Sabtu, 17 Oktober 2015

tugas ke3_kesling_kenapa sehat lebih sejahtera

Ahmad Ali Nidaulhaq

1113054000027

PMI5

Tugas ke3_Kesling_kenapa orang sehat lebh sejahtera

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spritual. UU No.23,1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa: kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengrtian ini, maka kesehatan harus dilihat satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial, dan didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Dalam pengertian paling yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

Menurut WHO (1947) sehat itu sendiri dapat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

Menurut Neuman (1990): "sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal dengan energi yang paling maksimal hingga sampai kondisi kematianlah yang menandakan habisnya energi total". Jadi menurut pandangan konsep ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap perubahan pada lingkungan internal maupun eksternal untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, perkembanagn, dan spritual yang sehat. ASedangkan menurut definisi Parson seseorang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi, lepas dari soal apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Menurut Parson pula, kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang dijalankannya dalam masyarakat. Ternyata definisi kesehatan yang mirip dengan ketiga macam definisi tersebut di atas serupa kita jumpai pula di kalangan masyarakat. Menurut hasil penelitian di Inggris di kalangan masyarakat awam pun dijumpai definisi negatif, definisi fungsional, dan definisi positif. Parson memandang masalah kesehatan dari sudut pandang kesinambungan sistem sosial. Dari sudut pandang ini tingkat kesehatan terlalu rendah atau tingkat penyakit terlalu tinggi mengganggu berfungsinya sistem sosial karena gangguan kesehatan menghalangi kemampuan anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran sosialnya. Selain mengganggu berfungsinya manusia sebagai suatu sistem biologis, penyakit pun mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial seseorang. 

Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Prilaku dan cara hidup manusia adalah sebagian besar penyebab timbulnya berbagai macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarkat yang sudah sangat maju peradabannhya. Ditinjau dari segi bologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia. Sedangkan menurut segi kemasyarakatan, keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan prilaku dari keadaan sosial yang normatif. Penyimapangn itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, akan tetapi bisa juga disebabkan oleh kelainan emosional dan psikososial individu yang bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini ada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia atau kebudayaan. Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantuung pada jenis penyakit. Secara konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor, manusia dan lingkungan. Pada umumnya orang lebih menyukai atau percaya bahwa mereka lebih menyukai sehat daripada sakit. "semua orang ingin menjadi sehat" sudah sejak berabad-berabad yang lalu merupakan semboyan umum program-program kesehatan umum. Analisis sosiologis kebanyakan didasarkan atas asumsi yang serupa, namun  penerimaan yang tidak kritis tentang asumsi tersebut membutakan kita terhadap beberapa aspek penting dari tingkah laku sehat. Kesehatan yang baik seperti juga hal lainnya yang didambakan dalam hidup, menempati prioritas pribadi pada semua orang. Bagi sejumalah orang kesehatan hampir mendekati skala teratas, namun ada juga sebagian yang mengiginkan kesehatan tetapi lupa akan konsep kesehatan. Artinya hanya sedikit saja orang yang ingin sehat di atas segalanya, terutama bila kenikmatan untuk kesehatan yang baik itu akan secara serius membatasi kesenangan. Contoh, banyak orang sudah mengetahui akan bahaya rokok yang kemungkian besar akan menyebabkan serangan jantung, kanker, inpoternsi dan dangguan kehamilan. Akan tetapi sebagian besar masyarakat menentang kemungkinan timbulnya kesehatan memburuk dengan memperoleh kenikmatan mengisap rokok.  Menurut hasil diskusi di NusaTenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat daari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya  yaitu jika menunjukkan gejala. Misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah-muntah, gatal-gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak. Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahauan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut : sakit badaniah, berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan kondisi badan lemah. Penyakit batin tidak ada tanda-tanda dibadanya, tatapi bisa diketahui dengan menanyakan kepada yang gaib. Sedangkan orang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak ada mengeuh lesu lemah atau sakit. Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat dibeberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit. Masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu yang mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit sitandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, galau putus cinta, atau "kantong kering" (tidak punya uang).

CONTOH KASUS

UU No.23, 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa: kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Saya mewancarai suadara saya, Namanya bapak Ardi. Dia bekerja sebagai PNS, pendapatanya perbulan pun cukup untuk kebutuhan hidup anak dan istrinya.  Kenapa saya mewancarai beliau karena saya melihat belia merasa sejahtera karena prinsip beliau yang saya tau kesehatan no 1 buat keluarganya. Saya bertanya kenapa dia sangat sejahtera?. Jawaban dia karena dia sehat secara batin, sehat secara fisik, dan sehat secara ekonomi. Intinya dia sejahtera karena ketika ada sebagain dari keluarganya sakit, dia langsung berobat ke dokter. Setiap bulanya kakak saya yang bernama Ardi menyisikan pendapatanya untuk biaya kesehatan. Jadi ketika anak sakit dia tidak kesulitan untuk membawa anaknya ke dokter. Selain itu dia sejahtera karena melihat anak-anaknya sangat sehat, berada dalam lingkungan yang sehat, dan tempat tinggal dia pun sangat bersahabat dengan kesehatan. Secara social kenapa orang sehat lebih sejahtera, karena tidak teralalu banyak beban pikiran yang bapak ardi pikirkan mengenai maslah social. Seperti kebutuhan kehidupan sehari-hari. Karena sehat bukan berarti tidak pernah sakit melainkan secara fisik sehat dan secara rohanih pun sehat. Ketika rohani sehat maka dengan sendirinya dia akan merasa sehat dan sejahtera dalam hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini