Nama : Nur Fajrina (PMI 4)
NIM : 1111054000009
Teori Struktural
Teori struktural di kemukakan oleh Emile Durkheim. Yang mana Emile Durkheim berpandangan bahwa struktur sosial itu terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai dan melalui sosialisasi kita mempelajari defenisi-defenisi normatif ini, hanya melalui proses ini yang membuat anggota-anggota masyarakat menjalankan kehidupan sosial mereka. Bagi Durkheim walaupun kita mungkin menganggap dapat memilih perilaku tertentu untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam realitasnya pilihan sebenarnya sudah disediakan oleh sistem nilai dan sistem norma untuk kita. Durkheim mengungkapkan bahwa pencapaian kehidupan sosial manusia dan eksistensi keteraturan sosial dalam masyarakat yang disebut Solidaritas Sosial, dimantapkan oleh sosialisasi, yang melalui proses tersebut manusia secara kolektif belajar standar-standar atau aturan-aturan perilaku.
Selain itu telah terjadi perdebatan di antara para ilmuwan sosial dalam hal menjelaskan perilaku sosial seseorang. Untuk menjelaskan perilaku sosial seseorang dapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1) instinktif, (2) karena kebiasaan, dan (3) juga yang bersumber dari proses mental. Mereka semua tertarik, dan dengan cara sebaik mungkin lalu menguraikan hubungan antara masyarakat dengan individu. William James dan John Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual, tetapi mereka juga mencatat bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok - yaitu adat-istiadat masyarakat - atau strutur sosial . Para sosiolog yakin bahwa struktur sosial terdiri atas jalinan interaksi antar manusia dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi struktur sosial dalam satu pola perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya, melalui proses sosialisasi. Disebabkan oleh struktur sosial, kita mengalami kehidupan sosial yang telah terpolakan. James menguraikan pentingnya dampak struktur sosial atas "diri" (self) - perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Masyarakat mempengaruhi diri - self. Inti dalam teori struktural ini adalah adanya suatu sistem sosial yang dapat memperkuat jalannya suatu peraturan.
Teori kognitif
Pengertian Teori Kognitif merupakan istilah dari "Cognitive" yang berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Teori-teori yang berorientasi kognitif adalah teori-teori yang menitik beratkan proses-proses sentral misalnya : sikap, ide, harapan dalam menerangkan tingkah laku.
Dalam Teori Kognitif pada tahun 1980-an, konsep kognisi, sebagian besarnya mewarnai konsep sikap. Istilah "kognisi" digunakan untuk menunjukan adanya proses mental dalam diri seseorang sebelum melakukan tindakan. Teori kognisi kontemporer memandang manusia sebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, dan mengalihkan informasi. Kita secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Manusia memproses informasi dengan cara tertentu melalui struktur kognitif yang diberi istilah "schema" (Markus dan Zajonc, 1985 ; Morgan dan Schwalbe, 1990; Fiske and Taylor, 1991). Struktur tersebut berperan sebagai kerangka yang dapat menginterpretasikan pengalaman-pengalaman sosial yang kita miliki. Jadi struktur kognisi bisa membantu kita mencapai keterpaduan dengan lingkungan, dan membantu kita untuk menyusun realitas sosial. Sistem ingatan yang kita miliki diasumsikan terdiri atas struktur pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya. Sedangkan contoh dalam teori kognitif dapat diumpamakan dengan seseorang yang mempunyai pengetahuan banyak maka ia lebih menjaga sikap dan perilaku dirinya sehingga ia mencerminkan orang yang mempunyai pengetahuan.
Teori Interaksi
Interaksi sosial adalah perilaku yang khusus karena sedikitnya dibutuhkan dua orang untuk melakukannya. Stogdill mengatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana A berreaksi terhadap B dan B berreaksi terhadap A sedemikian rupa sehingga reaksi mereka saling berbalasan. Contoh : A mengancam B, Bmengundurkan diri. Dengan demikian interaksi mencakup aksi dan reaksi. Teori interaksi ini dikemukakan oleh Thaibaut dan Kelly untuk menerangkan hubungan dua orang atau lebih di mana mereka saling tergantung untuk mencapai hasil-hasil yang positif. Sedangkan menurut Simmel, Simmel melihat bahwa salah satu tugas sosiologi adalah memahami interaksi antar individu. Salah satu teori dari Simmel yang terkenal yaitu mengenai masyarakat sebagai proses interaksi. Pengertian masyarakat menurut pandangan Simmel, masyarakat dapat terbentuk karena adanya interaksi, bukan adanya kelompok orang yang hanya diam. Simmel tidak memementingkan berapa jumlah orang yang berinteraksi, yang penting adalah adanya interaksi. Melalui interaksi timbal balik, dimana individu saling berhubungan dan saling mempengaruhi, maka masyarakat itu akan muncul. Misalnya saja sekelompok orang yang sedang menunggu kedatangan pesawat dan kemudian ada pengumuman bahwa sebentar lagi pesawat akan datang, di sana beberapa orang akan mulai berbicara dengan orang yang ada disampingnya. Menurut Simmel, ini dapat disebut dengan masyarakat, tetapi masyarakat tersebut hanyalah masyarakat yang bersifat sementara dimana ikatan-ikatan interaksi timbal baliknya juga sementara.
Teori Perilaku
Teori Perilaku ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Teori ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar pendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Di dalam teori perilaku dapat di dukung dengan adanya teori pembelajaran sosial dan pertukaran sosial yang mana perilaku sosial seseorang hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses mentalistik. Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini menekankan hubungan langsung antara perilaku yang teramati dengan lingkungan.
Perspektif perilaku menyatakan bahwa perilaku sosial kita paling baik dijelaskan melalui perilaku yang secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan perilaku kita berubah. Contohnya, sebuah rangsangan " seorang teman datang ", lalu memunculkan tanggapan misalnya, "tersen-yum". Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya.
Daftar bacaan :
H, Djali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
M, Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2011. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar