Senin, 13 April 2015

lilisokviyani_PMI6_tragedi alam ulah manusia

Nama : Lilis Okviyani
Pengembangan Masyarakat Islam

Apakah The Great Pacific Garbage Patch itu???

The Great Pacific Garbage Patch atau dalam bahasa indonesia kita sebut Tambalan Sampah Samudera Pasifik merupakan kumpulan sampah laut yang berasal dari sampah-sampah lautan yang ada di Samudera Pasifik dan umumnya berasal sampah dari kapal-kapal laut yang berlayar di Samudera Pasifik. Sampah-sampah tersebut dibawa oleh arus laut dan berkumpul di suatu titik  pertemuan arus laut yang kemudian membentuk "pulau sampah". The Great Pacific Garbage Patch ini terletak di Samudera Pasifik Utara.
Kumpulan sampah ini membentang di area yang sangat luas dan terdiri dari berbagai macam konsentrat plastik, sampah kimia, dan juga barang rongsokan serta puing-puing atau sisa material lainnya. Keberadaan "Pulau sampah" ini pertama kali diinformasikan oleh organisasi lingkungan Amerika Serikat National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada tahun 1988.  Kemudian fakta nyatanya kembali diberitakan oleh pelaut asal Amerika Serikat Charles J Moore di tahun 1997 yang menemukan tumpukan sampah ini semakin membesar.
Para ilmuwan memperkirakan 80% berasal dari daratan,  dan 20%  lainnya berasal dari kapal yang berlayar di Samudera Pasifik. 3000 orang yang berlayar dengan kapal pesiar dapat menghasilkan 8 ton sampah setiap minggunya.  Sampah  yang berasal dari daratan umumnya berasal dari sungai dan sampah-sampah tersebut dibawa oleh arus sungai kelaut dan akhirnya arus lautlah yang menyeret sampah dari sungai terombang-ambing di laut dan kemudian membentuk kumpulan sampah plastik di Samudera. Sampah-sampah dari Amerika membutuhkan waktu sekitar 6 tahun untuk sampai di Pacific Garbage Patch,  sedangkan sampah dari jepang  membutuhkan waktu 1 tahun untuk berkumpul di tumpukan sampah pasifik ini.

   
Ukuran tumpukan sampah ini tidak bisa diketahui secara pasti karena tidak bisa dilihat dari permukaan laut. Sampah-sampah tersebut berada di bawah permukaan laut sehingga tidak bisa dilacak melalui satelit maupun pesawat. Menurut perkiraan, luasnya antara 700.000 - 15.000.000 km persegi (0.4%1-8.1% dari luas Samudera Pasifik). Dari beberapa sumber luasnya bisa mencapai dua kali luas Amerika Serikat.
Pulau sampah ini telah menimbulkan banyak masalah. yang paling utama tentu saja masalah plastik. Pulau Plastik raksasa ini tidak akan pernah berkurang. Karena (tentu saja) plastik tidak bisa terurai menjadi bahan organik. Sinar Ultraviolet hanya menguraikan mereka menjadi bagian-bagian kecil bahkan hingga seukuran plankton. Dan hanya 4% yang hilang jika dimusnahkan, sisanya tetap ada, hanya mungkin berubah bentuk. Padahal Amerika saja menghasilkan sekitar 60.000.000.000 kg sampah plastic per-tahunnya.
Yang lebih parah lagi jika partikel Plastik tersebut dimakan oleh hewan, apalagi ikan yang kita konsumsi. Racunnya pasti mampir ke Meja makan kita setiap harinya .

Sampah-sampah plastik yang ada pada kawasan Garbage Patch ini telah mengakibatkan pencemaran lingkungan di laut. Hewan-hewan laut telah menjadi korban akibat sisa konsumsi manusia ini. Hewan seperti ikan, burung albatros, kura-kura dan jenis makhluk laut lainnya telah terkontaminasi oleh sampah plastik tersebut. Burung Albatros adalah salah satu contoh hewan yang terkena dampak kontaminasi sampah laut tersebut. Pada sistem pencernaan burung ini banyak ditemukan sampah plastik. Dari 1,5 juta burung Albatros, menurut penelitian hampir semuanya terkontaminasi sampah plastik pada sistem pencernaannya dan ini berdampak negatif pada proses regenerasi burung ini. Sepertiga dari anak burung albatros ini mati karena kontaminasi sampah tersebut.
Selain itu, hewan-hewan mikroskopis juga bisa menyerap polutan organik yang ada di laut. Polutan ini bersifat racun (toxin). Toksin pada plastik ini juga dimakan oleh ubur-ubur yang kemudian dimakan oleh ikan yang lebih besar. Hal tersebut menyebabkan ikan-ikan tersebut menjadi terkontaminasi toksin dari sampah laut tersebut.
Disisi lain, tumpukan yang besar dapat membunuh hewan laut yang terperangkap. Hewan seperti ikan, kura-kura, dan burung dapat terperangkap oleh sampah dan juga pencernaan mereka juga terkontaminasi oleh sampah sehingga perlahan hewan-hewan tersebut akan mati. Selain kontaminasi pada pencernaan, polutan sampah juga dapat menyebabkan kurangnya persedian makanan bagi hewan-hewan laut.  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini