Rabu, 27 Maret 2013

KELOMPOK SOSIAL_Nur halimah_Tugas3


KELOMPOK SOSIAL

Johnson & joshnson mendefinisikan  kelompok sebagai berikut:
Bahwasanya sebuah kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (pace to pace interaction), yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga  anggota kelompok, dan masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan  bersama.

1.        JENIS-JENIS KELOMPOK
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
  • Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
  • Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
  • Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
  • Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.
2.      NORMA KELOMPOK
Norma-norma kelompok dan norma-norma sosial tidak akan timbul dengan sendirinya tetapi terbentuk di dalam interaksi sosial antar individu di dalam kelompok sosial. Nilai sosial senantiasa terjadi bersamaan dengan adanya interaksi manusia di dalam kelompok. Dengan kata lain, norma sosial adalah hasil dari interaksi sosial antaranggota suatu kelompok. Oleh karena norma sosial merupakan interaksi dari kelompok, maka nilai sosial sebenarnya sama dengan norma kelompok. Pengertian norma sosial dirumuskan oleh Sherif dalam sebagai pengertian umum yang seragam mengenai cara – cara tingkah laku yang patut dilakukan oleh anggota kelompok apabila mereka dihadapkan dengan situasi yang bersangkut – paut dengan kehidupan kelompok.
Soetandyo Wignjosoebroto dalam menyatakan bahwa norma tidak lain adalah konstruksi-konstruksi imajinasi. Artinya, suatu konstruksi yang hanya ada karena dibayangkan di dalam pikiran-pikiran dan banyak dipengaruhi oleh daya kreatif mental, namun norma-norma sebagai keharusan, yang bertujuan merealisasikan imajinasi mental kewujud konkrit di alam kenyataan haruslah memahami betul alam realita dan fakta. Sedangkan Soerjono Soekanto menyatakan bahwa supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dirumuskan norma-norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun lama-kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Norma- norma yang ada di dalam masyarakat, mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat daya ikatnya.
                                                Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma disebut pula peraturan sosial menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam manjalani interaksi sosialny
3.      PROSES DALAM KELOMPOK
Ada beberapa tahap dalam proses terjadinya kelompok sosial
1.      Tahap otoritas
a.       Ketergantungan pada otoritas
Tahap paling awal dari suatu kelompok  yang sedang terbentuk. Anggota kelompok pada tahap ini  mengharap arahan dari orang trtentu yang dianggap sebgai otoritas.
b.      Pemberontakan jika orang yang dianggap sebagai otoritas dipandang tidak mamu atau tidak sesuai dengan harapan anggota, orang tersebut akan diabaikan atau disingkirkan.dalam tahap ini dapat terjadi konflik antara anggota.
c.       Pencairan
Pada tahap ini ada dua kemungkinan. Yang pertama diterimanya tokoh otoritas yang ada, karena dianggap mampu, atau terpilihnya tokoh otoritas baru.dari kemungkinan prtama kelompok akan berlanjut.kemungkinan kedua tidak terpilihnya otoritas bariu. Kelompok akan bubar, tidak berlanjut.
2.      Tahap pribadi
Merupkan tahap pematangan saling ketergantungan antaranggota kelompok
a.       Tahap harmoni
Semua puas, bahagia karena saling percaya, dan memenuhi harapan. Produktivitas kelompok pada tahap cukup tinggi.
b.      Tahap identitas pribadi
Pribadi-pribadi mulai merasa tertekan oleh kelompok. Masing-masing pribadi menginnginkan identitas pribadinya. Kelompok terbagi dua antara yang mau mempertahannkan situasai seperti apa adanya dan yang mau cari aktivitas individual walaupun tetap dalam kelompok.
c.       Tahap pencarian masalah pribadi.
Setiap anggota kelompok sudah mengetahui persis posisi masing2, ssudah dapat saling menerima dapat saling berkomunikasi dengan baik. Setiap anggota diberi peran sesuai dengan kemampuan dan sifat masing2  individu tidak kehilangan identitas diri dan kebebasannya walaupun tetap terikat pada keanggotaan kelompok. Tahap ini merupakan tingkat yang maksiamal dalam perkembangan kelompok.
3.      KOHESI KELOMPOK
Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berrinteraksi satu dengan yang lain dan saling pengaruh mempengaruhi (shaw,1979). Tingkatan yang menunjukan anggota kelompok saling tertarik satu dengan yang lain menunjuk pada kohevisitas kelompok. Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok, pertama, ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok. Kedua, moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok. Ketiga, koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.
     Sementara itu kelompok dengan kohesi yang tinggi, anggotanya kooperatif dan akrab, serta      saling menghargai antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Pada kelompok yang kohesinya rendah biasanya ada rasa saling bermusuhan dan agresif, dan biasanya justru ada rasa kesenangan ketika anggota yang lain berbuat kesalahan. Selanjutnya shaw (1979) menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang tinggi ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua anggota kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok dengan kohesi yang tinggi pemimpinya berprilaku demokratik, sedangkan pada kelompok dengan kohesi rendah pemimpinya berprilaku seperti 'bos' dan cendrung autokratik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini