Rabu, 30 Oktober 2013

Diqu Zarobi Alfadia_PMI 3_Tugas UTS

Dampak Kendaraan Roda Dua Terhadap Ibu Kota

PENDAHULUAN
1.1.Latar BelakangMasalah
Sepeda motor adalah sebuah kendaraan yang dapat dengan lincah meliuk-liuk di jalan raya. Oleh karena itu, sepeda motor mendapat julukan kendaraan antimacet, terutama bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar. Sepenuh apapun jalanan oleh kendaraan bermotor, sepeda motor selalu bisa mendapatkan celah untuk melewati kendaraan lain dan terbebas dari kemacetan.
Sepeda motor menjadi kendaraan yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Bisa jadi hal itu karena sepeda motor merupakan kendaraan kelas menengah, tidak terlalu tradisional seperti sepeda dan tidak terlalu mahal seperti mobil. Sepeda motor termasuk kendaraan yang harganya cukup terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Apalagi dengan maraknya penawaran kredit sepeda motor oleh dealer sepeda motor yang semakin memudahkan peminat sepeda motor untuk memiliki kendaraan roda dua ini. Tak heran jumlah pengendara sepeda motor semakin meningkat dari tahun ke tahun. Populasi sepeda motor di Jakarta dilaporkan naik 300 persen dalam empat tahun terakhir. Berdasarkan data Polda Metro Jaya sampai tanggal 5 Mei 2010, saat ini jumlah sepeda sepeda motor di Jakarta tercatat 8 juta unit, nyaris hampir sama dengan total jumlah penduduk Jakarta.
Fakta semakin meningkatnya penggunaan sepeda motor menunjukkan bahwa sepeda motor masih menjadi alat transportasi nomor satu di Indonesia. Sepeda motor digunakan mulai dari masyarakat kalangan kelas bawah sampai kalangan kelas atas. Apalagi dengan munculnya sepeda motor matik yang semakin memperluas cakupan pengguna sepeda motor oleh kalangan remaja perempuan dan ibu-ibu. Sepeda motor masih mentahbiskan diri sebagai kendaraan 'rakyat' versi masyarakat Indonesia di era modern.
Namun dengan pesatnya pertumbuhan sepeda motor, permasalahan sosial kerap muncul  di tengah semakin rumitnya masalah Ibu Kota Jakarta. Masalah utama yang sering mengemuka adalah rendahnya kesadaran berkendaraan di kalangan pengguna sepeda motor. Banyak aturan-aturan lalu lintas yang diabaikan oleh pengendara roda dua tersebut, sehingga sikap ini seringkali mengganggu kenyamanan sesama pengguna jalan. Sikap ugal-ugalan dan seenaknya sendiri dari pengemudi sepeda motor kerap kita jumpai di jalan raya. Akibatnya, berbagai gesekan, konflik dan ketegangan di jalan sudah menjadi pemandangan sehari-hari.[1]
Masalah lain yang ditimbulkan oleh perilaku pengendara sepeda motor adalah kecenderungan menyerobot trotoar jalan.  Meski trotoar di Jakarta tak tertata seperti di negara-negara lain, trotoar masih berfungsi dan bermanfaat bagi pejalan kaki. Kehadiran sepeda motor yang sering menyabotase ruang-ruang sempit di sisi jalan sungguh merugikan dan membahayakan pejalan kaki. Sering kita saksikan bagaimana pejalan kaki harus memberi jalan bagi sepeda motor yang memanfaatkan trotoar ketika jalan utama penuh sesak. Jika tak hati-hati, bukan tidak mungkin Dengan berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh sepeda motor, tidak heran jika banyak orang mengkaitkan masalah kemacetan dan masalah sosial lain kota Jakarta dengan kehadiran roda dua. Kecenderungan pengendaranya yang mengabaikan lalu lintas, tren menyerobot jalur pejalan kaki dan tingginya tingkat kecelakaan yang ditimbulkannya merupakan tiga hal utama yang seolah melekat pada alat transportasi yang bernama sepeda motor. Namun kiranya patut dicermati bahwa sepeda motor dan masalah yang ditimbulkannya bukanlah satu hal yang menjadi faktor penentu atas carut marutnya lalu lintas di Ibu Kota. Kehadiran dan pesatnya jumlah sepeda motor sesungguhnya dipicu oleh faktor-faktor lain yang berkaitan dengan kebijakan penyelenggaraan layanan publik.
Selain itu apabila terjadi kecelakaan, dampak kecelakaan yang paling parah pun biasanya dialami oleh pengendara sepeda motor. Desain sepeda motor yang terbuka menimbulkan risiko benturan pada seluruh anggota tubuh pengendara sepeda motor yang bisa menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Dampak kecelakaan yang terjadi akan lebih besar bila pengendara tidak menggunakan helm pelindung sesuai standar yang telah ditetapkan pemerintah.
Selain risiko kecelakaan, pengendara sepeda motor pun memiliki risiko mengalami gangguan kesehatan paling besar dibandingkan dengan pengendara kendaraan bermotor lainnya. Bahaya debu, bising, panas, dan psikologis dialami oleh pengendara sepeda motor terutama mereka yang tidak menggunakan alat pelindung spesifik. Gangguan kesehatan yang terjadi bisa berupa gangguan saluran pernafasan, infeksi, heat strain, dan stress. Faktor ergonomi turut memperberat risiko gangguan kesehatan yang didapatkan oleh pengendara sepeda motor. Bagi pengendara yang memakai sepeda motor untuk perjalanan antarkota dan antarpropinsi akan terkena risiko gangguan kesehatan dan kecelakaan yang lebih besar lagi. Hal tersebut berhubungan dengan lamanya perjalanan dan medan jalanan yang lebih berbahaya. Salah satunya, banyak kecelakaan sepeda motor terjadi karena si pengendara mengantuk saat mengendarai sepeda motor di malam hari.[2]
 
1.2. IdentifikasiMasalah
Dari latar belakang masalah mengenai kendaraan roda dua itu sendiri, saya dapat menarik beberapa permasalahan yang ada pada pengendara roda dua yaitu sebagai berikut:
1.      Apa dampak (positive dan negative) dari keberadaan kendaraan roda dua?
2.      Bagaimana upaya masyarakat menanggapi maraknya sepeda motor di kota  ?
 
1.3.Pembatasan Masalah
Dari sebuah pergulatan yang beragam akan kendaraan roda dua ini, agar tidak telampaui begitu dalamnya pertanyaan dalam pembahasaan. Lingkup pembahasan lebih ditekakan pada dampak-dampak dan permasalahan yang terjadi akibat kendaraan roda dua.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.      Metode Penelitian
Penelitian in imenggunakan pendekatan kualitatif, karena dalam proses pengolahan datanya, peneliti mengolah dengan mendeskripsikan data-data yang diperoleh di lapangan yang berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengamati serta menggambarkan bagaimana pengendara sepeda motor di jalan raya.
Pendekatan yang saya lakukan adalah pendekatan dengan menggunakan metode observasi langsung terhadap objek terkait yaitu pengendara sepeda motor dan pengamatan lokasi terjadinya yaitu di jalan raya serta dengan metode kajian pustaka. Wawancara juga dilakukan dengan target narasumber pengendara sepeda motor langsung.
Dalam hal ini penulis menggambarkan langsung tentang bagaimana keadaan para pengendara sepeda motor dan kejadian-kejadian yang terjadi di jalan raya ibu kota.
 
 
3.2.      Data Penelitian
a.         Data yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis/wawancara, dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada yang berwenang.
b.         Data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku dan dokumen. Penulis mengumpulkan informasi berupa buku-buku. Contoh : buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, serta data yang bersumber dari internet.
 
 
3.3.  Tehnik Pengumpulan Data
Field Research (lapangan dengan wawancara, yaitu tekhnis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melakukan proses pemecahan masalah tertentu sesuai dengan data. Tekhnik yang digunakan adalah berupa interview bebas terpimpin yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan, kemudian langsung dijawab oleh informan  dengan bebas dan terbuka.
 
 
3.4.  Subjek Penelitian
a.          Subjek adalah      : Pengedara roda dua yang berkendara di jalan raya.
b.         Objek penelitian  : keadaan jalan raya yang dilalui oleh pengendara sepeda motor yang lalu lalang.
 
 
3.5.  Waktu Penelitian
Saya melakukan penelitian dimulai pada hari Selasa-Rabu tanggal 22-23 Oktober 2013.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
HASIL PENELITIAN, ANALISIS & TEMUAN
 
4.1. Wawancara oleh Pengendara sepeda motor
1. Narasumber : M. Nur Fuad
Umur          : 21 tahun
Pekerjaan    : Pekerja Swasta Di PIM
Pertanyaan
1.      Apa masalah yang biasanya anda dapatkan saat menggunak sepeda motor ?
2.      Bagaimana pendapat anda tentang pengendara roda dua yang serabutan ?
3.      Menurut anda, apa yang harus pemerintah lakukan untuk menanggulangi masalah yang disebabkan oleh sepeda motor ?
 
2. Narasumber : Abdul Qodir
Umur          : 28 tahun
Pekerjaan    : Karyawan
Pertanyaan
1.      Apa masalah yang biasanya anda dapatkan saat menggunak sepeda motor ?
2.      Bagaimana pendapat anda tentang pengendara roda dua yang serabutan ?
3.      Menurut anda, apa yang harus pemerintah lakukan untuk menanggulangi masalah yang disebabkan oleh sepeda motor ?
 
3.        Narasumber          : giyasuddin
Umur                    : 44 tahun
Pekerjaan              : Penjaga toko di Pasar Rebo
Pertanyaan
1.      Apa masalah yang biasanya anda dapatkan saat menggunak sepeda motor ?
2.      Bagaimana pendapat anda tentang pengendara roda dua yang serabutan ?
3.      Menurut anda, apa yang harus pemerintah lakukan untuk menanggulangi masalah yang disebabkan oleh sepeda motor ?
 
 
4.2. Analisis Hasil Observasi
Dari hasil penelitian kepada para pengendara sepeda motor mereka memiliki kendala yang hamper sama saat berkendara dengan sepeda motor yakni kemacetan, kehujanan saat cuaca kurang bersahabat, adu mulut dengan pengendara lainnya lantaran terjadi kecelakaan kecil, dll.
Merekapun mengharapkan ada perhatian lebih dari pemerintah akan kendaraan roda dua yang nampaknya sudah tidak asing dan rata-rata orang saat ini memilikinya, mulai dari kalangan menengah ke atas maupun kalangan menengah ke bawah, anak kecil maupun orang dewasa, laki-laki maupun perempuan. Karna dengan perhatian yang lebih dari pemerintah mungkin dapat memberi sedikit kenyamanan lebih kepada mereka.
 
4.3. Temuan di lapangan
            Dari penelitian yang di lakukan, penulis menemukan kejanggalan yang terjadi di sekitaran jalan diantaranya pengendara sepeda motor yang menerobos lampu merah, pengendara yang berjalan di trotoar untuk mengantisipasi macet, dll.
 
4.4.Teori yang berkaitan dengan aktifitas pengendara sepeda motor di jalan raya
Adapun paradigma yang dipergunakan dalam menganalisis tema ini peneliti dengan menggunakan teori konflik yang dikemukam oleh Karl Max dan georg simmel.
Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori fungsionalisme struktural yang kurang memperhatikan fenomena konflik di dalam masyarakat. Asumsi dasar teori ini ialah bahwa semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Namun demikian, teori ini mempunyai akar dalam karya Karl Marx di dalam teori sosiologi klasik dan dikembangkan oleh beberapa pemikir sosial yang berasal dari masa-masa kemudian.

Teori konflik adalah satu perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya.
Pada dasarnya pandangan teori konflik tentang masyarakat sebetulnya tidak banyak berbeda dari pandangan teori funsionalisme structural karena keduanya sama-sama memandang masyarakat sebagai satu sistem yang tediri dari bagian-bagian. Perbedaan antara keduanya terletak dalam asumsi mereka yang berbeda-beda tentang elemen-elemen pembentuk masyarakat itu.
Teori-teori konflik pada umumnya memusatkan perhatiannya terhadap pengenalan dan penganalisisan kehadiran konflik dalam kehidupan sosial, penyebabnya dan bentuknya, serta akibatnya dalam menimbulkan perubahan sosial. Dapat dikatakan bahwa, teori konflik merupakan teori terpenting pada saat kini, oleh karena penekanannya pada kenyataan sosial di tingkat struktur sosial dibandingkan di tingkat individual, antarpribadi atau budaya.
Segi-segi pemikiran filosofis Marx berpusat pada usaha untuk membuka kedok sistem nilai masyarakat, pola kepercayaan dan bentuk kesadaran sebagai ideologi yang mencerminkan dan memperkuat kepentingan kelas yang berkuasa. Meskipun dalam pandangannya, orientasi budaya tidak seluruhnya ditentukan oleh struktur kelas ekonomi, orientasi tersebut sangat dipengaruhi dan dipaksa oleh struktur tersebut. Tekanan Marx pada pentingnya kondisi materiil seperti terlihat dalam struktur masyarakat, membatasi pengaruh budaya terhadap kesadaran individu para pelakunya.
 
Terdapat beberapa segi kenyataan sosial yang Marx tekankan, yang tidak dapat diabaikan oleh teori apa pun yaitu antara lain adalah, pengakuan terhadap adanya struktur kelas dalam masyarakat, kepentingan ekonomi yang saling bertentangan diantara orang-orang dalam kelas berbeda, pengaruh yang besar dari posisi kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang serta bentuk kesadaran dan berbagai pengaruh dari konflik kelas dalam menimbulkan perubahan struktur sosial, merupakan sesuatu hal yang sangat penting.
Marx lebih cenderung melihat nilai dan norma budaya sebagai ideologi yang mencerminkan usaha kelompok-kelompok dominan untuk membenarkan berlangsungnya dominasi mereka. Selanjutnya, mereka pun berusaha mengungkapkan berbagai kepentingan yang berbeda dan bertentangan yang mungkin dikelabui oleh munculnya konsensus nilai dan norma. Apabila konsensus terhadap nilai dan norma ada, para ahli teori konflik menduga bahwa konsensus itu mencerminkan kontrol dari kelompok dominan dalam masyarakat terhadap berbagai media komunikasi (seperti lembaga pendidikan dan lembaga media massa), dimana kesadaran individu dan komitmen ideologi bagi kepentingan kelompok dominan dibentuk.[3]
Menurut simmel teori konflik yang terjadi konflik adalah teori konflik modern yang berusaha menjembatani antara konflik dalam bentuk abstrak dan menunjukkan terjadinya konflik pada tingkatan yang lebih umum. Bukan hanya sekedar konflik yang dijelaskan terhadap teori Marxist yaitu pertentangan kelas. Menurut Simmel teori konflik pada waktu itu merupakan pemahaman yang dibangun dalam tradisi Marxist tentang perubahan sosial, stratifikasi dan pembahasan dalam organisasi yang berskala luas (macro). Teori konflik seperti ini tidak menjawab mengapa terjadi dan kondisi apa yang merubah keadaan pada kelompok. Pandangan Simmel memunculkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang konflik.Ia menunjukkan bahwa sebuah konflik merupakan bentukan sosial yang berinteraksi dan mendesainnya dalam kerangka untuk memecahkan dualisme sebagai cara untuk mencapai kesatuan. Konflik tidak dimaksudkan untuk menghentikan keteraturan sosial yang menyebabkan berhentinya kehidupan masyarakat. Keteraturan dan konflik akan membentuk kesatuan atau kehidupan sosial bersama dan secara keseluruhan akan bersifat positif. Dalam konsep yang negatif, masyarakat atau kelompok dipahami sebagai entitas tanpa keperbedaan atau terisolir dari keberagaman. Konflik dalam teori Simmel diidentifikasikan sebagai berikut:
1.      Kompetisi diartikan sebagai bentuk konflik tak langsung dimana kemenangan harus terjadi akan tetapi bukan merupakan tujan akhir dan setiap pelaku tertuju pada tujuan tanpa menggunakan kekuatan dalam perlawanan dari partai selanjutnya (konsumen) atau untuk semuanya.
2.      Untuk melindungi dirinya sendiri dari konflik dalam kelompok yang lebih besar, konflik dilokalisir pada kelompok kecil karena dalam kelompok kecil terdapat solidaritas yang lebih organis yang bisa mentolerir konflik atau mencegah konflik yang lebih besar. Konflik dibatasi oleh norma-norma dan hukum yang menjadikannya sebuah kompetisi yang lebih murni. Kompetisi seperti ini secara tidak langsung meningkatkan manfaat bagi yang lain.
3.      Konflik dalam kelompok akan menciptakan rasa memiliki kelompok terhadap anggota, sentralisasi terhadap struktur dan menciptakan persekutuan. Kelompok akanmembangun eksistensi sosialnya terhadap musuh mereka ketika kelompok menghadapi adanya perlawanan dari musuh.[4]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sepeda motor adalah sebuah kendaraan yang saat ini sudah menjadi kebutuhan yang tidak bias di lepaskan dari kehidupan. Tanpa disajikan data statistik pertumbuhan kendaraan bermotor, kebanyakan orang mungkin bisa dengan mudah menebak bahwa jumlah sepeda motor lebih besar dibanding jenis kendaraan lain yang setiap hari memenuhi jalan-jalan di Ibu Kota. Hal ini bisa kita saksikan dengan mata telanjang bagaimana kerumunan kendaraan roda dua itu berhamburan di antara belantara lalu lintas atau menyelinap di antara celah-celah kendaraan lainnya. Pada jam dan hari tertentu terkadang sepeda motor berseliweran menembus jalan-jalan sempit yang padat penduduk. Seperti halnya kehadiran para pendatang, keberadaan mereka semakin hari semakin memadati sudut-sudut kota Jakarta.
Di tengah padatnya lalu lintas Ibu Kota, keberadaan sepeda motor bisa disebut sebagai kendaraan alternatif yang memiliki banyak keunggulan. Ukuran badannya yang ramping menyebabkan gerakannya lebih lincah dibanding kendaraan jenis lain yang berbadan lebih besar. Kemampuannya menerobos kemacetan merupakan fakta yang tidak bisa disangkal. Kelebihan inilah yang menyebabkan waktu tempuh berkendaraan lebih cepat dan bisa menghemat banyak waktu. Kapasitas mesin sepeda motor yang sederhana menjadikan kendaraan roda dua ini tidak boros enerji seperti halnya kendaraan lain yang menggunakan mesin dan tenaga yang lebih besar. Harganya pun relatif terjangkau oleh berbagai kalangan. Tidak heran jika keunggulan yang sering dipromosikan dari sepeda motor selain masalah harga juga diklaim sebagai kendaraan yang hemat bahan bakar.
Beberapa keunggulan di atas menyebabkan sepeda motor menjadi pilihan alat transportasi sehari-hari buat sebagian orang. Sepeda motor dianggap sebagai solusi di tengah kemacetan Ibu Kota yang semakin hari semakin tidak bisa diprediksi.
Penulis berharap dengan adanya maraknya sepeda motor di sekitar kita tidak membuat kita lupa akan disiplin yang ada di jalan. Karna sesungguhnya segala sesuatu tanta di ikuti dengan kedisiplinan itu akan berujung pada ketidak baikan contohnya terjadi kecelakaan akibat ketidak disiplinan terhadap lalu lintas.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
artike jakarta kita, 2 juli 2013, ketika roda dua mengepung Jakarta.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini