Nama : Moch Irfan Jaya
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Tokoh Ekologi Tanah Betawi
H. Chaerudin: Si Jampang Penyelamat Kali Pesanggrahan
Sosok sederhana yang selalu mengenakan pakaian khas betawi, lengkap dengan peci dan goloknya, ini memiliki kenangan indah saat mudanya dulu memancing ikan di Kali Pesanggrahan.Kicauan burung yang begitu merdu menghiasi suasana di pinggir kali. Selain itu, aneka satwa lain juga dapat dengan mudah ditemui.
Namun, kondisi di akhir 1980-an sangatlah jauh berbeda. Pinggiran Kali Pesanggrahan jadi tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga. Akibatnya air kali menjadi hitam kelam.
Kenangan itulah yang kemudian mendorong H. CHAERUDIN (54 tahun), atau akrab disapa Bang Idin, bertualang, selama lima hari enam malam, menyusuri Kali Pesanggrahan ke hulunya di Kaki Gunung Pangrango sejauh 136 km dengan berjalan kaki atau berakit batang pisang.
Ia mencari tahu apa saja yang masih tersisa di sepanjang aliran kali. Pohon apa saja yang tak lagi tegak, satwa apa saja yang lenyap, ikan apa saja yang minggat, dan mata air mana saja yang alirannya tersumbat.
Usahanya dimulai dengan membersihkan sampah. Langkah awal ini ternyata tidak mudah. "Berkali-kali saya bersitegang dengan orang-orang "gedongan" itu. Saya disebut orang gila. Sering saya diinterogasi dan ditangkap aparat," kenang ketua Kelompok Kelompok Tani Lingkungan Hidup (KTLH) Sangga Buana yang dibentuknya tahun 1998. Akan tetapi perlakukan yang didapatkannya tersebut, tidak membuat darah kependekaran yang mengalir deras dalam nadinya menggelegak. Baginya, untuk menyadarkan orang "gedongan" yang bertabiat kampungan itu, tidak berarti harus menggunakan bahasa kekerasan. Berbagai cara ia lakukan untuk kemudian "menyadarkan" mereka.
Akhirnya, berkat kesabaran dan tekad kuat, lambat laun, kesadaran juragan-juragan tanah yang membangun pagar beton tinggi hingga ke bantaran kali mulai tumbuh. Bang Idin kemudian juga mengajak teman-temannya sesama petani penggarap untuk mengikuti langkahnya.
Kini, mereka berhasil menanam 40 ribuan pohon produktif di sepanjang bantaran kali. Burung-burung yang dulunya pergi akhirnya kembali. Mata air yang dulu tertutup sampah, kembali hidup. Air kali Pesanggrahan kini sudah normal kembali. Ikan-ikan bisa hidup dan berkembang biak.
Hal yang paling utama, si Jampang Penghijau ini tidak hanya sekadar merehabilitasi dan melakukan konservasi alam, tetapi juga berhasil meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar bantaran kali sehingga mereka bisa hidup dari kegiatan bertani dan beternak.
Pohon produktif, seperti melinjo, kelapa, dan durian bisa dipanen. Demikian juga sayur-mayur yang ditanam di bantaran kali. Sementara pembibitan ikan juga bisa dilakukan di air yang jernih. Sebagian lahan bantaran kali juga digunakan untuk berternak kambing etawa. "Penyelamatan alam itu harus punya nilai kehidupan," usungnya.
Bapak 2 anak yang berhasil mengembalikan masa kecilnya di pesanggrahan yang hijau dan asri
H. Chaerudin
Hasilnya sungguh luar biasa. Area seluas 40 hektar, membentang sepanjang tepian Kali Pesanggrahan, menjadi ijo royo-royo. Burung-burung berkicau setiap hari. Bahkan burung cakakak yang bersarang di tanah dan sudah jarang ditemui di wilayah lain di Jakarta, kini juga bisa ditemukan.
Pohon-pohon yang mulai langka di Jakarta, seperti buni, jamblang, kirai, salam, tanjung, kecapi, kepel, rengas, mandalka, drowakan, gandaria, dan bisbul dapat dijumpai di sini. Belum lagi tanaman obat yang jumlahnya mencapai 142 jenis.
Berbagai penghargaan telah diperoleh Bang Idin dan kelompoknya. Ada Kalpataru, penghargaan penyelamatan air dan lingkungan dari berbagai negara, seperti Abu Dhabi, Jerman, dan Belanda. "Gue nggak bangga. Buat apa penghargaan? Mendingan bantuan pemerintah untuk lingkungan," ujar bapak dua anak ini.
Lelaki kelahiran 13 April 1956 ini juga terus menularkan ilmunya sampai ke bantaran sungai yang lain. Dukungan dari masyarakat sekitar, terutama dari pemuda-pemuda sudah didapatkan. Kaderisasi juga terus dilakukan. "Relawan yang saya bina dari berbagai disiplin ilmu jumlahnya sudah ratusan. Mereka kemudian dengan pola yang sama saat ini juga sedang berusaha 'memerdekakan' bantaran-bantaran sungai yang lain di Indonesia," terangnya.
Di balik sikap kerasnya, pria tamatan SMP ini ingin membuktikan, hanya orang yang benar-benar memahami alam yang dapat menyelamatkannya. "Masyarakat yang di kali seperti gue nih seharusnya dirangkul. Duta lingkungan bukan yang cakep-cakep, tapi yang beneran peduli sama lingkungan," ujarnya. Di tangan Bang Idin, Kali Pesanggrahan yang kotor dengan bantaran yang tak terurus berubah menjadi lahan produktif dan alami.[1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar