PERJUANGAN HIDUP, KOMITMEN, DAN PANTANG MENYERAH
KISAH SOSIOLOGI INDIVIDU PEMBAWA PERUBAHAN
FROM TRASH TO TREASURE:
KOMITMEN UNTUK MENGGERAKKAN MASYARAKAT DALAM
MENGUBAH SAMPAH MENJADI BERKAH
OLEH EDY FAJAR PRASETYO MELALUI EBIBAG
MARTINI (11150510000009) KPI A
MUHAMMAD IRFAN (11150510000047) JURNALISTIK A
MUHAMMAD RIDWAN NAWAWI (11150510000230) JURNALISTIK B
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kita taufik dan hidayahNya sehingga tugas lapangan untuk mata kuliah Sosiologi dengan tema Kisah Sosiologi Individu Pembawa Perubahan ini dapat terselesaikan.
Terima kasih atas segala bantuan dan partisipasi dari orang-orang terkait, Pak Tantan sebagai dosen pembimbing mata kuliah Sosiologi, serta Edy Fajar Prasetyo sebagai narasumber sekaligus inspirator bagi kami.
Sebagai peneliti pemula, kami menyadari bahwa terdapat berbagai kekurangan dari laporan penelitian lapangan ini. Atas dasar tersebut kami memohon maaf dan meminta kritik serta saran demi kebaikan untuk kami selanjutnya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ciputat, 4 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sosiologi adalah cabang ilmu di mana masyarakat sebagai objek pengamatannya. Sosiologi pada dasarnya terdiri dari tiga peran besar, yaitu mengkaji secara sistematis perilaku manusia di dalam kelompoknya, memeriksa pengaruh sikap dan tingkah laku manusia dalam hubungan sosial, serta mempelajari bagaimana masyarakat melembaga dan berubah.
Dari poin-poin tersebut, untuk mengkaji lebih lanjut peran meneliti dan mengaplikasikan Ilmu Sosiologi oleh mahasiswa,bisa dilakukan kegiatan penelitian dengan metode riset, yaitu mengumpulkan dan menafsirkan informasi secara sistematis untuk menjawab pertanyaan peneliti.
Pada mata kuliah Sosiologi kali ini, terdapat tugas lapangan untuk meneliti beberapa tema, salah satunya yaitu Perjuangan Hidup, Komitmen dan Pantang Menyerah –Kisah Sosiologi Individu Pembawa Perubahan. Dalam tema besar kali ini kami mengangkat tema kecil yaitu From Trash to Treasure –Komitmen untuk Menggerakkan Masyarakat dalam Mengubah Sampah Menjadi Berkah oleh Edy Fajar Prasetyo Melalui Ebibag.
Dengan diambilnya tema ini, diharapkan dapat menginspirasi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya, bahwa sampah bisa berdampak positif bagi lingkungan fisik dan tentu juga bisa menjadi berkah untuk lingkungan sosial.
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan tema yang dipilih, dapat diambil beberapa pertanyaan pokok sebagai berikut.
1. Bagaimana latar belakang didirikannya Ebibag oleh Edy Fajar Prasetyo?
2. Apa saja program-program dan hasil yang telah diperoleh Edy Fajar Prasetyo dari usaha Ebibag tersebut?
3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap perubahan yang digalang oleh Edy Fajar Prasetyo melalui Ebibag?
4. Bagaimana perkembangan usaha Ebibag ke depannya?
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode wawancara, sehingga lebih tepat jika menggunakan metode deskriptif kualitatif.Metode deskriptif kualitatif ini menjelaskan secara naratif tentang data yang bukan berupa data numerik yang didapat dari sebuah penelitian. Hasil dari data tersebut diverifikasi dan ditarik kesimpulan sehingga dapat dijadikan sebagai sebuah laporan.
D. TINJAUAN TEORITIS
Pada penelitian kali ini, teori yang menjadi landasan adalah teori Karl Marx tentang kelas sosial yang ada dalam masyarakat. Hal ini disebabkan narasumber kami adalah orang yang terjun langsung di tengah-tengah masyarakat di berbagai kelas kasta untuk menjalankan aksi usahanya agar tercipta suatu tujuan bersama dari kelas-kelas masyarakat tersebut.
Teori Karl Marx sendiri menjelaskan bahwasanya manusia pada dasarnya produktif. Untuk bertahan hidup manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam. Dengan bekerja seperti itu mereka menghasilkan pakaian, makanan, perumahan, dan kebutuhan lain yang memungkinkan mereka hidup. Produktivitas mereka bersifat alamiah, yang memungkinkan mereka mewujudkan dorongan kreatif mendasar yang mereka miliki. Dorongan ini diwujudkan bersama-sama dengan orang lain. Dengan kata lain manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Mereka perlu bekerja sama untuk menghasilkan segala sesuatu yang mereka perlukan untuk hidup. Dari sinilah kami menemukan sosok narasumber yang tepat, yaitu Edy Fajar Prasetyo.
BAB II
GAMBARAN UMUM SUBYEK
A. PROFIL UMUM SUBYEK
Ketika mata kuliah Sosiologi menugaskan mahasiswanya untuk tugas lapangan meneliti lingkungan sosial, saya –Martini—lantas membuka media sosial dan melihat status baru dari salah satu orang inspiratif yang saya kenal beberapa waktu yang lalu. Dialah Edy Fajar Prasetyo, founder Eco Business Indonesia.
Edy adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Agrobisnis 2011. Pemuda kelahiran Jakarta, 17 September 1992 ini beralamat di Jalan Bulak Perwira gang Swadaya 1 RT 04 RW 24, Bekasi Utara. Selain itu ia juga mahasiswa D3 Kahfi BBC Motivator School angkatan XVI.
Edy aktif di beberapa organisasi internal dan eksternal kampus, salah satunya yaitu pernah menjabat sebagai Ketua Departemen Sosial dan Wirausaha di Dewan Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Prestasi Edy tak hanya di regional Banten saja, namun juga telah merambah ke tingkat nasional bahkan internasional.
Hal yang akan kami kaji dari hadirnya Edy sebagai narasumber kami adalah posisinya sebagai founder Eco Business Indonesia (Ebibag) yang bertempat di Ciputat, Tangerang Selatan. Kajian kali ini meliputi latar belakang didirikannya Ebibag, proses perjalanan Ebibag dari didirikan hingga saat ini, serta prestasi dan keberhasilan Ebibag dalam menghimpun masyarakat agar peduli terhadap lingkungan melalui program-programnya.
B. LOKASI KAJIAN
Kajian kali ini menggunakan metode wawancara, lebih jauh kami menggunakan wawancara langsung face to face dengan narasumber. Awalnya memang akan lebih baik jika kami turun langsung mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilangsungkan oleh Ebibag, namun karena keterbatasan waktu oleh narasumber sehingga membuat wawancara hanya bisa dilangsungkan di Hosen's Culinary, Ciputat, Tangerang Selatan.
BAB III
ANALISIS HASIL
A. LATAR BELAKANG PEMBUATAN EBIBAG
Edy Fajar Prasetyo adalah orang yang berjiwa sosial dan bisnis sejak kecil, terbukti bahwa ia telah mulai berjualan semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Produk yang dijual mulai dari kopi, nasi uduk, dll. Hal ini juga merupakan bawaan dari lingkungan intinya karena orang tuanya juga adalah seorang wirausahawan. Selain itu, Edy juga terinspirasi dari sang guru yaitu Ibu Aryanti yang mendirikan Komunitas Anak Cinta Lingkungan atau Kancil.
Jika latar belakangnya demikian, maka sebagai seorang penerima beasiswa Bidikmisi, tak salah jika Edy aktif berorganisasi dan selalu menjabat sebagai Ketua Departemen Sosial dan Kewirausahaan. Jiwa entrepreneur ini masih diteruskannya ketika kuliah melalui berjualan tahu gledek, namun sayang dunia kampus tak terlalu mendukung sehingga membuat usaha kali ini harus ditutup.
Dalam masa perkuliahannya, Edy pernah mengikuti suatu perlombaan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia (BI) yaitu Bank Indonesia Green Entrepreneur 2012. Kemenangan pada perlombaan tersebut menginspirasi Edy untuk membuat suatu usaha yang bergerak di bidang lingkungan hidup, karena seperti yang semua orang tahu, lingkungan fisik di Indonesia sekarang sangat memprihatinkan. Apalagi ketika itu lingkungan kampus UIN memang ada permasalahan sampah, disebabkan para pedagang yang berderet di sekitar kampus menghasilkan berpuluh-puluh kilo sampah plastik di setiap harinya.
Untuk merealisasikan gagasannya tersebut, Edy belajar ke berbagai tempat, salah satunya yaitu ke Bank Sampah yang ada di Jakarta Utara. Edy juga rajin mengikuti pelatihan dan pembinaan sehingga ide tersebut dapat diwujudkan pada 2013. Pada tahun tersebut Edy mendirikan usaha yang dinamakan Eco Business Indonesia atau Ebibag.
Ebibag jika dilihat dari filosofis namanya mengandung tiga bagian. E yang mewakili nama foundernya yaitu Edy, Bi yang mewakili Bank Indonesia sebagai titik awal terjunnya Edy di dunia Green Entrepreneur, dan Bag yang mewakili salah satu produk Ebibag yaitu tas.
Dalam rencananya, usaha ini akan melibatkan kreativitas ibu-ibu di suatu daerah, target pertama adalah daerah Ciledug. Namun karena kurangnya koordinasi membuat partisipasi oleh target sangat kurang, hanya ada dua ibu-ibu yang ikut dalam pelatihan usaha tersebut.Berangkat dari keadaan tersebut, usaha Ebibag dipindahkan ke Ciputat sehingga menjadi lebih strategis dan menarik banyak ibu-ibu untuk ikut bergabung. Hingga kini telah ada puluhan ibu-ibu yang menjadi anggota Ebibag.
Perlahan Ebibag mengembangkan usahanya. Berkat pretasi dari Edy yang sering diliput media, nama Ebibag mulai dikenal hingga sering diminta untuk mengisi pelatihan-pelatihan di masyarakat, dan mengisi seminar serta workshop di kampus-kampus.
B. PERKEMBANGAN EBIBAG
Sebelum membahas hal ini lebih jauh, perlu diketahui bahwa Ebibag memiliki lima program yaitu Yuk Darling (Yuk Sadar Lingkungan) yang fokus dalam program edukasi lingkungan berupa sosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat berbagai usia. Proses edukasi ini dilakukan dengan menggelar berbagai aktivitas mulai dari diskusi, seminar, green campaign, exhibition, workshop, dan kampanye.Program selanjutnya ada CLBK (Cerdas Luar Biasa Kreatif) yang berupa pembinaan khusus untuk masyarakat binaan EBI, dengan pendekatan yang berorientasi pada terwujudnya masyarakat yang cerdas, luar biasa dan kreatif.
Lalu ada program Petaka (Pemberdayaan Tenaga Kreatif) yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat untuk memiliki keahlian atau soft skill dengan memberikan pelatihan atau coachingpembuatan berbagai prakarya kerajinan tangan atau handycraft. Selanjutnya ada Polemik (Produk Olahan EBI Menarik) yang membuat berbagai produk kerajinan tangan kreasi dalam negeri asli karya tangan terampil para pengrajin mandiri Indonesia. Yang terakhir yaitu Selundup (Sedekah Lingkungan Hidup) di mana EBI mengajak partisipan masyarakat untuk berperan serta dalam mejaga kelestarian lingkungan hidup dengan cara mendonasikan sampah plastiknya sebagai penunjang program Ebibag. Satu lagi yang cukup sering dilaksanakan adalah GPS (Gerakan Pungut Sampah) yang terbuka bagi siapa saja partisipan yang mau bergabung ketika program ini dijalankan.
Jika dilihat sejauh ini, program-program Ebibag memang lebih mengarah pada lingkungan fisik, terutama perihal tentang sampah. Padahal jika diamati lebih jauh, Ebibag justru sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan sosial, bahkan dalam Asean LeaderPreneur Conference (ALC) 2015 di Malaysia kemarin Edy meraih predikat ke 3 dalam kategori sosial. Program Ebibag hanya saja lebih fokus pada pemberdayaan ibu-ibu dan anak-anak dikarenakan peran mereka dalam keluarga lebih minim (dalam hal mencari nafkah) sehingga perlu diberdayakan melalui beberapa kegiatan positif, misalnya mengolah sampah menjadi produk bernilai jual.
Dalam Ilmu Ekonomi, tentu akan ada pembahasan tentang modal awal dalam menjalankan bisnis. Modal yang diperlukan Edy saat pertama kali merintis Ebibag hanya Rp 500.000,- yang diperuntukkan sebagai upah bagi para pengrajin saat itu. Hal ini dikarenakan sampah plastik yang menjadi bahan baku utamanya bisa didapat secara gratis dari masyarakat maupun mendapat suplai dari bank sampah yang ada di Depok dan Bogor, atau juga membeli dari para pedagang seharga Rp 10,- per satu sampah plastik. Omzet per bulan memang masih fluktuatif dari sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta, karena produknya hanya dibanderol sekitar Rp 50.000,- hingga Rp 300.000,- saja. Namun pemasukan yang lebih besar justru datang dari kegiatan pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Ebibag, yatu 60:40.
Produk-produk Ebibag berupa tas, dompet, alas makan,soft case, bando, gantungan kunci, pin, suvenir, dll. Pemasaran produk ini memang mengalami kendala di awal-awal terbentuknya, namun sekarang telah mengetahui pola pemasaran sehingga tak hanya beredar di Indonesia, bahkan telah sampai ke Malaysia, Korea, Pakistan, Perancis, bahkan Belgia. Pemasaran produk ini dilakukan secara offline dan online melalui media sosial seperti Instagram dan Twitter dengan akun @Ebibag dan melalui website www.menebarmanfaat.com.
Tak puas hanya dengan pemasaran, Edy juga bersama-sama dengan entrepreneur muda di berbagai daerah di Indonesia menulis sebuah buku yang diberi judul Kami Berani Beda, yang diterbitkan oleh Dompet Dhuafa pada 2015. Dalam buku tersebut, Edy menuangkan segala pandangan serta pengalamannya bersama Ebibag dalam menangani masalah sampah. Sampah bagi Edy mempunyai makna Selalu Akan Mudah Pabila Ada Harapan.
Secara garis besar, terjunnya Edy ke dalam masyarakat untuk menanggulangi masalah sampah diterima secara terbuka bahkan didukung penuh oleh masyarakat, teman-temannya, bahkan hingga pemerintah daerah turut pula memberinya penghargaan atas pengabdiannya di lingkungan hidup dan di masyarakat.
C. PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP EBIBAG
Kehadiran Ebibag dan program-programnya ini menyadarkan masyarakat bahwa sampah bisa disulap menjadi berkah karena masih bernilai ekonomis serta estetika. Hal ini mendorong masyarakat untuk turut mendaur ulang sampah-sampah rumah tangga demi terciptanya lingkungan yang bersih sebagai aset masa depan.
Salah satu orang yang pernah menemani perjalanan Edy selama menjalankan progra-program Ebibag –meski tidak terjun langsung dalam programnya-- adalah Dhiva Putra Pratama, mahasiswa Fakultas Psikologi 2012 yang juga mahasiswa D3 Kahfi BBC Motivator School angkatan XVI. Menurutnya, Edy adalah sosok yang inspiratif dan rendah hati. Seperti yang diketahui, Edy adalah sosok yang memiliki jam terbang tinggi dan sering diliput media, namun jika tengah berkumpul dan bersosialisasi bersama teman-temannya, Edy menjadi sosok yang humoris namun turut memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk teman-temannya.
Selan Dhiva, orang yang pernah bersama Edy dalam salah satu event kewirausahaan adalah Halim Pratama, Ketua Umum HMI Komisariat Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Cabang Ciputat. Menurut Tama, Edy adalah sosok yang cerdas menangkap peluang yang kadang luput dari perhatian orang lain. Sampah adalah hal yang sepele dan umum dijumpai, namun dari sudut pandang yang berbeda, Edy melihat sampah adalah berkah bagi masyarakat, sehingga dengan kreativitasnya tersebut, kini Edy dijuluki sebagai Jawara Plastik dari Kampus Ciputat –Headline salah satu Edisi Majalah Detik--.
Jika dua orang di atas adalah orang-orang di lingkungan Edy yang berstatus sebagai teman, maka ada satu narasumber lagi yang merupakan anggota dari Ebibag. Sebut saja Ibu Elly,yangmenyebutkan bahwa Edy sebagai anak muda yang sangat menginspirasi dia dan ibu-ibu lainnya untuk turut melestarikan lingkungan sekaligus mengasah kreativitas, sehingga mereka sebagai ibu rumah tangga tak hanya berdiam diri di rumah saja.
Manfaat lain yang dirasakan Ibu Elly yaitu meningkatnya keadaan ekonomi keluarganya karena daur ulang sampah yang merupakan salah satu program dari Ebibag ini tanpa modal alias gratis. Keuntungan dari penjualan produk Ebibag yang berupa kerajinan-kerajinan tersebut 30% diberikan untuknya. Selain itu, pengalaman lain yang tak akan terlupakan bagi Ibu Elly dan ibu-ibu lainnya adalah diliput oleh media cetak, bahkan beberapa waktu lalu salah satu stasiun televisi swasta yang mempunyai program Merajut Asa meliput aktivitas mereka. Menurut rencananya, program ini akan tayang pada Jumat, 6 November 2015.
D. EBIBAG KE DEPANNYA
Kiprah Ebibag memang telah dikenal masyarakat luas, terutama untuk regional Banten sendiri. Namun jiwa sosial Edy masih belum puas hanya dengan menyulap sampah menjadi berkah untuk masyarakat. Edy masih mencari peluang usaha lain yang tetap berguna bagi perubahan masyarakat ke depannya.
Atas dasar pemikiran tersebut, kini Edy mulai mengembangkan usaha Ebibag ini dengan membuka Serambi; Sekolah Teras Membaca Ebi yang akan diresmikan pada 22 November 2015 mendatang. Sekolah ini diperuntukkan bagi anak-anak, dan tentu saja target utamanya adalah anak-anak kurang mampu, karena sekolah ini tanpa biaya berupa uang. Anak-anak bisa melakukan pembayaran hanya dengan mengumpulkan sampah-sampah plastik rumah tangga dari orang tua mereka untuk turut mengembangkan Ebibag kedepannya.
Ebibag juga merencanakan untuk membuka beberapa cabang lagi karena permintaan masyarakat di beberapa daerah di luar jangkauan Ebibag saat ini, terutama untuk daerah Bekasi yang merupakan rumah dari foundernya sendiri yaitu Edy. Selain membuka beberapa cabang, Ebibag juga berencana untuk membuat Bank Sampah agar permasalahan sampah di Indonesia dapat diminimalisir dengan upcycle melalui Ebibag ini.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ebibag adalah suatu wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan kreativitas berupa pengolahan kembali sampah menjadi bentuk yang berbeda atau upcyclesehingga mempunyai nilai ekonomis sekaligus turut andil dalam memperbaiki masalah sampah di lingkungan. Ebibag beranggotakan ibu-ibu dari masyarakat sekitar –Ciputat—yang sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan mereka mendapat feedback positif berupa uang dan pengalaman-pengalaman baru seperti mengisi pelatihan-pelatihan di berbagai forum hingga diliput oleh media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar