Ahmad Ali Nidaulhaq
1113054000027
Pmi 4 Tugas ke-5
Antropologi Budaya
TIPOLOGI BUDAYA BISNIS MASYARAKAT
TIPOLOGI BERDASARKAN KEBUDAYAAN MENURUT RIESMAN
Hanya menggolongkan manusia atas 3 (tiga) golongan, yaitu :
1. Orang-orang yang pribadinya ditentukan oleh tradisi,
2. Orang-orang yang membiarkan dirinya di pimpin oleh rohaninya, dan
3. Orang-orang yang mendasarkan dirinya pada norma-norma yang dikemukakan oleh orang lain kepadanya.
Riesman menganggap dapat memperlihatkan bahwa periode kebudayaan yang lama saling menyusul satu sama lain di mana pada pokoknya terdapat orang-orang yang selalu termaksud satu diantara ketiganya.
B. TIPOLOGI BERDASARKAN KEBUDAYAAN MENURUT E. SPRANGER
Menurut Spranger, kehidupan manusia ini dipengaruhi oleh dua macam kehidupan jiwanya, yaitu jiwa obyektif dan jiwa subyektif.
- Jiwa obyektif ialah totalitas kehidupan rokhaniah manusia, suatu totalitas nilai-nilai yang ada di luar manusia individual. Jiwa obyektif mencakup pula nilai kebudayaan, lapangan nilai, konstanten yang memberi arah, tujuan hidup yang umum abadi, kesemuanya itu turut membentuk kehidupan manusia.
- Jiwa subyektif ialah jiwa individual yang merupakan suatu struktur yang tertentu yang tertuju kepada perwujudan nilai dan bila kita ingin mengerti jiwa manusia maka haruslah ia pandang sebagai anggota daripada struktur yang lebih tinggi
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia
Pengertian Bisnis menurut Musselman adalah keseluruhan dari aktivitas yang diorganisir oleh orang yang tidak berurusan di dalam bidang industri dan perniagaan yang menyediakan barang dan jasa agar terpenuhinya suatu kebutuhan dalam perbaikan kualitas hidup.
Sedangkan menurut Hooper, Pengertian Bisnis ialah keseluruhan yang lengkap pada berbagai bidang seperti industri dan penjualan, industri dasar dan industri manufaktur dan jaringan, distribusi, perbankkan, transportasi, insuransi dan lain sebagainya; yang kemudian melayani dan memasuki dunia bisnis secara menyeluruh
Budaya bisnis di masyarakat juga beragam dan bermacam-macam, ada yang memiliki sifat keuletan dalam bekerja dan ada pula yang bersifat malas. Kategori budaya bisnis masyarakat yang bersifat ulet bisa ditemukan pada para pekerja yang memiliki loyalitas dan rasa tanggung jawab yang tinggi akan pekerjaan yang dijalaninya. Seperti halnya para pedagang sayur-mayur yang sudah bangun di pagi buta untuk mencari nafkah. Tidak ada toleransi dan kata telat untuk bermalas-malasan. Rejeki bagi mereka datang bagi mereka-mereka yang ulet, gigih dan bekerja keras. Rejeki di pagi hari sangatlah berarti, maka itu kegigihan dan semangat kerja mereka terpancar dari keikhlasan mereka bangun pagi demi memenuhi kebutuhan.
Selain itu, ada pula budaya bisnis berdasarkan letak geografisnya seperti halnya negara Jepang. Menurut Robert N. Bellah dalam analisisnya mengenai pengamatannya kepada negara dunia ketiga perihal pembangunan ekonomi, sosial dan lain sebagainya pada suatu negara khususnya yang ia amati ialah Jepang. Menurutnya, Jepang berbeda dengan negara negara asia lainnya, negara ini (Jepang) pada tahun 1945-an mengalami musibah yang besar dan diakui negara yaitu peristiwa Bom Atom Hiroshima-Nagasaki.
Kedua tempat ini luluh lantah dan rata dengan tanah, hancur berantakan dan tak terlihat kehidupan. Namun negara ini cepat bangkit dari keterpurukan, mereka segera membangun segala kebutuhan negara baiknya infrastruktur maupun sosial di negaranya. Menurut Bellah, ia menyatakan pembangunan di negara Jepang dikarenakan karena budaya kerja yang memiliki jiwa semangat yang tinggi, menjunjung kejujuran dalam beraktivitas dan berniaga, dan memiliki rasa malu ketika berbuat kesalahan. Ini merupakan prinsip dasar yang menjadi landasan berperilaku dan bertinndak dalam segala aktivitas. Hal ini terimplementasikan pada kegigihan dan kerja keras seorang nelayan dalam berlaut dan mencari ikan dan diproses dengan sangat baik hingga ikan-ikan mereka bisa laku terjual dan terkenal ke mancanegara seperti makanan sushi yang merupakan bahan dasarnya ikan.
Makanan jenis ini bisa terkenal dan disukai hingga ke mancanegara karena kerja keras dan kegigihan para nelayan Jepang, begitupun dengan sikap dan mental rakyat yang santun dan jujur dalam keseharian sehingga mental seperti ini menjadi suatu budaya dalam bisnis yang khas bagi negara Jepang.
Kesimpulannya, apapun tradisinya, pola pencahariannya, letak geografisnya dan sifatnya, budaya bisnis yang baik merupakan budaya yang memiliki mental, sikap dan mentoleransikan perbedaan antar lintas budaya dimanapun letak dan geografisnya. Hal ini menjadikan suatu langkah baik dalam menjalani bisnis yang maju dan berkembang di tengah-tengah masyarakat di zaman yang modern ini. Sehingga, walaupun era globalisasi mendorongnya adanya kompetitif khususnya dalam hal bisnis, namun dengan adanya kehadiran budaya yang bermental baik membuat bisnis menjadi tetap eksis dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dengan cara ini kemiskinan yang ada di Negara Indonesia akan sedikit berkurang, karena masyarakat mempunyai mental yang baik untuk membuat bisnis apapun. Pemerintah harus mendukung dan member bantuan kepada masyarakat yang kekurangan modal untuk berbisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar