Kamis, 14 November 2013

Idha Chusaini_PMI3_Proposal Penelitian Sosiologi Perkotaan

Potret Pendidikan di Ibu Kota
A.    Latar Belakang
Kunci kesuksesan negara Jepang membangun diri adalah, peduli terhadap pembangunan Sumber Daya Manusia dengan cara memperhatikan pendidikan masyarakatnya. Langkah awal yang dilakukan pemerintah Jepang pascabom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 1945 itu adalah, mengirim pelajar-pelajar Jepang ke luar negeri untuk belajar dengan misi membangun Jepang kembali. Buku-buku barat diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang agar mempermudah transfer ilmu pengetahuan dan teknologi barat. Kemudian buku-buku pengetahuan itu dijual dengat sangat murah sehingga mempermudah masyarakat memperolehnya. Dari situ timbullah kegemaran membaca pada sebagian besar masyarakat Jepang.
Jepang sadar betul ujung tombak pendidikan adalah guru. Maka pemerintah dan masyarakat Jepang sangat menghargai sosok seorang guru, baik secara finansial maupun moral. Bagaimana di Indonesia?
Pendidikan masyarakat Indonesia jauh tertinggal. Hal ini didukung oleh kurangnya perhatian pemerintah. Kalaupun ada perhatian namun tidak dikelola secara serius dan profesional. Di tambah pula proses manajemen yang tidak transparan dan kebijakan yang tidak tepat sasaran, semakin membuat dunia pendidikan bangsa kita dirundung persoalan. Tak heran, kalau bicara tentang pendidikan nasional terkesan selalu yang buruk-buruknya saja.
Setiap ada perubahan menteri, persoalan yang hangat diperbincangkan selalu berkutat pada masalah undang-undang, kurikulum, kebijakan ujian, insensif para guru dan keterbatasan anggaran. Namun demikian kebijakan yang diambil selalu saja mengecewakan. Padahal negara kita dianggap salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang memadai sebagai modal utama untuk membangun negara. Namun kenyataannya kemiskinan dan pengangguran tetap mejadi musuh utama serta terus merasa kurang dalam pendanaan. Kita mungkin sudah lupa bahwa kemajuan sebuah bangsa terletak dari baik-buruknya kualitas manusia atau indeks pembangunan manusianya.
B.     Rumusan Masalah
Terkait dengan uraian latar belakang yang telah saya kemukakan di atas,   maka permasalahan pokok yang diangkat dalam penulisan adalah sebagai berikut:
"Dampak Sekolah Gratis Bagi Siswa di Jakarta"
Pertanyaan:
1.      Apakah dengan adanya kebijakan sekolah gratis, akan menaikan kualitas pendidikan?
2.      Adakah hal negatif  yang timbul dengan adanya kebijakan tersebut ?
"Analisis Bantuan Dana BOS (Biaya operasional Sekolah) di Jakarta"
Pertanyaan:
1.      Sudah tepatkah penyaluran dana BOS?
2.      Sudah sesuaikah dana yang diberikan dengan kebutuhan sekolah?
"Analisis program pemberian KJP(Kartu Jakarta Pintar) bagi siswa miskin "
Pertanyaan:
1.      Bagaimana cara pihak sekolah menyeleksi penerima KJP?
2.      Mengapa terkadang siswa yang terbilang mampu bisa menerima KJP?
"Analisis Kelayakan Ujian Nasional sebagai Instrumen kualitas siswa "
Pertanyaan:
1.      Adakah tolak ukur kualitas siswa selain harus dengan diadakan UN?
2.      Bagaimana cara guru untuk menjaga mental siswa dalam menghadapi UN  ?
"Analisis Tingkat pergaulan Pelajar di Jakarta "
1.      Seberapa besar pengaruh ekstrakulikuler ROHIS dalam menjaga pergaulan pelajar?
2.      Apa saja faktor penyebab kemerosotan moral pelajar?
C.    Tujuan Penelitian
1.       Ingin mengetahui fenomena yang  menyebabkan keterpurukannya pendidikan walaupun banyaknya anggaran dana pemerintah yang dikeluarkan.
2.       Ingin mengetahui ketepatan pelaksanaan program pendidikan yang telah diterapkan oleh pemerintah.
3.       Ingin mengetahui kebudayaan yang melekat pada pelajar di Jakarta.
  
D.    Metodelogi
Lokasi yang saya ambil untuk observasi dalam proposal ini adalah sekolah-sekolah yang ada di jakarta utara, yaitu SMAN 73, SMK Araudhah, dan SMP Yapensori. Karena menurut saya sekolah-sekolah yang saya datangi itu memiliki perbedaan yang cukup segnifika, dan dapat mewakili sebagian siswa-siswa yang ada di jakarta.
Saya sengaja mengambil sekolah-sekolah tersebut karena intensitas yang sering bertatap muka dengan para pelajar tersebut.
Teknik yang saya lakukan adalah dengan cara
1.      Wawancara dengan objek yang ada
2.      Mengambil data dari studi pustaka
3.      Observasi secara langsung
4.       Dokumentasi dengan objek
Waktu yang saya ambil untuk  melakukan observasi adalah setelah Ujian tengah Semester. Sesuai waktu yang telah ditentukan.
E.     Tinjauan Teoritis
Potret pendidikan ibu kota
Kita sudah tahu mengenai fungsi dari kementrian pendidikan dan kebudayaan yaitu
Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan. Sebagai upaya menyediakan sarana-prasarana dan infra struktur  pendidikan (sekolah) dan penunjang lainnya.
Memperluas keterjangkauan  layanan pendidikan. Mengupayakan kebutuhan biaya pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat.
Meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan. Sebagai upaya mencapai kualitas pendidikan yang berstandar nasional dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing bangsa.
Mewujudkan keseteraan dalam memperoleh layanan pendidikan. Tanpa membedakan layanan pendidikan antarwilayah, suku, agama, status sosial, negeri dan swasta, serta gender.
Menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Adanya jaminan bagi lulusan sekolah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya atau mendapatkan lapangan kerja sesuai kompetensi.
Namun fakta yang  terjadi di masyarakat terkadang tidak sejalan dengan misi-misi yang telah ada.

F. Penutup
Dari semua apa yang telah diuraikan diatas bahwasannya kemorosotan pendidikan tidak dapat dipungkiri dalam kaca mata pendidik, walaupun berbagai upayah program-program bantuan dana dan kebijakan pemerintah untuk memajukan pendidikan terkadang semua itu hanya memberikan angin segar saja terhadap masyarakat yang miskin karena tetap saja bagi mereka tetap saja pendidikan memakan biaya yang cukup besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini