Jumat, 25 Oktober 2013

Dwiko Maxi Rianto _PMI3_ Tugas uts _PERMUKIMAN PADAT PADA SALAH SATU KAWASAN DI KOTA DEPOK


"PERMUKIMAN PADAT PADA SALAH SATU KAWASAN DI KOTA DEPOK"
Disusun oleh:
Dwiko Maxi Rianto
1112054000029

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013


KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester dalam mata kuliah Sosiologi Perkotaan yang diberi judul "PERMUKIMAN PADAT PADA SALAH SATU KAWASAN DI KOTA DEPOK". Pembuatan laporan ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu sosiologi yang berdasarkan lingkup sosial perkotaan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Tantan selaku dosen Sosiologi Perkotaan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini sehingga dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua para pembaca, khususnya penulis pribadi. Penulis juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Depok , 22 Oktober 2013

DWIKO MAXI RIANTO



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................   1
1.2 Tujuan Penulisan.............................................................................................   3
1.3 Rumusan Masalah...........................................................................................   3
1.4 Manfaat Penulisan ..........................................................................................   3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka.................................................................................................   4
BAB III METODE PENELITIAN
               3.1 Metode Penelitian...........................................................................................   6
               3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................   6
3.3 Prosedur Kerja ...............................................................................................   6
BAB IVPEMBAHASAN
               4.1 Hasil Pengamatan........................................................................................... 7
               4.2 Pengertian Kepadatan Penduduk................................................................... 11
              4.3 Akibat dari Kepadatan.................................................................................... 12
             4.4 Dampak Kepadatan Terhadap Lingkungan...................................................... 13
             4.5 Cara yang dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk...... 14
BAB V PENUTUP
             5.1 Kesimpulan....................................................................................................... 16
              5.2 Saran................................................................................................................ 16
 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................  17






BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang besar, yaitu menurut sensus 1991 terdapat hampir 200 juta orang. Jumlah penduduk yang besar itu bertambah pula dengan cepat, walaupun program keluarga berencana (KB) telah dilakukan secara intensif. Menurut perhitungan Sensus 1981, rata-rata laju pertumbuhan penduduk ialah 2,32% per tahun.[1]
Pertambahan penduduk di kota-kota besar khusunya semakin terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini bias dilihat pada lingkungan sekitar setiap tahunnya ada saja pembangunan yang terus dipercepat, dari pembangunan tempat belaanja modern, sampai pada perumahan-prumahan baru mulai bermunculan. Dan lahan yang semula teduh dengan banyaknya pohon-pohon yang rindang kini sudah tidak terlihat. Yang terlihat justru disepanjang jalan adalah perumahan-perumahan baru dengan bergaya modern atau go-green. Meskipun terdapatnya sebuah taman kota atau cagar alam yang tetap dipertahankan , hal itu tidak akan bias mengembalikan lahan yang dulunya hijau dengan bermacam-macam pohon. Semakin bertambahnya penduduk maka akan semakin padat dan semakin sempit lahan-lahanuntuk tempat tumbuhnya pepohonan yang rindang. Bandingkan saja dengan tahun-tahun sebelumnya, mungkin masih didapati lahan atau kebun untuk bisa ditanami tumbuh-tumbuhan atau mungkin masih bisa didapati lapangan hijau tempat anak-anak bermain bola. Namun kini pemandangan seperti itu akan susah untuk ditemukan apalagi di kota-kota besar saat ini.
Tinggal di pemukiman padat penduduk bukan merupakan pilihan bagi mayoritas warganya, namun dikarenakan oleh keadaan yang memaksa mereka untuk bertempat tinggal di pemukiman yang padat penduduk. Berbagai konsekuensi harus siap dihadapi oleh warga yang tinggal di pemukiman padat padat ini seperti kebakaran, kotoran, sampai penyakit menular. Selain itu akibat secara psikologis juga banyak dirasakan oleh warga yang tinggal di dalamnya seperti stress dan agrestivitas. Lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap terbentuknya perilaku.
            Variabel-variabel dalam problema kependudukan sangatlah kompleks, meliputi penduduk itu sendiri, kemiskinan, kesempatan kerja, permukiman, kesehatan, gizi pendidikan, kejahatan, pencemaran lingkungan, krisis ekonomi, kelaparan, sandang, air bersih, kebodohan, keterbelakangan, fasilitas umum (fasum), fasilitas social (fasos). Nyaris faktor kepadatan penduduk menjadi pangkal segala problematika kehidupan manusia itu sendiri.[2]
Kondisi pemukiman yang layak sangat menentukan kepuasan terhadap tempat tinggal. Tidak tersedianya tempat untuk bekerja, ruangannya terlalu luas, lingkungannya terlalu berisik, perabotan rumah yang tidak memadai, karakteristik tetangga sekitar dan kondisi-kondisi lainnya merupakan sesuatu yang bisa menimbulkan masalah. jadi tidak hanya faktor fisik saja yang penting bagi kepuasan pemilihan perumahan, tetapi faktor psikologis juga memiliki pengaruh yang cukup besar.
Kondisi pemukiman yang padat ini dapat memicu perilaku negatif. Hal ini disebabkan karena kepadatan tinggi dipandang sebagai keadaan fisik yang melibatkan ketidaknyamanan potensi (kehilangan kendali, overload stimulus, kurangnya kebebasan perilaku, sumber daya dan privasi.).
Beberapa akibat dari kondisi pertumbuhan penduduk dan permukiman yang padat adalah alih guna lahan perdesaan menjadi perkotaan karena adanya peningkatan kebutuhan ruang untuk aktivitas kota. Disamping itu, terdapat keterbatasan supply ruang perkotaan terutama di pusat kota yang justru memiliki intensitas penggunaan lahan paling tinggi. Akibatnya penduduk perkotaan mengalami kesulitan mendapatkan lahan untuk beraktivitas, salah satu contohnya adalah aktivitas permukiman. Hal ini menyebabkan beralihnya fungsi lahan terbuka dan pertanian yang ada di pinggiran kota menjadi fungsi permukiman. Bila hal ini berlangsung treus menerus, maka akan mengakibatkan terjadinya perluasan kota yang tidak terencana, yang tentu saja akan memebrikan dampak lebih lanjut terhadap kondisi perkotaan. Seperti terjadinya penurunan kualitas lingkungan, banjir, kemacetan, dan sebagainya.



1.2  Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengamati keadaan penduduk dan kondisi lingkungan di kawasan Ratujaya, Cipayung Kota Depok.
2.      Untuk menganalisa keadaan penduduk dan kondisi lingkungan di kawasan Ratujaya, Cipayung Kota Depok.
3.      Untuk mengetahui seberapa padatnya permukiman yang terdapat di kota-kota besar khusunya kota Depok.
1.3  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah pengertian kepadatan penduduk ?
2.      Bagaimanakah sebab dan proses terbentuknya permukiman yang padat penduduk ?
3.      Apa masalah-masalah yang timbul akibat kepadatan penduduk ?
4.      Bagaimana upaya untuk mengatasi permukiman yang padat penduduk ?
1.4  Manfaat Penelitian
1.      Untuk mengetahui berbagai masalah tentang pemukiman penduduk serta faktor-faktor penyebab munculnya pemukiman padat penduduk.
2.      Untuk meningkatkan wawasan dan kecintaan dengan lingkungan sehingga timbul kesadaran pentingnya menjaga lingkungan sekitar.
3.      Sebagai masukan bagi penentu kebijakan dalam menata ruang kota serta mengatur pemukiman sehingga keputusan yang diambil bisa memberi pengaruh yang baik terhadap perkembangan kota








BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasanbaik dikawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggalatau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang  mendukung penghidupan (UU no.4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman).
            Permukiman adalah kawasan yang didominasi oleh lingkungan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja yang terbatas untuk mengdukung perikehidupan dan peghidupan, sehingga fungsinya dapat berdaya guna. Permukiman ini dapat berupa permukiman perkotaan maupun permukiman pedesaan. Permukiman ini terdiri dari tiga pengertian :
1.      Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/
2.      Kawasan yang didomisili oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi degan prasarana dan sarana lingkungan.
3.      Tempat atau daerah untuk bertempat tinggal atau tempat untuk menetap (Kamus Tata Ruang tahun 1997).
Penduduk dikonotasikan sebagai orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat, kampung, wilayah atau negeri, dan merupakan aset pembangunan atau sering disebut sumber daya manusia (SDA). Penambahan penduduk yang cepat menyebabkan tingkat kepadatan penduduk menjadi tinggi. Kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap satu kilometer persegi. Cara menghitungnya adalah dengan membandingkan jumlah penduduk di suatu daerah dengan luas daerah yang ditempati.[3]
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Jumlah penduduk cenderung meningkat, tetapi dapat pula stabil bahkan menurun. Masalah besar, komposisi distribusi dan perubahan penduduk ini dipelajari para ahli demografi dengan mempelajari tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi.
  • Kelahiran (fertilitas).
Angka fertilitas merupakan suatu indicator mengenai jumlah rata-rata anak yang secara nyata dilahirkan hidup oleh seorang wanita dan dinyatakan dengan jumlah kelahiran per 1000 wanita usia subur.
Konsep lain yang dipakai untuk mengukur pertumbuhan penduduk adalah angka kematian kasar yaitu jumlah kematian pada 1000 penduduk dalam satu tahun pada pertengahan tahun, angka kematian bayi yang mengacu pada jumlah bayi yang dalam waktu satu tahun lahir hidup dan meninggal sebelum mencapi usia satu tahun.
Faktor dasar lain yang mempenagruhi pertumbuhan penduduk ialah perpindahan penduduk atau migrasi, kita melihat misalnya bahwa dengan semakin meningkatnya industrialisasi biasanya jumlah penduduk yang pindah dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan pun meningkat.[4]
Dengan adanya faktor-faktor tersebut, dapat memungkinkan terjadinya laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang sehingga kepadatan penduduk tidak akan terhindarkan ditambah dengan semakin banyaknya penduduk maka akan semkin padatnya permukiman.


BAB III
METODOLOGI

3.1  Metode Penelitian
Metode yang dilaksanakan adalah metode observasi lapangan dan wawancara dengan salah satu narasumber yang merupakan penduduk setempat dan seorang Tokoh yang dituakan.
3.2  Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2013. Tempat pelaksanaannya adalah di kawasan Ratujaya, Cipayun kota Depok pada sebuah gang yang bernama gang Bengkel.
3.3  Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian ini terdiri dari tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut:
1.      Pengamatan mengenai keadaan lingkungan sekitar.
2.      Pengamatan mengenai perbandingan keadaan lingkungan dengan beberapa tahun belakangan ini dengan tahun-tahun sebelumnya.
3.      Pengamatan mengenai beberapa tempat tinggal yang ada saat ini yakini : jalan, rumah dan aliran sungai.
4.      Pengamatan mengenai sarana-prasana yang mendukung, seperti posyandu, rumah ibadah, dan taman terbuka.









BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kondisi lingkungan dan juga wawancara terhadap 2 orang narasumber yang merupakan salah seorang penduduk setempat dan Tokoh yang dituakan pada lingkungan tersebut. Narasumber diberikan beberapa pertanyaan mengenai kondisi lingkungan yang ada disekitarnya. Beberapa pertanyaan tersebut meliputi :
Ø  Sudah berapa lama narasumber menempati tempat tinggal tersebut ? Perubahan apa saja yang terjadi sampai pada sekarang ini ?
Ø  Bagaimana kondisi lingkungan disekitar tempat tinggal ? Apakah masih bisa dikatakan layak huni atau tidak ?
Ø  Bagaimana perbandingan dengan kondisi lingkungan saat ini dengan lingkungan pada tahun-tahun sebelumnya ?
Ø  Bagaimana kondisi sarana dan prasarana yang ada pada lingkungan sekitar ? baik dari kondisi jalan, rumah, posyandu, rumah ibadah serta aliran sungai.
Ø  Harapan apa yang diinginkan narasumber dengan perubahan lingkungan tempat tinggalnya dari awal menetap sampai saat ini ?
Selain mewawancarai salah satu penduduk, maka dilanjutkan dengan wawancara dengan Tokoh yang dituakan pada lingkungan tersebut. Wawancara ini dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama seperti yang diajukan pada narasumber yang pertama. Akan tetapi beberapa pertanyaan yang diajukan untuk narasumber kedua yakni meliputi :
Ø  Apakah yang akan dilakukan seiring dengan bertambahnya penduduk di lingkungannya termasuk kepada semakin sempit untuk lahan terbuka ada pada lingkungan tersebut ?
Ø  Bagaiamana kebijakan yang akan dilakukan apabila sudah tidak adanya lahan terbuka dan membiarkan lahan terbuka yang tersisa tersebut dijadikan sebagai lahan tempat tinggal ?
Hasil Wawancara Narasumber 1
Berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan, bahwa narasumber 1 sudah mulai menetap pada lingkungan yang sekarang menjadi tempat tinggalnya sejak tahun 2000. Pada saat itu kondisi lingkungan tersebut masih banyak pepohonan yang cukup rindang, hanya terdapat 5-10 rumah. Semakin menginjak pada tahun 2002-2003 kondisi lingkungannya sudah mulai ramai dan mulai terdapatnya pembangunan-pembangunan rumah. Ketika itu lingkungan sekitar masih terdiri dari kebun-kebun kosong, pohon-pohon buah yang beraneka ragam sampai kepada bercocok tanam tanaman nanas dan buah lainnya.
Itu adalah kondisi pada tahun-tahun yang lalu, sementara tahun sekarang sudah cukup padat. Bahkan kebun-kebun kosong yang ada kini sudah tergantikan dengan rumah-rumah yang memang sengaja dikontrakan. Hanya tersisa sebagian kebun kosong yang sengaja dipelihara oleh pemiliknya guna memperindah kondisi lingkungan dengan lahan yang cukup hijau. Akan tetapi kepadatan yang terjadi masih terbilang jauh dari kepadatan yang terjadi kota Jakarta semisalnya. Karena di lingkungan ini masih terdapatnya aliran selokan yang tetap mengalir, jarak satu rumah dengan rumah lainnya pun masih memiliki jarak tidak seperti permukiman yang terbilang sangat padat pada daerah ibukota. Pada kondisi lingkungan ini masih bisa dikatakan sangat layak karena jarak antar rumah masih cukup tidak berdesak-desakan bahkan keadaan rumah di lingkungan ini sangat teratur, hanya saja jalanannya tidak bisa diperuntukan untuk kendaraan berupa mobil, hanya untuk kendaraan bermotor dengan dua arah. Selain itu meskipun lahan terbuka sudah sebagian tergantikan oleh rumah-rumah, masih terdapat kebun kosong lainnya sehingga anak-anak yang berada pada lingkungan ini masih bisa bermain dengan menyenangkan.
Perbandingan kondisi lingkungan dari tahun-tahun sebelumnya dengan saat ini cukup dratis perkembangannya, tidak sampai 5 tahun pembangunan di lingkungan ini amat sangat cepat. Oleh karena itu bagaimana dengan keadaan selanjutnya itu tergantung kebijakan pihak yang berada diatas khususnya untuk tingkat Rumah Tangga (RT ataupun Rw) untuk selanjutnya demi kemajuan dan kestabilan keadaan lingkungan daerahnya. Sebagai seorang penduduk yang mempunyai hak untuk menetap sudah selayaknya dapat merasakan kondisi lingkungan aman, nyaman dan tentram.
Untuk kondisi sarana dan prasarananya sudah baik. Untuk keadaan jalannya setahun yang lalu sudah dilakukan perbaikan jalan ini menambah semakin bertamabah sarana yang mendukung. Selain itu rumah-rumah yang berada pada lingkungan ini juga merupkan rumah yang layak huni. Karena setiap rumah mempunyai jarak yang cukup sesuai untuk kriteria permukiman. Rumah ibadah yang terdapat pada lingkungan ini khusus tempat ibadah untuk yang beragama islam. Rumah ibadah pun tebilang cukup memadai apalagi setiap sudut dari lingkungan ini terdapat mushola dan majelis-majelis ta'lim. Hanya saja yang masih jadi permasalahan dilingkungan ini aliran selokan yang mampat dan baru bisa mengalir ketika musim penghujan saja, dan terkadang pada musim kemarau, selokan ini menguap dan memberikan bau yang cukup menyengat. Selain itu psyandu yang adapun kurang begitu terawat, posyandu akan terawat jika akan digunakan untuk event-event kesehatan saja.
Harapan kedepannya untuk keadaan di lingkungan ini adalah semakin banyaknya lahan sarana dan prasarana yang lebih memadai lagi. Seperti keadaan selokan yang tetap akan mengalir tidak hanya pada musim penghujan saja melainkan bisa mengalir walaupun sedikit ketika musim kemarau. Dan lahan terbuka hijau yang tersisa akan dapat terus digunakan sampai untuk generasi selanjutnya. Tidak ada lagi pembangunan-pembangunan rumah, karena saat ini saja rumah yang ada sudah cukup padat meskipun masih layak huni, tapi apabila lahan hijau yang tersisa sudah semakin habis maka keadaan lingkungan akan terus memadat mungkin hanya akan tersisa jalanan setapak dan hanya diperuntukan untuk orang jalan saja.
Hasil Wawancara Narasumber 2
            Berdasarkan hasil pengamatan dengan mengajukan pertanyaan yang hampir sama dengan narasumber 1, bahwa narasumber 2 mulai menetap sekitar pada tahun 2011-an. Ketika itu keadaan di lingkungan ini mulai ramai meskipun lebih banyak lahan kosongnya dibandingkan perumahannya. Setahun kemudian barulah semakin banyak pembangunan rumah, pada saat itu di depan dan di belakan ruamh masih terdapat empang yang memang untuk dilakukannya pembudidayaan sekaligus sebagai lahan pendapatan. Akan tetapi empang tersebut telah berubah menjadi lahn perumahan. Bahkan pemandangan yang terlihat dari kaca jendela sudah bukanlah pemandangan pohon dan gemericik air, melainkan pemandangan yang sudah beralih fungsi menjadi dinding-dinding rumah.perubahan yang terjadi terbilang sangat drastis hanya dengan hitungan beberapa tahun saja lahan-lahan ini berubah menjadi pemandangan permukiman rumah-rumah yang padat.
            Kondisi lingkungan saat ini, ya seperti sekarang ini lahan hijau tempat tumbuhnya pohon sudah semakin sedikit bahakan dari kejauhan sudah terlihat banyaknya rumah di sepanjang jalan ketika menelusurinya. Akan tetapi masih ada lahan kosong yang tetap dipertahankan sejak dulu dan sudah menjadi milik orang. Setidaknya perubahan lingkungan yang terjadi masih menyisakan lahan hijau untuk tempat betumbuhnya pohonan yang rindang dan lahan inilah yang tetap harus dipertahankan semakin banyaknya pemukiman rumah. Kondisi dilingkungan ini sangat dikatakan sebagai layak huni, karena tatanan dari tiap rumah-rumahnya beraturan, meskipun di setiap sudut sudah terpenuhi oleh rumah namun kebaradaannya masih rapi. Bahkan untuk pengguna jalannya masih terbilang nyaman.
            Perbandingan antara tahun-tahun sebelumnya dengan saat ini jelaslah berbeda. Mungkin pada tahun-tahun sebelumnya masih terdapat lahan dengan pohon yang masih bisa dilihat anak-anak bermain dibawah pohon tersebut. Tetapi sekarang sudah jarang sekali anak-anak bermain dibawah pohon karena sudah tidak adanya lahan yang bisa dijadikan tempat bermain anak dengan sambil mengenal alam, kini para orang tua ada yang mengajak anaknya untuk berjalan-jalan di mall, itu akan membuat perilaku anak menjadi konsumtif. Atau ada juga orang tua yang tidak membiarkan anaknya bermain diluar melihat keadaan lingkugannya sudah tidak bersahabat, semisalnya apabila dibiarkan dijalan maka ketakutan orang tua bahwa anaknya takut tertabrak pengendara motor. Oleh sebab itu mereka membiarkan anaknya bermain didalam rumah karena sudah tidak adanya lahan terbuka yang bisa dieksplor anak dalam tahap perkembangannya.
            Untuk keadaan rumah disekitar lingkungan ini ya seperti yang tadi sudah dikatakan bahwasanya keadaan rumah di lingkungan ini terbilang beraturan dan rapi sehingga layak untuk dihuni dan dikatakan sebagai permukiman meskipun permukiman dilingkungan ini permukiman yang padat. Untuk kondisi jalannya juga cukup rata, memang sebelumnya keadaan jalan disin banyak yang berlubang namun pada tahun lalu sudah dilakukan perbaikkan dan menjadi rata sekarang. Untuk rumah ibadah sudah cukup memadai apalagi tahun kemarin ada yang menghibahkan sebuah AC untuk digunakan di musolah jadi rumah ibadah di lingkungan ini terbilang sudah terfasilitasi. Hanya saja untuk aliran sungai sampai saat ini masih banyak saja yang membuang sampah sembarang, membuangkan kesungai sehingga aliran sungai disini tetep mengalir namun tidak sengaimana mestinya aliran air yang terus mengalir. Selain itu terkadang selokan juga mampat dan baru bisa mengalir kalau musim penghujan saja. Oleh karena itu yang cukup menarik perhatian lebih lanjut adalah mengenai sungai dilingkungan ini. Namun untuk warga dilingkungan ini tidak ada yang bertempat tinggal tepat diatas aliran sungai. Mereka bertempat tinggal dengan mengatur jarak antara rumahnya dan aliran sungainya.
            Yang akan terus dilakukan untuk saat ini dan selanjutnya adalah penanangan mengenai masalah sungai ini, yang sekarang sudah dipekerjakan dinas kebersihan keliling lingkungan yang akan membersihkan dan mengmbil sampah setiap minggunya. Selanjutnya melakukan sebuah rencana baru untuk tetap mempertahankan lahan pepohonan yang tersisa agar dilingkungan ini sudah bisa meminimalisir pertambahan pembangunan. Kalaupun masih ada yang ingin membangun permukiman di lahan hijau yang sudah semakin sedikit ini harus dengan persetujuan beberapa orang yang ditua kan karena akan menyangkut masalah kesejahteraan generasi selanjutnya. Dan dilakukannya penekanan terhadap laju pertumbuhan penduduk dengan program KB misalnya. Dan bisa juga dengan pernikahan pada usia yang ideal.
            Harapan untuk lingkungan ini selanjutnya semoga tetap masih bisa mempertahankan lahan terbuka yang tersisa sekarang dari semakin banyaknya lahan hijau yang sudah habis tergantikan oleh rumah-rumah agar selanjutnya kondisi lingkungan ini tidak semakin padat lagi, mengingat kondisi yang sekarang sudah padat.

4.2 Pengertian Kepadatan Penduduk
Population density atau yang lebih dikenal dengan kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah atau daerah tertentu dengan satuan per kilometer persegi. Ciri-ciri kepadatan penduduk yang makin lama makin tinggi adalah tingginya pertumbuhan penduduk yang terus berjalan dan meningkatnya jumlah pemukiman di daerah tersebut.
Kepadatan penduduk secara umum dibagi menjadi empat macam, sebagai berikut:
1.      Kepadatan Arithmatik
Kepadatan arithmatik adalah jumlah penduduk rata-rata per kilometer persegi daerah tanpa            memperhitungkan kualitas daerah maupun kualitas penduduk. Jenis kepadatan ini  merupakan kepadatan tradisional, paling mudah perhitungannya.
2.      Kepadatan Fisiologi
Kepadatan fisiologis adalah jumlah penduduk setiap kesatuan wilayah luas dari tanah produktif suatu daerah. Yang dimaksud tanah produktif dalam hal ini adalah tanah yang digarap.
3.      Kepadatan Agraris
Kepadatan agraris adalah jumlah penduduk yang bertani dari setiap kesatuan tanah yang dikerjakan untuk pertanian.
4.      Kepadatan Ekonomi
Kepadatan ekonomis adalah jumlah penduduk yang dapat dijamin penghidupannya oleh tiap kesatuan wilayah tanah (kesatuan luas tanah). Perhitungan ini tidak hanya tergantung dari sektor pertanian tapi juga sektor industri dan perdagangan. Kepadatan jenis ini dipengaruhi oleh:
a.       Kesuburan tanah,
b.      Tingkat intensitas dalam bertani,
c.       Jarak dengan kota-kota industri makmur,
d.      Tingkat kebutuhan rohani penduduk, seperti hiburan dll.
Berdasarkan kepadatan penduduknya, tiap-tiap daerah dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu :
1)      Kelebihan Penduduk (over population)
Kelebihan penduduk adalah keadaan daerah tertentu selama waktu yang terbatas, dimana bahan-bahan keperluan hidup tidak mencukupi kebutuhan daerah tersebut secara layak. Daerah yang mengalami kelebihan penduduk biasanya akan mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan pokok penduduk (pangan, sandang dan tempat tinggal).
2)      Kekurangan Penduduk (under population)
Kekurangan penduduk adalah keadaan suatu daerah tertentu, dimana keadaan jumlah penduduk sudah sedemikian kecilnya, sehingga sumber alam yang ada hanya sebagian yang mampu untuk dimanfaatkan.
3)      Penduduk Optimum (optimum population)
Penduduk optimum adalah jumlah penduduk yang sebaik-baiknya berdasarkan daerah tertentu. Penduduk dapat berproduksi maksimum perkapita berdasarkan sumber alam yang tersedia dan teknologi yang berkembang.
4.3 Akibat dari Kepadatan
  1. Secara Fisik, yaitu reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit fisik lain (Heimstra dan Mc Farling, 1978).
  2. Secara Sosial, antara lain adanya masalah social yang terjadi dalam masyarakat seperti meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja (Heimstra dan Mc Farling, 1978).
  3. Secara Psikis antara lain :
a.       Stres, kepadatan tinggi dapat menumbuhkan perasaan negative, rasa cemas, stress dan perubahan suasana hati.
b.      Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung untuk menarik diri dan kurang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
c.       perilaku menolong, kepadatan tinggi juga menurunkan keinginan individu untuk menolong atau member bantuan kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang yang tidak dikenal.
4.4 Dampak kepadatan penduduk terhadap lingkungan
Peningkatan populasi manusia atau meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan tingkat kepadatan semakin tinggi .Pada sisi lain,luas tanah atau lahan tidak bertambah.Kepadatan penduduk dapat mengakibatkan tanah pertanian semakin berkurang karena digunakan untuk pemukiman penduduk.
Setiap makluk hidup membutuhkan oksigen untuk pernapasan.Demikian pula manusia sebagai makluk hidup juga membutuhkan oksigen untuk kehidupanya. Manusia memperoleh oksigen yang dibutuhkan melalui udara bersih .Udara bersih berati udara yang tidak tercemar,sehingga huyakitas udara terjaga dengan baik.Dengan udara yang  bersih akan diperoleh pernapasan yang sehat.
c.       Kerusakan Lingkungan
Setiap tahun, hutan dibuka untuk kepentingan hidup manusia seperi untuk dijadikan lahan pertanian atau pemukiman .Para ahli lingkungan memperkirakan lebih dari 70% hutan di dunia  yang alami telah ditebang  atau rusak parah .Menigkatnya jumlah  penduduk akan diiringi pula dengan meningkatnya  penggunaan sumber alam hayati. Adanya pembukaan hutan  secara liar   untuk dijadikan  tanah pertaniaan atau untuk mencari  hasil hutan sebagai  mata pencaharian penduduk akan merusak ekosistem hutan.
d.      Kebutuhan Air Bersih
Air merupakan kebutuhan mutlak makhluk hidup .Akan  tetapi,air yang dibutuhkan manusia sebagai mkhluk hidup adalah air bersih. Air bersih digunakan untuk kebutuhan penduduk atau rumah tangga sehari-hari.   Bersih merupakan air yang memenuhi syarat kualitas  yang meliputi syarat fisika ,kimia ,dan biologi. Syarat kimia yaitu air yang tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan kesehatan  manusia. Syarat fisika  yaitu air tetap jernih (tidak brubah warna), tidak ada rasa, dan tidak berbau. Syarat biologi yaitu air tidak mengandung mikrooganisme atau kuman-kuman penyakit.
e.       Kekurangan Makanan
Manusia sebagai mahkluk hidup  membutuhan makanan. Dengan bertambahnya jumlah  populasi manusia atau penduduk, maka  jumlah kebutuhan makanan yang diperlukan juga semakin banyak. Bila hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan  produksi  pangan, maka dapat terjadi kekurangan makanan .Akan tetapi,biasanya laju pertambahan penduduk lebih cepat daripada kenaikan produksi pangan  makanan. Ketidakseimbangan  antara bertambahnya  penduduk   dengan bertambahnya   produksi pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Akibatnya, penduduk dapat kekurangan gizi atau pangan. Kekurangan gizi menyebabkan daya tahan tubuh seseorang terhadap  suatu penyakit  rendah, sehingga mudah terjangkit penyakit.
f.       Pencemaran air
Disebabkan oleh limbah rumah tangga dan limbah industri.[5]
4.5 Cara-cara yang dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah   penduduk
a.       Penambahan dan penciptaan lapangan kerja
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
b.      Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
c.       Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
d.      Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.
Pada lingkungan ini termasuk kedalam jenis kepadatan fisiologi dimana jumlah penduduk setiap kesatuan wilayah luas dari tanah produktif suatu daerah. Yang dimaksud tanah produktif dalam hal ini adalah tanah yang digarap. Ketika itu lahan yang seharusnya pernah menjadi sumber penghasilan kini telah berubah dan sudah bukan lagi menjadi sumber penghasilan. Selanjutnya untuk dampak seperti limbah sampah rumah tangga yang semakin meningkat kini sudah mulai diadakannya minggu bersih dimana sampah yang selama satu minggu terkumpul akan diambil oleh pekerja kebersihan yang sudah dibentuk. Dan sampai saat ini sudah mulai adanya kesadaran untuk terus mengimbangi laju pertumbuhan penduduk agar tidak semakin padat permukiman dilingkungan ini.











BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan
1.      Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah atau daerah tertentu dengan satuan per kilometer persegi.
2.      Ciri-ciri kepadatan penduduk yang makin lama makin tinggi adalah tingginya pertumbuhan penduduk yang terus berjalan dan meningkatnya jumlah pemukiman di suatu daerah.
3.      Kawasan yang menjadi bahan penelitian dapat dikatakan sebagai permukiman yang padat penduduk, mengingat perubahan kondisi lingkungan yang sangat drastis. Semisalnya saja sudah tidak terdapatnya lahan terbuka sebagaimana lahan yang ada pada tahun-tahun sebelumnya.
4.      Permukiman dilingkungan tersebut masih layak huni karena melihat keteraturan dari tiap-tiap rumahnya.
5.      Masalah yang pasti ada pada permukiman pada adalah meningkatnya sampah rumah tangga, dan menyebabkan aliran-aliran air seperti selokan dan sungai tidak berjalan sebagaimana mestinya.
6.      Perlu adanya kesadaran tersendiri dalam mengimbangi laju pertumbuhan penduduk agar permukiman yang sudah ada tidak menjadi semkain padat dan tidak beraturan.
5.2 Saran
            Perlu adanya kesadaran diri untuk tetap terus mengetahui perkembangan sosial yang terjadi dilingkungan sekitar. Karena lingkungan termasuk kedlam salah satu factor yang mempengaruhi perkembangan generasi selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Kamus Tata Ruang tahun 1997
Mufid, sofyan Anwar..Ekologi Manusia. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2010
Soerjani. Moh, Rofiq Ahmad, Munir Rezy. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan   Kependudukan Dalam Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia. 1987.
Soemarwoto,Otto. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.Jakarta:Djambatan. 2004.
Soemarwoto,Otto..Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:Gadjah Mada.2007         University Press.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi (ed.revisi). Jakarta : Universitas Indonesia. 2004.
UU no.4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman.



IDENTITAS NARASUMBER
  1. Nama Lengkap            : Daryono
Alamat                        : Jl. Raya citayam gang bengkel Ratujaya, Cipayung Depok
Menetap Sejak            : Tahun 2000
Status                          : Tokoh yang dituakan
  1. Nama Lengkap            : Savitri
Alamat                         :Jl. Raya citayam gang masjid Ratujaya, Cipayung Depok
Menetap Sejak            : Tahun 2001
Status                          : Warga Sekitar



[1] Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,(Jakarta: Djambatan, 2004), hlm. 204.
[2] Drs. Sofyan Anwar Mufid, M.S., Ekologi Manusia,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 189.

[3] Ibid, hlm 190.
[4] Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi (ed.revisi), (Jakarta : Universitas Indonesia, 2004), hlm. 164.
[5] Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2007), hlm.207.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini