Selasa, 12 Mei 2015

TOR Ekologi Manusia

Imam Ramadhan 1112054 000 009
Meidiansa Putra 1112054 000 0011
Ekologi Manusia
Pengembang Masyarakat Islam /6

Term Of Reference
Pembangunan Waduk Jati Gede Merebut Kedaulatan Rakyat Dan Berdampak Dalam Ekologi Di Indonesia
A. Latar Belakang
Waduk Jatigede merupakan sebuah waduk yang sedang dibangun di Kabupaten Sumedang.[1] Pembangunan waduk ini telah lama direncanakan dan proses pembangunannya masih berlangsung hingga kini. Waduk ini dibangun dengan membendung aliran Sungai Cimanuk di wilayah Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang.


Pembangunan waduk ini telah direncanakan sejak zaman Hindia Belanda.
Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda merencanakan pembangunan tiga
waduk di sepanjang aliran Sungai Cimanuk, dan waduk Jatigede merupakan
waduk utama dan yang paling besar. Namun, pembangunan ketiga waduk itu
mendapatkan tentangan dari masyarakat sekitar, sehingga pembangunannya
pun dibatalkan. Baru pada tahun 1990-an, rencana pembangunan waduk
Jatigede kembali menghangat. Langkah pertama yang dilakukan oleh
pemerintah adalah merelokasi masyarakat yang tinggal di wilayah calon
genangan. Relokasi pertama dilakukan pada tahun 1982.
Seperti waduk lainnya, Waduk Jatigede pun memiliki fungsi. Goldsmith
menyatakan bahwa fungsi utama dari sebuah waduk adalah untuk sarana
irigasi dan pembangkit listrik tenaga air. Di samping kedua fungsi
utama tadi, waduk pun berfungsi sebagai sarana budidaya perikanan air
tawar, sarana olahraga air, sarana rekreasi, dan lain sebagainya.
Untuk Waduk Jatigede, fungsi utamanya adalah sebagai sarana irigasi
dan pembangkit listrik tenaga air. Waduk Jatigede dibangun dengan cara
membendung aliran Sungai Cimanuk. Pembendungan ini mengakibatkan
aliran air terhalang, sehingga air terakumulasi dalam sebuah kolam
yang besar. Air yang terkumpul dalam bendungan tersebut digunakan
sebagai cadangan air tawar untuk mengairi areal pertanian di wilayah
Majalengka, Indramayu, dan Cirebon. Selain berfungsi sebagai sarana
irigasi, Waduk Jatigede pun berfungsi sebagai pembangkit listrik
tenaga air. Saat ini, di wilayah itu terdapat Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) Parakan Kondang. Dengan dibangunnya Waduk Jatigede,
kapasitas pembangkit listrik tenaga air tersebut dapat ditingkatkan.
Apabila bendungan Jatigede[2] dioperasikan dan difungsikan sesuai
dengan rencana, maka akan terjadi penenggelaman dan penghilangan
pusaka warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya yang memiliki
potensi dampak besar terhadap kehidupan berbudaya dan spiritualitas
bangsa Indonesia.Namun disamping pembangunan tersebut mempunyai dampak
yang sangat banyak yaitu dampak Masalah Geologi : Lokasi bendungan
berada di daerah soft geology yang rawan/ labil karena berada pada
lempeng/ sesar aktif Baribis, pergerakan lempengnya setiap saat dapat
menyebabkan ambrolnya bendungan. Masalah Lingkungan: Terdapat 1389
Hektar Hutan Perhutani dihuni oleh sekitar 810.000 pohon dengan
berbagai keanekaragaman hayatinya yang terancam akan ditebang karena
lokasinya persis di depan fisik bendungan. Masalah Sumber Daya Alam:
Kekayaan keanekaragaman hayati daerah genangan Jatigede sangat baik
terdiri dari pertanian (Sawah Subur minimal dua kali panen, banyak
yang tiga kali), peternakan sapi dan domba, perkebunan, tanaman
hortikultura, tanaman obat, perikanan air tawar dan lainnya. Masalah
Sosial: Bendungan merusak tatanan sosial dan budaya masyarakat yang
sudah terbentuk di kampung buhun Kabuyutan Cipaku yang merupakan Desa
Mandiri, self sustained village yang seharusnya menjadi contoh desa di
Indonesia. Masalah Ekonomi: Lebih dari 16.000 Kepala Keluarga yang
saat ini mendiami daerah genangan bendungan akan kehilangan rumah dan
mata pencahariannya sehingga berpotensi menambah kemiskinan di
Indonesia. Masalah Sedimentasi: Saat ini Sungai Cimanuk sedang sakit
karena terjadi erosi dibagian hulunya sehingga arus sedimentasi yang
sangat tinggi akan memperpendek umur bendungan juga akan memperpendek
umur turbin PLTA. Masalah Efektifitas Bendungan: Lahan pertanian di
hilir bendungan semakin berkurang karena alih fungsi Lahan di hilir
bendungan yaitu Daerah Pantura telah menjadi kawasan pabrik, industri,
perumahan, jalan tol, bandara, dan lainnya. Masalah Konflik Agraria:
Terdapat beberapa konflik agraria yang masih belum terselesaikan
diantaranya :Lebih dari 12.000 komplain masyarakat yang
teridentifikasi oleh BPKP yang harus diselesaikan oleh Pemerintah dari
mulai pembebasan lahan yang salah/ kurang/ belum di bayar, salah
klasifikasi lahan, dan lainnya.
B. Tujuan
Uraian dari tujuan utama kegiatan, dimana diharapkan akan ditemui
pemecahan atau hasil yang diinginkan.
1. Melakukan Advokasi untuk masyarakat Sumedang kepada pemerintah
untuk Tidak menggenangi/ mengisi Bendungan Jatigede dan mengembangkan
kawasan bendungan yang tidak jadi digenangi sebagai Taman Budaya
Nusantara yang mendatangkan kegiatan ekonomi kreatif dan pariwisata
alam terpadu yang menguntungkan masyarakat tetapi harmonis dengan
situasi laboratorium kebumian dan situs-situs cagar budaya dan
spiritual yang ada
2. Merumuskan strategi pembangunan kawasan waduk situ gede, Sumedang,
sehingga dapat dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan baru di bidang
ekonomi berdasarkan potensi wilayah setempat tanpa membangun Waduk di
daerah tersebut.
3. Mendesak Presiden Joko Widodo untuk menunda rencana penggenangan
sebelum hak-hak semua warga yang berada didalam area genangan
terpenuhi.
C. RUANG LINGKUP
Kegiatan mencakup:
1. Identifikasi profil SDA dan SDM kawasan Waduk Situ Gede, yang
mencakup lahan usaha, pekarangan, profil off farm, pendidikan, mata
pencaharian, produktivitas usaha dan situs budaya.
2. Pemahaman dan analisis Tata Ruang Kawasan Waduk situ gede yang
telah dibuat, selanjutnya mengkaitkannya dengan peluang pengembangan
lintas sektor,
D. METODOLOGI
Metoda yang digunakan meliputi:
1. Observasi terhadap referensi yang berkaitan dengan Rencana Tata
Ruang Waduk jati gede, serta referensi tentang profil SDA dan SDM
kawasan Waduk jati Gede dan sekitarnya,
2. Index Interview
Interview langsung, apabila informasi yang diperlukan diperoleh
langsung dari subyek penelitian
Interview tidak langsung, apabila informasi yang diperlukan diperoleh
melalui orang kedua yang masih bersangkutan dengan subyek penelitian.
3. Focus Group Discussion , tujuan dari FGD ini untuk memperoleh
masukan maupun informasi mengenai suatu permasalahan yang bersifat
local dan spesifik
4. Pengumpulan data/informasi dalam bentuk survey terstruktur dan
Rapid Rural Appraisal (RRA), yang melibatkan Dinas/Instansi, pengambil
kebijakan, masyarakat, dan nara sumber yang memahami konsep
pembangunan Wilayah.
E. LUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah:
1. Rancangan Program/kegiatan lintas Dinas/Instansi antar wilayah
sekitar wilayah Waduk Jati Gede yang perlu dilakukan sesuai dengan
pentahapan prioritas, yang dijabarkan kedalam Agenda Program Tahunan,
2. Mekanisme koordinasi, sosialisasi, dan pengawalan Pembangunan,
3. Kompilasi Teknologi Tepat Guna sesuai sosio ekosistem setempat.



F. HIPOTESIS
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya
dalam hal ini saya menggunakan Teori fungsional dan struktural adalah
salah satu teori komunikasi yang masuk dalam kelompok teori umum atau
general theories ,ciri utama teori ini adalah adanya kepercayaan
pandangan tentang berfungsinyasecara nyata struktur yang berada di
luar diri pengamat. fungsional' merupakan hasil pengaruh yang sangat
kuat dari teori sistem umum di mana pendekatan fungsionalisme yang
diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu biologi, menekankan
pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan dan mempertahankan
sistem. Dan pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistik,
menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian
bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme struktural atau 'analisa
sistem' pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang
paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur. Perkataan
fungsi digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, menunjukkan
kepada aktivitas dan dinamika manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Dilihat dari tujuan hidup, kegiatan manusia merupakan fungsi dan
mempunyai fungsi. Secara kualitatif fungsi dilihat dari segi kegunaan
dan manfaat seseorang, kelompok, organisasi atau asosiasi tertentu.
Karena dalam permasalahan diwaduk jati gede akan menimbulkan berbagai
masalah yaitu Masalah Budaya dan Spiritual:
1. Lebih dari 25 Situs Cagar Budaya terancam rusak/ ditenggelamkan,
Situs melekat pada koordinat tempatnya, tidak bisa direlokasi atau
dipindah.
2. Situs- situs Cagar Budaya merupakan bagian dari keyakinan spiritual.
Masalah Geologi : Lokasi bendungan berada di daerah soft geology yang
rawan/ labil karena berada pada lempeng/ sesar aktif Baribis,
pergerakan lempengnya setiap saat dapat menyebabkan ambrolnya
bendungan. Masalah Lingkungan: Terdapat 1389 Hektar Hutan Perhutani
dihuni oleh sekitar 810.000 pohon dengan berbagai keanekaragaman
hayatinya yang terancam akan ditebang karena lokasinya persis di depan
fisik bendungan. Masalah Sumber Daya Alam: Kekayaan keanekaragaman
hayati daerah genangan Jatigede sangat baik terdiri dari pertanian
(Sawah Subur minimal dua kali panen, banyak yang tiga kali),
peternakan sapi dan domba, perkebunan, tanaman hortikultura, tanaman
obat, perikanan air tawar dan lainnya. Masalah Sosial: Bendungan
merusak tatanan sosial dan budaya masyarakat yang sudah terbentuk di
kampung buhun Kabuyutan Cipaku yang merupakan Desa Mandiri, self
sustained village yang seharusnya menjadi contoh desa di Indonesia.
Masalah Ekonomi: Lebih dari 16.000 Kepala Keluarga yang saat ini
mendiami daerah genangan bendungan akan kehilangan rumah dan mata
pencahariannya sehingga berpotensi menambah kemiskinan di Indonesia.
Masalah Sedimentasi: Saat ini Sungai Cimanuk sedang sakit karena
terjadi erosi dibagian hulunya sehingga arus sedimentasi yang sangat
tinggi akan memperpendek umur bendungan juga akan memperpendek umur
turbin PLTA. Masalah Efektifitas Bendungan: Lahan pertanian di hilir
bendungan semakin berkurang karena alih fungsi Lahan di hilir
bendungan yaitu Daerah Pantura telah menjadi kawasan pabrik, industri,
perumahan, jalan tol, bandara, dan lainnya. Masalah Konflik Agraria:
Terdapat beberapa konflik agraria yang masih belum terselesaikan
diantaranya :Lebih dari 12.000 komplain masyarakat yang
teridentifikasi oleh BPKP yang harus diselesaikan oleh Pemerintah dari
mulai pembebasan lahan yang salah/ kurang/ belum di bayar, salah
klasifikasi lahan, dan lainnya.

D. TAHAPAN KEGIATAN
NO. Waktu Kegiatan
1 Kamis, 14 Mei (Pagi) Keberangkatan menuju lokasi (Sumedang)
2 Kamis, 14 Mei (Siang) Sampai, isoma, silaturahmi kepada waga dan
survey lapangan
3 Kamis, 14 Mei (Malam) Evaluasi kegiatan dan perencanaan/persiapan
untuk esok hari
4 Jum'at, 15 Mei (Pagi) Wawancara kepada informan
5 Jum'at, 15 Mei (Siang) Ishoma, melanjutkan wawancara kepada informan
6 Jum'at, 15 Mei (Malam) Evaluasi kegiatan dan perencanaan/persiapan
untuk esok hari
7 Sabtu, 16 Mei (Pagi) Melaksanakan FGD (Focus Group Discution) bersama warga
8 Sabtu, 16 Mei (Siang) Ishoma, melanjutkan FGD bersama warga
9 Sabtu, 16 Mei (Malam) Evaluasi kegiatan dan perencanaan/persiapan
untuk esok hari
10 Minggu, 17 Mei (Pagi) Melengkapi data yang kurang
11 Minggu, 17 Mei (Siang) Penutupan dan keberangkatan pulang

F. DAFTAR PUSTAKA
1. Wikipedia
2. Kabuyutan Sunda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini