Sabtu, 30 Mei 2015

Desa Penglipurna_Dwi Aryurini_PMI 2

Asal Mula Nama Desa Penglipuran
Asal mula terbentuknya dari nama desa penglipuran, kita juga harus tahu sejarah dari desa Penglipuran itu sendiri. Menurut bli wayan, desa penglipuran berasal dari kata Penglipuran, dan kata Penglipuran sendiri berasal dari kata "Pengeling Pura" yang berarti tempat suci mengenang para leluhur. Tempat ini sangat berarti sejak zaman leluhur mereka datang dari desa Bayung Gede ke Penglipuran yang jaraknya cukup jauh, sekitar 20 km. Oleh karena itu masyarakat Penglipuran mendirikan pura yang sama sebagaimana yang ada di desa Bayung Gede. Dalam hal ini berarti masyarakat Penglipuran masih mengenal seluk-beluk mereka.

Dari sumber yang lain, didapatkan informasi bahwa Penglipuran berasal dari kata "Penglipur" yang berarti "penghibur" karena pada jaman kerajaan tempat ini dijadikan tempat peristirahatan. Penglipuran memiliki dua pengertian, yaitu pangeling yang kata dasarnya "eling" atau mengingat. Sementara pura artinya tanah leluhur. Jadi, penglipuran artinya mengingat tanah leluhur. Kata itu juga bisa berarti "penghibur" yang bermakna memberikan petunjuk bahwa ada hubungan sangat erat antara tugas dan tanggung jawab masyarakat dalam menjalankan dharma agama.
 Masyarakat desa adat penglipuran percaya bahwa leluhur mereka berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani.Sebelumnya desa Panglipuran bernama Kubu Bayung. Pada jaman dahulu raja bali memerintahkan pada warga-warga di Bayung Gede untuk mengerjakan proyek di Kubu Bayung, tapi akhirnya para warga tersebut memutuskan untuk menetap di desa Kubu Bayung dan mendirikan pura yang sama dengan desa asal mereka.
Latar belakang budaya yang terdapat di desa Penglipuran berbeda dengan desa lain yang ada di Bali. Telah dijelaskan bahwa desa penglipuran dulunya berada 20 km jaraknya dari desa kubu bayung yang sekarang telah berganti nama menjadi desa penglipuran. Untuk  latar belakang budaya sendiri, budaya di desa Panglipuran sudah ada sejak desa tersebut masih ada di Bayung Gede. Hingga saat ini, budaya yang berkembang di desa Penglipuran belum ada perubahan.
Salah satu contohnya adalah saat upacara Pengabenan, di desa Penglipuran menggunakan hewan Sapi sebagai sajen, yang nantinya akan dibagikan kepada warga yang hadir dalam prosesi pengabenan. Dan budaya tersebut sudah ada sejak dahulu kala. Dan untuk upacara kematian di desa penglipuran sendiri, tidak mengadakan pembakaran mayat atau kremasi, tetapi jasad orang yang meninggal di desa penglipuran di makamkan. Budaya tersebut berbeda dengan budaya pengabenan lain yang ada di pulau Bali. 
      Mitos yang berkembang
Banyak mitos yang berkembang di desa penglipuran. Salah satu mitos yang berkembang di desa penglipuran adalah, jika ada seorang wanita yang sedang hamil, dilarang keras masuk kedalam pura agung/penateran. Karena jika ada wanita hamil yang masuk kedalam pura, maka wanita tersebut akan kehilangan bayinya/keguguran. Masyarakat penglipuran percaya akan hal itu, jadi hingga sekarang, wanita yang sedang hamil diawasi benar-benar oleh pihak keluarga, agar tidak melanggar aturan tersebut. Mitos lain dari desa penglipuran adalah, terdapat harimau dan ular ghaib yang menjaga salah satu pura yang ada di desa Panglipuran, yaitu Pura Dukuh. Dan mitos lain adalah, banyak orang yang mengambil pesugihan dan memberikan tumbal manusia setiap satu tahun sekali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini