan dan daya analisis agar kita bisa lebih bijak menyikapi fenomena-fenomena komunikasi dewasa ini.
Secara aksiologis, kegunaan infotainment dititikberatkan pada hiburan yang menarik audience dengan menyajikan tontonan yang enak dilihat saja sebagai sebuah strategi bisnis di dunia jurnalistik. Hal ini akan berdampak pada menundanya selera dan harapan sejumlah orang terhadap sesuatu yang lain.
Ada kemerosotan nilai rtika dalam prakteknya. Dimana media telah gagal menyaingkan antara nilai berita dan hiburan. Beberapa kode etik jurnalistik pun dilanggar demi mengejar keuntungan atau profit dan rating saja. Pada diliranya akan terbentuk audience yang dangkal karena terbangun atas tampilan saja bukan substansi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar