Rabu, 15 Juni 2016

FITRI,WIWI_LAPORAN PENELITIAN METODE HAFALAN ALQURAN BAGI SANTRI PONDOK PESANTREN FATHAN MUBINA_TUGAS AKHIR

Nama       : Fitri Lutfiana                  11140530000062
                  Wiwi Wihdatul Aliah      11140530000054
Mata Kuliah   : Metodologi Penelitian Dakwah
Jurusan           : Manajemen Dakwah 4 B

BAB I
PENDAHULUAN
I.     Pentingnya Isu yang Diteliti
Dalam menghafal Al-Qur'an tentu memiliki banyak pengaruh, baik dalam segi psikologi maupun keaktifan pada masing-masing individu para santri. Oleh sebab itu, pentingnya meneliti metode hafalan Al-Qur'an terhadap santri di Pondok Pesantren Fathan Mubina adalah agar mengetahui perbedaan metode yang diterapkan di pondok ini dengan pondok yang lainnya. Apakah memiliki kelebihan yang sekiranya baik untuk penerus umat Islam. Selain itu, untuk mengetahui seperti apa dan bagaimana pengaruh metode hafalan Al-Qur'an terhadap santri di Pondok Pesantren Fathan Mubina. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Al-Qur'an biasa didefinisakan sebagai firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai dengan redaksi-Nya kepada Nabi Muhammad Saw dan diterima oleh umat Islam secara mutawattir dan dijadikan sebagai pedoman hidup.[1]

Sejak Al-Qur'an diturunkan sampai sekarang, terjadi banyak peristiwa besar, bencana yang mencemaskan, peperangan dan permusuhan antar umat manusia. Al-Qur'an juga melewati suatu masa dimana umat Islam sendiri seringkali terjadi bentrok. Namun bagaimanapun yang telah terjadi, Al-Qur'an tetap utuh seperti saat awal diturunkan karena keaslian dan kemurnian Al-Qur'an selalu dijaga oleh Allah Swt hingga hari akhir nanti. Sebagaimana dalam Firman Allah Swt yang artinya: "Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya kami telah memeliharanya" (Qs. Al-Hijr:9). [2]
Ayat ini menunjukan bahwa Allah akan selalu dan senantiasa menjaga kemurnian Al-Qur'an baik setiap kalimatnya, setiap ayatnya ataupun setiap hurufnya serta segala isi yang terkandung didalamnya. Karenanya umat Islam memiliki tanggung jawab serta diwajibkan untuk menaruh perhatian terhadap Al-Qur'an dalam menjaga kemurnian dan keasliannya dari tangan-tangan jahil musuh Islam yang tak pernah lelah dan berhenti untuk berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat Al-Qur'an. Usaha yang dilakukan bisa dengan cara membacannya, menghafalnya, mengamalkan maupun menafsirkannya. Allah dan Rosul-Nya telah menjanjikan bagi para umat yang melestarikan kitab-Nya yaitu berupa pahala dinaikkan derajatnya dan diberi kemenangan diakhirat.
Menghafal A-Qur'an merupakan pekerjaan yang cenderung sulit dari pada membaca dan memahaminya. Hal ini terjadi karena selain memiliki lembaran yang sangat banyak, Al-Qur'an memiliki nuansa bahasa yang relatif sulit untuk difahami dan memiliki banyak ayat-ayat yang mirip. Menghafalkan Al-Qur'an prosesnya yang membutuhkan waktu lama, ketekunan dan kesungguhan sangat diperlukan sekali usaha keras, ingatan yang kuat serta minat dan motivasi yang besar yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang. Sehingga tidak jarang banyak sekali para santri yang berhenti di tengah jalan sebelum menyelesaikan hafalan sebanyak 30 juz. Hal tersebut dikarenakan lemahnya tekad, kurangnya motivasi dari dalam diri dan dari orang terdekat, dan yang paling pokok menjadi problematika santri dalam menghafal Al-Qur'an biasanya yaitu malas dalam melakukan Muraja'ah yaitu mengulang kembali ayat-ayat yang telah dihafal sehingga beban dalam menjaga hafalan terasa berat sekali karena terlalu banyak yang telah lupa hingga akhirnya berhenti menjadi pilihan bagi mereka yang merasa sudah tidak mampu lagi.
Oleh karena itu dalam mencapai tujuan untuk menghafalkan Al-Qur'an 30 juz dalam jangka waktu tertentu dalam prosesnya membutuhkan motivator yang sekaligus sebagai pembimbing, serta metode yang pas dan untuk membantu calon hafidzoh dalam menyelesaikan hafalannya sangat diperlukan adanya bimbingan dan pembinaan secara terus menerus untuk mengontrol sejauh mana tngkat hafal yang telahh dicapai oleh santri. Pembinaan terhadap calon hafidzoh biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan agama yang mengkhususkan diri dalam bidang Al-Qur'an dan juga Pondok Pesantren. Salah satu Pondok Pesantren yang telah menyelenggarakan program tahfidzul Qur'an diantaranya yaitu Pondok Pesantren Fathan Mubina yang terletak di Ciawi Bogor.
Pondok Pesantren Fathan Mubina merupakan salah satu pondok yang memberikan suatu perhatian yang lebih kepada para santrinya dalam menghafalkan Al-Qur'an. Metode pembelajaran Pondok Pesantren Fathan Mubina pun sangat beragam, baik tradisional maupun  kombinatif. Salah  satu contohnya yakni metode hafalan. Salah  satunya  adalah  program  Tahfidz Al-Quran.  Adapun tujuannya yaitu  guna  mendidik  santri untuk  lebih mencintai Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam. Target minimal hafalan  santri Fathan Mubina 2 juz setiap tahunnya, dan kegiatan  ini juga sebagai bekal santri untuk berdakwah dan  mengamalkan  ilmunya.
Metode  hafalan  ini dipertahankan dengan alasan  bahwa orang-orang yang hafal  adalah argument atas orang-orang yang tidak hafal (Al-Huffadh hujjah 'ala man la yahfadh). Dalam  kenyataannya seperti halnya pengalaman para santri pesantren yang  rata-rata menumpuk hafalan dalam belajarnya, terutama hafalan Al-Quran memang  memberi kesan  yang  kuat  pada memorinya. Akan  tetapi, praktek  hafalan di Pesantren meniadakan aspek-aspek pemahaman kognitif-rasional dan pengembangan wawasan. Maka, diperlukan adanya perimbangan (balancing) antara aspek efektif (hafalan) dan kognitif (pemahaman rasional) dalam proses pengajaran Ilmu Al-Quran. Tidak dipungkiri juga dalam sebuah pondok pesantren FATHAN MUBINA, menggunakan pendidikan yang modern, tanpa menghilangkan unsur tradisional yang  ada sebelumya.  Metode hafalanpun masih tetap dilestarikan yang mana metode ini sangat membawa pengaruh yang beragam dari para santrinya. Di Pondok ini tidak memiliki banyak kegiatan seperti pesantren Qur'an lainnya, disini lebih memfokuskan pada kegiatan hafalan Qur'annya saja dengan beberapa macam metode. Hal ini diharapkan agar para santri lebih fokus dan lebih giat lagi dalam menghafalkan Al-Qur'an. Dengan melihat kenyataan yang ada maka penulis merasa tertarik untuk mengambil judul:  Metode Hafalan Al-Qur'an terhadap Santri di Pondok Pesantren Fathan Mubina.
Kajian teoritis
Secara bahasa kata Al-Qur'an, M.Hasbi menjelaskan bahwa mashdar dari قرأ – يقرأ yang artinya baca'an atau yang dibaca, sebagaimana firman Allah yang artinya:
"apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu".
Sedangkan secara istilah, Al-Qur'an  adalah  kalam  Allah yang tiada tandingannya (mu'jizat) diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, penutup para nabi dan rasul, dengan perantara'an malaikat Jibril AS, ditulis dalam  mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dengan  surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah an-Nas. Definisi tersebut telah disepakati oleh para Ulama dan Ahli ushul.
Suatu usaha daam memurnikan keotentikan Al-Qur'an adalah usaha yang sangat mulia. Usaha ini sudah ada sejak perjalanan awal agama Islam pada zaman Rasulullah Saw masih hidup diteruskan pada zaman sahabat, tabi'in, tabi'it-tabi'in dan sampai pada sa'at sekarang ini masih berlangsung dengan baik. Keotentikan  Al-Qur'an ini sangat terjamin, karena Allah SWT sendiri yang akan menjaganya secara langsung, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Hijr ayat 9 yang artinya:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya".
Seseorang  yang  paling  baik menurut Rasulullah saw adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an, sebagaimana sabdanya:
"Sebaik-baik kamu yaitu orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya".
Dari Abu Hurairah RA. Berkata : Rasulullah SAW berkata : Pelajarilah olehmu akan Al-Qur'an dan bacalah olehmu Al- Qur'an dan tidur dia. Maka seseungguhnya itulah perumpamaan Al-Qur'an dan perumpamaan orang yang mempelajari Al-Qur'an maka bangunlah dia dari tidurnya dengan membaca Al-Qur'an, yaitu seperti perumpamaan kantong yang terisi minyak wangi yang tersebar baunya disetiap tempat dan perumpamaan orang yang belajar Al-Qur'an maka tidur dia dan dia didalam dada seperti perumpamaan kantong-kantong yang ditutupi atas minyak wangi."
Berdasarkan hadist Rasulullah Saw di atas itu menunjuk'kan betapa mulianya bagi mereka yang belajar Al-Qur'an dan membawanya. Sehingga menghafalkan Al-Qur'an itu sendiri mempunyai kedudukan yang paling mulia dan terpuji, sampai pada finalnya sebagaimana yang difirmankan Allah SWT pada QS.Fathir: 32, yaitu mereka itu adalah pilihan Tuhan. Di mana tidak sembarang orang yang sanggup menghafalkan Al-Qur'an dan mewarisinya, kecuali dia adalah memang dipilih Allah SWT.
Pondok pesantren Fathan Mubina merupakan salah satu pondok yang memberikan suatu perhatian yang lebih kepada para santrinya dalam menghafalkan Al-Qur'an. Pondok pesantren ini memang pondok pesantren modern, tetap mempelajari pelajaran umum, Tujuannya agar mampu mencetuskan generasi-generasi yang akademis dan berakhlak Qur'ani serta mampu menjaga kemurnian Al-Qur'an sesuai teori yang telah disebutkan di atas. Sesuai dengan visi Pondok Pesantren ini, yakni insan cendikia akhlak mulia.
Metode tahfidz yaitu  menghafal materi baru yang belum pernah dihafal.  Adapun dari metode tahfidz ini dapat dijelaskan secara mendetail, sebagaimana langkah-langkah yang diambil oleh H. A. Muhaimin Zen, yaitu: Pertama kali terlebih dahulu calon  penghafal membaca bin nadzar (dengan melihat mushaf) materi-materi yang akan diperdengarkan ke hadapan instruktur minimal 3(tiga) kali.
Setelah dibaca binnadzar (dengan melihat mushaf) dan terasa ada bayangan, lalu dibaca dengan hafalan (tanpa melihat mushaf) minimal 3(tiga) kali dalam  satu  kalimat dan  maksimalnya tidak terbatas. Apabila sudah dibaca dan dihafal 3(tiga) kali masih belum ada bayangan atau  masih belum hafal, maka perlu ditingkatkan  sampai menjadi hafal betul dan tidak boleh materi baru.
Setelah satu  kalimat tersebut ada dampak­nya dan menjadi hafal dan lancar, lalu ditambah dengan  merangkaikan kalimat berikutnya sehingga sempurna menjadi satu ayat. Materi-materi baru ini selalu dihafal sebagaimana halnya menghafal pada materi pertama. Kemudian dirangkaikan dengan mengulang-ulang materi atau kalimat yang telah lewat, minimal 3(tiga) kali dalam satu  ayat  ini dan maksimal tidak terbatas sampai betul-betul hafal. Tetapi apabila materi hafalan satu ayat ini belum lancar betul, maka tidak boleh dipindah kemateri ayat berikutnya.
Setelah materi yang ditentukan menjadi hafal dengan baik dan lancar, lalu hafalan  ini diperdengarkan kehadapan  instruktur untuk ditashih hafalannya serta mendapat­kan petunjuk-petunjuk dan bimbingan seperlunya.
Metode takrir pengertian yang telah di­kemukakan H. A. Muhaimin Zen, bahwasa­nya metode ini merupakan suatu metode untuk mengulang-ulang hafalan yang sudah diper­dengarkan kepada instruktur. Jadi metode takrir ini sangat penting sekali diterapkan, karena menjaga hafalan merupakan suatu  kegiatan yang sulit dan kadangkala terjadi kebosanan. Sangat dimungkinkan sekali suatu hafalan yang sudah baik dan lancar menjadi tidak lancar atau bahkan menjadi hilang sama sekali. Sewaktu takrir, materi yang diperdengarkan kehadapan instruktur harus selalu seimbang dengan tahfidz yang sudah dikuasainya. Jadi tidak boleh terjadi bahwa takrir jauh ketinggalan dari tahfidznya. Dalam hal ini per­imbangan antara tahfidz dan takrir adalah satu banding sepuluh. Artinya apabila penghafal mempunyai kesanggupan hafalan baru atau tahfidz dalam satu hari dua halaman, maka  harus diimbangi dengan takrir dua puluh halaman (satu juz). Tepatnya materi tahfidz satu juz yang terdiri dari dua puluh halaman, harus mendapat imbangan takrir sepuluh kali, demikian seterusnya. Dan  apabila materi satu juz itu belum mendapat imbangan, umpama tahfidznya sudah mendapat dua puluh halaman (satu juz) sedangkan takrirnya baru  enam atau tujuh kali, maka kesempatan untuk tahfidz perlu dihentikan dan kesempatan selanjutnya disediakan untuk mengejar takrirnya sampai mencukupi jumlah perimbangan yaitu sepuluh kali.
Pondok Pesantren Fathan mubina menerapkan metode sesuai dengan teori di atas yakni metode takrir dan jadid. Metode jadid adalah hafalan ayat Al-Qur'an yang belum sama sekali di hafal sedangkan metode takrir yakni mengulang hafalan ayat yang sudah pernah di hafal. Di pondok pesantren ini metode jadid di lakukan sesudah sholat magrib dan metode takrir di lakukan setelah sholat shubuh. Hafal di setorkan kepada tutor yang telah di tentukan oleh pondok pesantren fathan mubina. Dalam proses menjalankan metode ini juga di terapkan system reward dan punishment.[3]
Kata santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti Orang yg mendalami agama Islam atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh (orang yg saleh) dan bisa disebut juga orang yang mendalami pengajiannya dalam agama islam dengan  berguru ketempat yang jauh seperti pesantren dan lain sebagainya.[4]
Dari uraian di atas dapat dimengerti betapa pentingnya menghafal Al-Qur'an dalam usaha memurnikan Al-Qur'an dari zaman ke zaman didalam Al-Qur'an semua kejadian-kejadian termaktub sebagai kalam allah yang harus dimengerti dan dipelajari oleh setiap umat islam sebagai pedoman hidup dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Pondok Pesantren Fathan Mubina adalah Pesantren Yang bersifat formal, karena selain belajar keagamaan Pesantren ini juga mempelajaari pelajaran umum seperti MIPA, Bahasa dl dengan tujuan mampu mencetak generasi yang mempunyai kwalitas dalam keimanan namun tidak buta dalam dalam pengetahuan umum. Yang mana setiap santri di wajibkan untuk menghafal Al-Quran 2 juz/tahunnya.
Pertanyaan Penelitian
Dalam  penelitian  ini penulis mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.      Bagaimana metode untuk menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Fathan Mubina?
2.      Bagaimana pengaruh metode hafalan Al-Quran bagi psikologi para santri Pondok Pesantren Fathan Mubina?
3.      Bagaimana pengaruh  metode hafalan Al-Quran terhadap penguasaan materi santri Pondok Pesantren Fathan Mubina?
4.      Seperti apa tenaga pendidik yang dibutuhkan untuk berjalannya metode hafalan Al-Quran bagi para santri Pondok Pesantren Fathan Mubina?
5.      Berapa target hafalan yang harus dicapai oleh para santri Pondok Pesantren Fathan Mubina?
6.      Hambatan-hambatan apa saja yang terdapat atau ditemui dalam proses menghafal Al-Qur'an di Pondok Pesantren Fathan Mubina?
7.      Sejauh  mana  hasil yang diperoleh  dalam  penerapan  metode hafalan Al-Quran di Pondok Pesantren Fathan Mubina?
II. Metode Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk menerapkan fenomena sosial atau suatu peristiwa. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan orang-orang dan perilaku yang diamati.[5] Bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan yakni penelitian yang terjun secara langsung kelapangan.
Dalam penelitian ini sumber datanya adalah situasi yang wajar dan sebagaimana adanya, yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian tentang usaha pengasuh dalam meningkatkan prestasi menghafal Al-Qur'an serta bagaimana metode hafalan yang digunakan di Pondok Pesantren Fathan Mubina Ciawi Bogor.
2.      Subjek Riset
Metode penentuan subyek merupakan cara yang dipakai untuk prosedur yang ditempuh dalam menentukan jumlah atau banyaknya subjek yang akan dikenai penelitian. Subjek penelitian adalah orang atau apa saja yang menjadi sumber data dalam penelitian.[6] Subjek penelitian merupakan sumber informasi untuk mencari data dan masukan-masukan dalam mengungkapkan masalah penelitian atau dikenal dengan istilah "informan" yaitu orang yang dimanfaatkan untuk member informasi.[7] Dan untuk mendapat subjek yang representatif atau sesuai, penentuan subjek menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria tertentu adalah orang tesebut dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan penulis menjelajah objek atau situasi social yang diteliti.[8]
Subjek utama yang dianggap paling tahu tentang apa yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Koordinator tahfidz di Pondok Pesantren Fathan Mubina Ciawi Bogor yang bernama Mus Ahmad Khoirul Huda. Subjek utama lainnya adalah santri yang juga ditentukan berdasarkan purposive sampling dengan kriteria santri yang telah mendapatkan hasil hafalan paling banyak dan sudah lama tinggal di Pondok Pesantren Fathan Mubina yaitu sekitar 3 sampai 4 tahun, terdiri dari 5 orang santri program Tahfidz Qur'an Pondok Pesantren Fathan Mubina yaitu Faras Muhammad, Faza Muhammad Noor, Ahmad Syaerozi, Haula Al-Azwar, Rindiyani, Yuni Apriliani. Kemudian 10 orang santri yang memiliki hafalan sesuai standar kurikulum pondok pesantren, yaitu Fatimah Zahra, grisandini aulia, labobah taqiyah, ziza yuliana, nabilah asyrofiah, Muhammad shidqi, sony purnama, Muhammad ridho, ilham andriansyah, tsaabit alal haq.

3.      Objek Penelitian
Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi social penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi didalamnya. Pada objek penelitian ini, pwneliti dapat mengamati secara mendalam mengenai metode hafalan Al-Qur'an bagi santri Pondok Pesantren Fathan Mubina.
4.      Lokasi dan Waktu
Adapun lokasi objek penelitian yaitu di Jalan Veteran III No 23 A, Desa Banjar Sari, Raya Tapos, Ciawi-Bogor, Jawa Barat. Waktu penelitian yaitu pada hari minggu 12 Juni 2016 pukul 10.00 – selesai.
III.             Hasil
Penelitian ini dilakukan pada hari minggu tanggal 12 Juni 2016. Peneliti berangkat dari ciputat kurang lebih pukul 07.00 WIB menggunakan angkutan umum. Lamanya perjalan menuju tempat tujuan yaitu sekitar 3 jam, karena perjalanan cukup panjang. Setelah tiba di Pondok Pesantren Fathan Mubina peneliti segera menemui satpam yang ada di Pondok Pesantren untuk izin menemui koordinator tahfidz Pondok Pesantren Fathan Mubina. Setelah mendapatkan izin, kemudian peneliti segera menemui kediaman koordinator tahfidz Pondok Pesantren Fathan Mubina untuk melakukan wawancara . peneliti sangat disambut baik oleh beliau dan keluarga. Wawancarapun berlangsung sekitar 2 jam lamanya. Pertanyaan yang peneliti ajukan dijawab sepenuhnya oleh beliau. Beliau mengatakan bahwa metode yang diterapkan di Pondok Pesantren Fathan Mubina yaitu 2 metode. Metode tahfidz jadid dan metode takrir. Metode tahfidz jadid adalah metode menghafal ayat baru yang belum pernah dihafal. Prosesnya yang biasa di lakukan adalah membaca dengan melihat mushaf Al-qur'an sebanyak 3 kali lalu mengulangnya tanpa melihat Al-Qur'an hingga benar benar hafal, Metode Takrir yaitu mengulang ayat yang sudah pernah di hafal sebelumnya. Di pondok pesantren fathan mubina ini, setiap santri memiiki tutor masing-masing dari ustadzah / ustadz yang sudah memenuhi kriteria bagi pondok pesantren fathan mubina, adapun waktu menyetorkan hafalan adalah pagi hari setelah shubuh untuk hafalan takrir dan setelah maghrib untuk hafalan jadid, di setorkan kepada tutor / pembimbing masing-masing. Hafalan jadid perhari setengah kaca (halaman) hafalan takrir per hari satu kaca (halaman) begitu seterusnya kecuali pada hari minggu hanya ada takrir di pagi hari setelah shubuh. Dan akan di adakan ujian tahfidz setiap semesternya yang apabila tidak mencapai target akan ada sanksi tersendiri.
Pengaruh metode hafalan Al-Qur'an terhadap psikologi para santri di Pondok Pesantren Fathan Mubina yaitu pertama, keadaan kecerdasan santri, dimana kecerdasan santri di Fathan Mubina tidak berbeda dengan perkembangan kecerdasan santri pada umumnya. Kedua, keadaan sosial kemasyarakatan santri, pada masa ini anak belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya, karena mereka tinggal di Pesantren maka proses bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebaya menjadi semakin baik. Yang ketiga, keadaan kepribadian santri, para santri berkembang menjadi santri yang bertanggung jawab dan disiplin, karena tuntunan dari pondok pesantren. Yang keempat yaitu keadaan keagamaan santri, penghayatan keagamaan santri berlangsung dengan baik, terlebih posisi santri penghafal Al-Qur'an.
Penguasaan materi bagi para santri terhadap metode yang diterapkan yaitu para santri dapat secara cepat mengingat ayat-ayat Al-Quran karena adanya metode takrir yang efektif.
Adapun kriteria pendidik yang di butuhkan untuk berjalannya metode hafalan Al-Qur'an ini adalah mampu membaca Al-Qur'an, memiliki hafalan minimal 15 juz, memiliki waktu 24 jam untuk tinggal bersama santri di lingkungan pondok pesantren fathan mubina. Serta mampu bertanggung jawab terhadap amanat yang telah di berikan.
Kemudian, target hafalan santri di pondok pesantren fathan mubina adalah 2 juz setiap tahunnya. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam proses menghafal alquran menurut santri yang peneliti wawancari adalah awal masuk pondok pesantren fathan mubina ini memang merasa berat namun seiring berjalannya waktu akan terbiasa dan tidak berat, namun sering timbul rasa malas dan jenuh.
Hasil yang di peroleh selama menggunakan metode ini yaitu setiap santri mampu mencapai targetnya yakni 2 juz pertahun, dan memiliki alumni yang insan cendikia akhlak mulia, memiliki hafalan minimal 12 juz setelah lulus dari pondok pesantren fathan mubina ini. Setelah selesai peneliti melakukan wawancara kedua yaitu kepada santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Fathan Mubina yang berjumlah 15 orang. Adapun tempat wawancara dilakukan di saung belajar yang ada di Pondok Pesantren Fathan Mubina. Waktu wawancara sekitar 3 jam. Dari semua pertanyaan yang peneliti ajukan terhadap para santri di Fathan Mubina dapat disimpulkan bahwa motivasi mereka berbeda-beda, ada keinginan dari diri sendiri dan juga dari orang tua. Adapun pendapat mereka terhadap penerapan metode menghafal Al-Qur'an disana yaitu pada awal mula menghafal Al-Qur'an, para santri mengalami kesulitan tetapi setelah semakin lama dan sudah terbiasa. Dibawah ini adalah metode-metode penelitian.
Diagram Venn







Time Line
Tahun
Kejadian
2012
Tiga orang santri hafal 30 juz dalam waktu 1 setengah tahun
2013
Lima oranng santri hafal 30 juz dalam waktu 1 setengah tahun
2014
Lima orang santri hafal 30 juz dalam waktu 1 setengah tahun

Social Mapping
                                                                                                                                                                                                                     
Pecel  Lele
 
Ruko
 
Ruko
 
Loundry
 
Mushola
 
Bengkel
 
                                                                                                                                    



KESIMPULAN
Dalam menghafal Al-Qur'an tentu memiliki banyak pengaruh, baik dalam segi psikologi maupun keaktifan pada masing-masing individu para santri. Oleh sebab itu, pentingnya meneliti metode hafalan Al-Qur'an terhadap santri di Pondok Pesantren Fathan Mubina adalah agar mengetahui perbedaan metode yang diterapkan di pondok ini dengan pondok yang lainnya. Pondok Pesantren Fathan Mubina merupakan salah satu pondok yang memberikan suatu perhatian yang lebih kepada para santrinya dalam menghafalkan Al-Qur'an. Metode pembelajaran Pondok Pesantren Fathan Mubina pun sangat beragam, baik tradisional maupun  kombinatif. Salah  satu contohnya yakni metode hafalan. Salah  satunya  adalah  program  Tahfidz Al-Quran.  Adapun tujuannya yaitu  guna  mendidik  santri untuk  lebih mencintai Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam. Target minimal hafalan  santri Fathan Mubina 2 juz setiap tahunnya, dan kegiatan  ini juga sebagai bekal santri untuk berdakwah dan  mengamalkan  ilmunya.
Di pondok pesantren fathan mubina ini menggunakan 2 metode yakni, Metode Tahfidz Jadid adalah metode menghafal ayat baru yang belum pernah dihafal. Prosesnya yang biasa di lakukan adalah membaca dengan melihat mushaf Al-qur'an sebanyak 3 kali lalu mengulangnya tanpa melihat Al-Qur'an hingga benar benar hafal, Metode Takrir yaitu mengulang ayat yang sudah pernah di hafal sebelumnya. Di pondok pesantren fathan mubina ini, setiap santri memiiki tutor masing-masing dari ustadzah / ustadz yang sudah memenuhi kriteria bagi pondok pesantren fathan mubina, adapun waktu menyetorkan hafalan adalah pagi hari setelah shubuh untuk hafalan takrir dan setelah maghrib untuk hafalan jadid, di setorkan kepada tutor / pembimbing masing-masing. Hafalan jadid perhari setengah kaca (halaman) hafalan takrir per hari satu kaca (halaman) begitu seterusnya kecuali pada hari minggu hanya ada takrir di pagi hari setelah shubuh. Dan akan di adakan ujian tahfidz setiap semesternya yang apabila tidak mencapai target akan ada sanksi tersendiri.




DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: al-Alwah
Zen, H.A Muhaimin, Tata Cara/Problematika Menghafal al-Qur'an dan Petunjuk-petunjuknya, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1985

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Gramedia, 2008

M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur'an (Bandung: Mizan, 2007), hlm.45



[1] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur'an (Bandung: Mizan, 2007), hlm.45
[2] Qs. Al-Hijr (15):9
[3] Zen, H.A Muhaimin, Tata Cara/Problematika Menghafal al-Qur'an dan Petunjuk-petunjuknya, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1985
[4] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Gramedia, 2008
                                                                                                                                           
[5] Muh. Uzar Usman, menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Rosdakarya, 19950,hlm.16
[6] Suharsimi Arikunto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:Bina Aksara, 1986) hlm. 114
[7] Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm 4
[8] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung:Alfabeta, 20090, hlm. 218

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini