Sabtu, 14 Maret 2015

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

Nama : Hoirunnisa
Kelas : BPI 6
Nim   : 1112052000009

RINGKASAN MATERI BAB 3 : PARADIGMA DALAM METODE KUALITATIF

yang terdiri dari Post Positivis, Konstruktivisme Sosial,

Advokasi Partisipatoris, dan Pragmatis

 

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model-model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma, menurut Bogdan dan Biklen, adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian. Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi. Khun dalam The Structure of Scientific Revolution mendefinisikan paradigm ilmiah sebagai contoh yang diterima tentang praktek ilmiah sebenarnya, contoh-contoh termasuk hokum, teori, aplikasi dan instrumentasi secara bersama-sama yang menyediakan model yang darinya muncul tradisi yang koheren dari penelitian ilmiah. Penelitian yang pelaksanaannya didasarkan pada paradigma bersama berkomitmen untuk menggunakan aturan dan standar praktek ilmiah yang sama.

Berdasarkan definisi Khun tersebut, Harmon mendefinisikan paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas. Sedangkan Capra mendefinisikan paradigm sebagai konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi dan praktek yang dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus tentang realitas sebagai dasar tentang cara mengorganisasikan dirinya. Pada dasarnya ada kesukaran apabila seseorang ingin mengkonstruksi realitas. Pertama ada realitas objektif yang ditelaah, dan hal itu ditelaah melalui realitas subjektif tentang pengertian-pengertian kita. Kedua paradigma sebagai pandangan dunia seseorang tersebut, membangun realitas yang dipersepsikan tentang realitas, memfokuskan perhatian pada aspek-aspek tertentu dari realitas objektif dan membimbing interpretasi seseorang pada struktur yang mungkin dan berfungsi pada kedua realitas yang tampak maupun yang tidak tampak. Ada bermacam-macam paradigma, tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah scientific paradigm (paradigma keilmuan, namun untuk memudahkan diterjemahkan secara harfiah sebagai paradigma ilmiah) dan naturalistic paradigm atau paradigma alamiah. Paradigma ilmiah bersumber dari pandangan positivism, sedangkan paradigma alamiah bersumber pada pandangan fenomenologis.

Pembahasan mengenai paradigma, tidak semua para ahli menamakannya dengan paradigma. Dalam buku Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed karangan John W.Creswell, ia memilih menggunakan istilah pandangan dunia, karena memiliki arti kepercayaan dasar yang memandu tindakan. Peneliti lain lebih suka menyebutnya paradigma, epistemology, ontology atau metodologi penelitian yang telah diterima secara luas. Ia memandang pandangan dunia sebagai orientasi umum terhadap dunia dan sifat penelitian yang dipegang kukuh oleh peneliti. Pandangan dunia ini seringkali dipengaruhi oleh bidang keilmuan yang menjadi konsentrasi mahasiswa, kepercayaan para pembimbing dan pihak fakultas terhadap bidang tersebut. Ada pandangan dunia yang akan dibahas, yaitu post positivisme, konstruktivisme, advokasi atau partisipatoris, dan pragmatism. Elemen-elemen penting dalam setiap pandangan dunia yaitu :

Post Positivisme

Konstruktivisme

Advokasi/ Partisipatoris

Pragmatis

Determinasi

Pemahaman

Bersifat politis

Efek-efek tindakan

Reduksionisme

Makna yang beragam dari partisipan

Berorientasi pada isu pemberdayaan

Berpusat pada masalah

Observasi dan pengujian empiris

Konstruksi sosial dan historis

Kolaboratif

Bersifat pluralistik

Verifikasi teori

Penciptaan teori

Berorientasi pada perubahan

Berorientasi pada praktik dunia nyata

 

A.    Pandangan dunia post positivisme

Asumsi-asumsi post positivis merepresentasikan bentuk tradisional penelitian, yang kebenarannya lebih sering disematkan untuk penelitian kuantitatif etimbang kualitatif. Pandangan ini terkadang disebut sebagai metode saintifik. Dalam buku Philips dan Burbules, kita akan menemukan sejumlah asumsi dasar yang menjadi inti dalam paradigma penelitian ini, antara lain :

1.      Pengetahuan bersifat konjektural atau terkaan atau tidak berlandaskan apapun, bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan kebenaran absolut. Untuk itulah, bukti yang dibangun dalam penelitian seringkali lemah dan tidak sempurna.

2.      Sebagian besar penelitian kuantitatif, misalnya, selalu diawali dengan pengujian atas suatu teori.

3.      Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan pertimbangan-pertimbangan logis. Dalam praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan observasi pengukuran tertentu yang diisi oleh partisipan.

4.      Penelitian harus mampu mengembangkan statemen-statemen yang relevan dan benar, yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya.

5.      Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif, para peneliti harus menguji kembali metode-metode yang sekiranya mengandung bias.

Dalam buku yang berjudul "Catatan Kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan" karangan Conny R.Semiawan dijelaskan bahwa, positivisme bersumber dari orientasi ilmu alam yang kajiannya diarahkan pada pengembangan teori. Riset seperti ini mendasarkan pengetahuannya pada fakta yang dapat diamati secara langsung dan percaya bahwa secara ontologism hanya ada satu realitas tunggal. Para positivis percaya bahwa setiap riset bebas nilai dalam mempersoalkan aksiologi penelitian. Dalam kajian epistemology hubungan antara yang hendak mengetahui dan materi pengetahuan bersifat independen. Adanya hubungan sebab akibat yang mendahului atau muncul bersamaan dengan efeknya adalah ciri lain dari paradigma positivis. Pada umumnya para positivis lebih menekankan logika deduktif atau mendasarkan kajiannya pada hipotesis teori tertentu. Paradigma positivis yang paling terkenal adalah metode eksperimental. Dalam metode ini hipotesis dijabarkan secara logis dari teori dan mencakup suatu test dalam kondisi terawasi.

 

B.     Pandangan dunia konstruktivisme sosial

Pandangan dunia ini biasanya dipandang sebagai suatu pendekatan dalam penelitian kualitatif. Konstruktivisme sosial meneguhkan asumsi bahwa individu-individu selalu berusaha memahami dunia dimana mereka hidup dan bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna subjektif atas pengalaman-pengalaman mereka. Makna-makna yang diarahkan pada objek-objek atau benda-benda tertentu. Makna-makna ini pun cukup banyak dan beragam sehingga peneliti dituntut untuk lebih mencari kompleksitas pandangan-pandangan ketimbang mempersempit makna-makna menjadi sejumlah kategori dan gagasan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti.untuk mengeksplorasi pandangan-pandangan ini, perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa sangat luas dan umum, sehingga partisipan dapat mengkonstruksi makna atas situasi tersebut, yang biasanya tidak asli atau tidak dipakai dalam interaksi dengan orang lain. Semakin terbuka pertanyaan tersebut tentu akan semakin baik, agar peneliti bisa mendengarkan dengan cermat apa yang dibicarakan dan dilakukan partisipan dalam kehidupan mereka.

Dalam konteks konstruktivisme, peneliti memiliki tujuan utama, yakni berusaha memaknai, makna-makna yang dimiliki ornag lain tentang dunia ini, ketimbang mengawali penelitiannya dengan suatu teori (seperti dalam post positivisme). Terkait dengan konstruktivisme ini, Crotty memperkenalkan sejumlah asumsi :

1.      Para peneliti kualitatif cenderung menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka agar partisipan dapat mengungkapkan pandangan-pandangannya.

2.      Para peneliti kualitatif harus memahami konteks atau latar belakang partisipan mereka.

3.      Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dimana didalamnya peneliti menciptakan makna dari data-data lapangan yang dikumpulkan.

 

C.     Pandangan dunia advokasi dan partisipatoris

Pandangan ini berasumsi bahwa penelitian harus dihubungkan dengan politik dan agenda politis. Untuk itulah, penelitian ini pada umumnya memiliki agenda aksi demi reformasi yang diharapkan dapat mengubah kehidupan partisipan. Peneliti dapat mengawali penelitian mereka dengan salah satu dari isu-isu ini sebagai fokus penelitiannya. Pandangan dunia ini berfokus pada kebutuhan-kebutuhan suatu kelompok atau individu tertentu yang mungkin termaginalkan secara sosial. Terdapat ringkasan oleh Kemmis dan Wilkinson tentang karakteristik-karakteristik inti dari penelitian advokasi :

1.      Pada akhir penelitian ini, para peneliti harus memunculkan agenda aksi demi reformasi dan perubahan.

2.      Penelitian ini ditekankan untuk membantu individu-individu agar bebas dari kendala-kendala yang muncul dari media, bahasa, aturan-aturan kerja dan relasi kekuasaan dalam ranah pendidikan.

3.      Penelitian ini bersifat emansipatoris yang berarti bahwa penelitian ini membantu membebaskan manusia dari ketidakadilan yang dapat membatasi perkembangan.

4.      Penelitian ini juga bersifat praktis dan kolaboratif, karena ia hanya dapat sempurna , jika dikolaborasikan dengan penelitian-penelitian lain.

 

D.    Pandangan dunia pragmatik

Paradigma filosofis yang satu ini memiliki banyak bentuk, tetapi pada umumnya pragmatisme sebagai pandangan dunia lahir dari tindakan-tindakan, situasi-situasi dan konsekuensi-konsekuensi yang sudah ada, dan bukan dari kondisi-kondisi sebelumnya. Pandangan dunia ini berpijak pada aplikasi dan solusi atas masalah yang ada. Pragmatisme pada hakikatnya merupakan dasar filosofis untuk setiap bentuk penelitian, khususnya penelitian metode campuran :

1.      Pragmatisme dapat digunakan untuk penelitian campuran.

2.      Setiap peneliti memiliki kebebasan dalam memilih metode, teknik dan prosedur.

3.      Para peneliti pragmatis selalu melihat apa dan bagaimana meneliti, seraya mengetahui apa saja akibat-akibat yang akan mereka terima.

4.      Kaum pragmatis setuju bahwa penelitian selalu muncul dalam konteks sosial, historis, politis, dan lain sebagainya.

5.      Kaum pragmatis percaya akan dunia eksternal yang berada diluar fikiran .

 

 

DAFTAR PUSTAKA

J. Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

R.Semiawan, Conny. 2007. Catatan Kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Kencana.

W.Creswell, John. 2010. Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini