Senin, 01 April 2013

teori kritis_susi aryani_pertemuan ke-4

Nama: Susi Aryani
Kelas: KPI 6 F
NIM: 1110051000175
TEORI KRITIS
       I.            PENDAHULUAN
            Berbicara mengenai sejarah dan perkembangan ilmu komunikasi Everett M. Rogers dalam bukunya A History of Communication Study (1994) membagi dalam tiga fase, yaitu: studi komunikasi diawali di Eropa yang dipengaruhi oleh Charles Darwin dengan teori evolusinya, Sigmund Freud dengan teori psikonalitik, Karl Marx dan Critic School (Marx dan madzhab kritis-nya).
            Karl Marx ( 1818- 1883 ) lahir di Trier, Jerman dilembah sungai Moselle, suatu lahan perkebunan anggur dekat dengan Luxemburg dan pelabuhan Prancis.
            Marx adalah satu dari sekian banyak kaum intelektual yang berpengaruh sepanjang masa. Ia adalah penulis yang hebat dan menjadi orang media yang paling kompeten dan juga merupakan pengkritik kapitalisme yang paling keras[1].
      
      Teori Marx secara langsung berhubungan dengan revolusi, tumbuh selama periode tumbuhnya kapitalisme, perluasan pabrik- pabrik, dan pengembangan empiris colonial oleh bangsa Eropa.
    II.            METODE STUDI
Dalam pembahasan ini penulis menggunakan metode riset pustaka dan pemaparan deskriptif. Riset Pustaka adalah metode pengambilan data yang dilakukan dengan mengambil data dari perpustakaan dengan bahan sumber buku berupa Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi : Prespektif, proses dan konteks,( Bandung:  Widya Padjadjaran, 2009). Pemaparan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran dan penjelasan tentang suatu keadaan secara objektif.
 III.            ANALISIS ISI
            Marx adalah satu dari sekian banyak kaum intelektual yang berpengaruh sepanjang masa. Ia adalah penulis yang hebat dan menjadi orang media yang paling kompeten dan juga merupakan pengkritik kapitalisme yang paling keras[2].
            Pusat dari teori Marx dalam sejarah materialism adalah beberapa konsep seperti proletariat, sosialisme, komunisme, kelas perjuangan, kediktatoran dari para proletariat dan alienasi, tingkat dimana individu didominasi oleh paksaan dari kreasinya sendiri yang mengkonfrontasi mereka sebagai kekuatan alien.
            Marxisme disebut materialisme historical karena materialisme ditopang oleh analisis historikalnya ( ekonomi) dan berpangkal pada determinasi ekonomi. Materialisme historikal adalah nama yang diberikan pada doktrin Karl Marx terhadap evolusi kehidupan manusia di masyarakat yang dikendalikan oleh perkembangan kepemilikan benda-benda materi.
            Critical School dikenal sebagai Frankfurt School karena didirikan di Frankfurt, Jerman 1923. Perpadaun intelektual dari teori Marxis dan Freudian merupakan suatu lembaga untuk penelitian sosial. Sekolah ini berkonsentrasi pada Marx, Freud, seni avangards dan sastra. Sekolah ini juga termasuk Neo- Marxis yang mengutamakan pembelajaran philosophy.
            Doktrin fundamental dari sekolah ini memghasilkan kritikan, yaitu:
·         Positivisme, mengklaim bahwa ilmu sosial adalah bentuk dari kesadaran palsu yang mana menyokong status quo dibawah tudung yang mneysatkan dari netralitas yang berharga.
·         Marxisme untuk ketidakcukupan emansipasi dari positivisme dan untuk memikirkan bahwa para proletariat tidak bisa dielakan membawa revolusi yang bisa mengeliminasi aliensi dan dominasi.
·         Masyarakat untuk ketidakrasionalan dalam ketenangan individu menuju penerimaan palsu atas kondisi mereka.
            Marxisme dan teori dari para sarjana kritis dapat disediakan sebagai sumber dari ide dan konsep untuk sarjanah ilmiah (Rosengren, 1983). Para sarjanah kritis fokus pada isu kepemilikan dan kontrol media massa, topik yang melepaskan ketertarikan ilmiah dari peneliti. Penekanan dari sarjana kritis pada sektor masyarakat lemah yang mungkin mempunyai pengaruh dalam meningkatkan kesadaran dari sajana non kritis.
            Critical School vs Empirical School dari penelitian Komunikasi. Critical School melihat peran komunikasi massa secara berbeda,  berfikir bahwa media massa digunakan oleh panguasa untuk mengontrol masyarakat. Sedangkan Empirical School melihat media tampak mampu menolong dalam hal meringankan masalah sosial di masyarakat dan sebagai pemimpin dalam pertambahan perubahan sosial[3].
            Issue yang paling krusial untuk Critical School adalah siapa yang memiliki dan mengontrol media massa, suatu pandangan makro. Empirical School mengutamakan perhatiannya pada efek dari media terhadap individu yang merupakan anggota audience, suatu pandangan mikro.
            Critical School secara keras menentang Fasisme selama Perang Dunia II, memfokuskan pada empiris, dan secara keseluruhan merupakan anti positivisme dan kebanyakan bersifat philosophy oriented.
            Teori Perspektif yang berlawanan dari Critical School dan Empirical School sering membawa kedalam konflik yang tajam. Faktanya pembagian Critical – Empirical adalah perpecahan yang sangat kuat dalam bidang komunikasi.
           


[1] Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi : Prespektif, proses dan konteks,( Bandung:  Widya Padjadjaran, 2009), hal. 24.
[2] Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi : Prespektif, proses dan konteks,( Bandung:  Widya Padjadjaran, 2009), hal. 24.
[3] Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi : Prespektif, proses dan konteks,( Bandung:  Widya Padjadjaran, 2009), hal. 26.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini