Hidup Sehat Lebih Sejahtera
Studi Kasus "Ema hoyong ngajar ngaji deui"
Keikhlasan ibu Hopsih, nenek usia 65 tahun, sudah tak mesti diragukan lagi. Sejak tahun 1980-an beliau sudah tekun mengajar mengaji anak-anak dan remaja dikediamannya, kampung Karees, desa Bojongsari, Culamega-Tasikmalaya. Puluhan anak, remaja dan ibu-ibu pasti sudah mereguk ilmu dari ibu Hopsih yang kini mengidap penyakit pembengkakan kelenjar tiroid (gondok). Jadwal mengajar mengajinya pun rutin; ada yang setiap hari, mingguan, bahkan pengajian bulanan. Usut punya usut selain sebagai orang pertama yang tinggal di kampung Karees pada tahun 1976, ibu Hopsih juga merupakan qori'ah yang memiliki suara merdu saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Ujar Mang Rosman, salah satu tokoh masyarakat di Culamega.
Tahun 2011, terakhir kali mengamalkan ilmu agamnya untuk warga setelah benjolan dilehernya semakin membesar dan mengakibatkan sesak nafas. Biasanya beliau juga bekerja sebagai buruh tani. Namun, kini sudah tidak mampu bekerja lagi semenjak mengidap penyakit tersebut 20 tahun silam.
Wanita beranak empat ini telah di tinggal wafat suaminya sejak tahun 2000. Saat ibu Hopsih harus merawat anak bungsunya, penyakit yang dideritanya memperparah kondisi ekonominya. Harta peninggalan suami berupa seekor kerbau dan sebidang kebun, habis tak tersisa. Anaknya pun hanya pekerja serabutan yang harus menopang diri dan ibunya. Tidak adanya biaya membuat ibu Hopsih tertunda untuk melakukan operasi. "Padahal ema hoyong ngajar ngaji deui.." ujar Nelis sambil terkaca-kaca saat menyampaikan harapan ibunya.
Dari paparan diatas, tergambar sekali bahwa sehat atau kesehatan itu memang sangat dibutuhkan. Kesehatan; baik itu dari sisi jismani/jasmani, dari dimensi rohani/mental/spiritual maupun dari segi sosial, perlu untuk tetap terus dijaga dan dipelihara baik-baik. Seperti kasus diatas, diambil dari postingan facebook teman (kakak kelas) seorang aktivis ACT (Aksi Cepat Tanggap) dari Karawang, ibu Hopsih yang telah lama dan merasa nyaman mengajar anak-anak hingga orang dewasa buat mengaji dengan baik mau tidak mau harus dihentikannya karena mengidap penyakit gondok yang membuatnya sesak nafas. Penyakit sesak nafas tentu mengganggu aktifitasnya sebagai seorang ustadzah yang tidak lepas dari dominan aktifnya suara baik saat mengaji lalu menjelaskan. Jasmaninya sakit, aktifitas sosialnya terhentikan. Sampai-sampai anaknya berujar "Padahal ibu pengen ngajar ngaji lagi.." dengan penuh harapan agar ibunya sehat bugar kembali.
Tentunya bisa didapat kesimpulan bahwa orang sehat lebih sejahtera ketimbang orang sakit. Ini pun pasti dirasakan oleh semua orang, tak terkecuali pribadi saya sendiri. Karena dengan sakit, terhambatlah kegiatan perkuliahan saya. Waktu pulang kuliah yang seharusnya mengajar didekat ponpes untuk sementara harus dihandle dengan yang lain. Kemudian malam hari selepas Isya, semestinya saya mengaji pun suka tidak suka pere independen. Begitulah yang saya rasakan seminggu yang lalu. Walaupun sakit bagi muslim itu suatu proses kifarat dosa-dosa kecil, tapi Rasul juga mengingatkan bahwa sehat adalah salah satu nikmat Tuhan yang sering dilupakan oleh banyak orang. Oleh sebab itu, jagalah terus kesehatan kita supaya kegiatan apapun yang kita lakoni berjalan dengan lancar dan terasalah kesejahteraan dari nikmat sehat.